Tulisan ini sengaja aku buat untuk diriku sendiri. Sebab target pembacanya adalah orang-orang yang selalu merasa paling benar. Ya, itulah aku. Namun, jika saat ini kamu hanya mengangguk dan tidak merasa bahwa tulisan ini juga layak untukmu, maka bisa jadi kamu juga termasuk orang yang wajib membaca tulisan ini. Mengapa demikian? Sebab, mungkin kamu juga orang yang merasa paling benar. Aku bisa membuktikannya! Maka dari itu, baca tulisan ini hingga akhir untuk mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya.
Salahkah?
Sejak kecil aku sudah menyukai kesendirian. Maka dari itu, ketika berada di tengah keramaian, aku merasa tidak nyaman. Kebiasaan tersebut terus kubawa sampai sekarang, sehingga membuat orang-orang di sekitarku sering salah mengartikan sifat penyendiri ini. Selain itu, terkadang aku juga merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut membuatku sedikit memiliki teman dekat. Kalau boleh jujur, jumlah teman dekat yang aku miliki hanya hitungan jari saja.
Sering berdiskusi dengan diri sendiri, membuat mentalku kuat tanpa disadari. Bagaimana bisa? Sebab aku terbiasa melakukan apa pun yang kuinginkan, seorang diri, sekalipun harus berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Jika menurutku jalan itu benar, maka aku akan memilih jalan tersebut walaupun harus berjalan sendirian. Hal ini membuatku sering melawan arus, melawan kebiasaan orang-orang, tak lumrah, dan tak sama. Aku pun dianggap aneh. Namun, aku tak peduli. Bagiku, asalkan aku bisa mengemudikan jalan hidupku sendiri, maka itulah yang akan aku pilih.
Terdengar egois? Mungkin. Apakah aku merasa paling benar sendiri? Entahlah. Namun, walaupun demikian, selama itu berhubungan dengan diriku sendiri dan tidak merugikan orang lain, maka tak apalah merasa paling benar sendiri. Sebab jalan hidup ini ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Terlihat idealis? Ya, mungkin inilah idealisme yang aku inginkan. Intinya, aku ingin mengontrol hidupku sendiri tanpa ada campur tangan orang lain.
Aku memang sedikit keras kepala, tetapi aku tidak menutup telinga apabila ada yang memberikan saran. Semua saran dari orang lain akan aku terima, kemudian akan aku saring, dan kalau memungkinkan akan aku terapkan dalam hidupku. Namun, jika aku menganggap bahwa saran tersebut tidak layak, maka jangan paksa aku untuk mengikutinya. Sebab, menurutku saran adalah pilihan. Selayaknya pilihan, saran bisa dipilih atau tidak dipilih. Jadi, jangan tersinggung ketika aku tidak mengikuti saran darimu. Bukan aku tak mendengarkanmu, tetapi karena aku sudah menyaring semua saran yang masuk, tak terkecuali saran darimu.
Jadi, apakah salah bila aku selalu ingin mengontrol hidupku sendiri? Apakah salah bila aku tidak mengikuti kebanyakan orang? Apakah salah bila aku memiliki pemikiran yang berbeda? Menurutku, tidak!
Paling Benar
Sifat dan sikap yang aku miliki, mungkin membuat orang lain merasa heran dan menganggapku aneh. Sehingga mereka menganggap seakan-akan aku berada di jalan yang salah dan harus diperbaiki. Bukan hanya itu, beberapa orang bahkan melebihi batasannya dengan memaksakan kehendaknya kepada diriku. Di saat itulah, aku tidak bisa menerima hal tersebut.
Rasanya wajar bila aku tidak menyukai mereka yang memaksakan kehendaknya kepada diriku. Penolakan yang aku lakukan merupakan bentuk perlindungan diri karena aku tidak ingin ada yang mengganggu kendaliku atas diriku sendiri. Jadi, aku tidak pernah menyerang siapa pun atau memaksa siapa pun untuk mengikuti kehendakku.
Aku hanya ingin memiliki kehendak penuh atas diriku sendiri dan jangan sekali-kali mengganggunya, sebab aku bisa sangat marah. Hal inilah yang membuat orang menganggap bahwa aku keras kepala dan tidak mau mendengarkan saran dari mereka.
Sebenarnya sah saja bila mereka menganggap aku adalah orang yang keras kepala, tidak mau mendengar saran, aneh, dan sebagainya. Sejujurnya, aku tak peduli dengan perkataan tersebut. Sebab, seperti yang sudah aku jelaskan, setiap saran yang masuk akan aku terima, lalu akan kusaring. Ucapan atau saran dari mereka tidak lolos penyaringan, maka dari itu aku tidak mengikutinya. Kemudian mereka tersinggung dan menganggap kalau aku adalah orang yang merasa paling benar. Oh, ya?
Mari Belajar
Baiklah, jika kamu menganggap bahwa aku adalah orang yang selalu merasa paling benar, lalu bagaimana denganmu? Apakah kamu tidak merasa paling benar?
Aku punya pengalaman menarik tentang ‘merasa paling benar’. Pengalaman ini aku alami sendiri tatkala aku sudah merasa benar, tetapi ternyata salah. Mungkin kamu juga perlu memiliki pengalaman ini. Maka dari itu, coba jawab pertanyaan yang menyenangkan ini dengan cepat agar kamu sadar betapa ‘benarnya’ dirimu.
… … …
Perhatikan lirik lagu berikut.
Kau boleh acuhkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu
…
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada– Once Mekel –
Apa judul lagu yang dinyanyikan oleh Once tersebut?
… … …
Pertanyaan kedua, silakan perhatikan lirik lagu ini.
Kau membuatku berantakan
Kau membuatku tak karuan
Kau membuatku tak berdaya
Kau menolakku, acuhkan diriku
…
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku?
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku– D’Masiv –
Apa judul lagu yang dinyanyikan oleh D’Masiv tersebut?
… … …
Pertanyaan ketiga, jawab dengan cepat lagi ya!
Menurutku, seorang pria harus bersikap acuh kepada wanita yang dicintainya.
Apakah kamu setuju dengan pendapatku itu?
… … …
Jika pada pertanyaan ketiga kamu tidak setuju denganku, maka kamu harus terus membaca artikel ini hingga selesai. Sebab akan ada pengalaman berharga yang bisa kamu dapatkan.
Mungkin kamu akan protes dan berkata bahwa: “seorang pria yang mencintai wanita, tidak boleh acuh terhadap wanita tersebut“. Jika seperti itu kenyataannya, berarti selama ini kamu tidak benar-benar mengerti apa itu kata acuh. Arti kata acuh yang selama ini kamu anggap benar, ternyata salah. Jangan karena kata acuh selalu digunakan untuk menggambarkan ketidakpedulian atau rasa cuek, maka itu dijadikan sebuah kebenaran. Sebab, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita lakukan, dan apa yang kita anggap benar, bisa jadi merupakan sebuah kesalahan.
Apakah kamu tahu, apa arti kata acuh yang sesungguhnya?
Mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata acuh memiliki arti peduli atau mengindahkan.
Ternyata, arti kata acuh yang sesungguhnya sangat jauh berbeda dengan pemahaman yang selama ini kamu miliki. Jadi, apa yang selama ini kamu anggap benar, belum tentu kenyataannya benar.
Bisa jadi, apa yang kamu pikirkan tentang diriku juga belum tentu merupakan sebuah kebenaran. Sebab, bisa saja aku merupakan orang yang sangat jauh berbeda dari apa yang kamu pikirkan.
Saran dariku, lebih baik kamu melakukan apa yang kamu inginkan, dan aku melakukan apa yang aku inginkan. Urusi urusan masing-masing, tak perlu mencampuri urusan orang lain. Sebab, seseorang bebas melakukan apa pun dalam hidupnya selagi tidak merugikan orang lain.
Namun, jika kamu tetap ingin menghakimi aku dan mengatakan bahwa aku ‘selalu merasa paling benar’, itu urusanmu. Sebab aku tidak akan mengindahkan kata-kata seperti itu. Jadi, silakan nilai aku sesuka hatimu dan rasakan beban di hatimu itu.