Aku, Pekerjaan, dan Gangguan Kesehatan Mata yang Mengancam
Ketika sedang bekerja, entah mengapa tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan mataku seperti melihat kunang-kunang. Awalnya aku mengira kalau gejala itu hanya sementara, tetapi aku salah karena hal tersebut terjadi terus-menerus. Anehnya, gejala itu hanya muncul ketika aku sedang bekerja saja. Aku pun sempat bingung dibuatnya, hingga akhirnya aku memberi tahu istriku perihal masalah ini. Kata istriku, apa yang aku alami ini sangat wajar terjadi karena aku bekerja di depan laptop selama berjam-jam. Mata yang terlalu lama menatap layar laptop akan merasa lelah sehingga menyebabkan kepala pusing. Bila hal seperti itu terjadi terus-menerus, dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan mataku. Lalu, apa yang harus aku lakukan?
Risiko Bekerja Di Depan Laptop
Aku adalah seorang karyawan yang bekerja di perusahaan penyedia hosting dan domain yang ada di Indonesia. Aku ditugaskan untuk menjadi Customer Service sekaligus Technical Support, sehingga mengharuskan aku untuk siap siaga di depan layar laptop. Jadi selama 8 jam dalam sehari, mataku akan terus menatap layar yang menyilaukan ini. Aku tak menyadari bahwa ada bahaya yang mengancam kesehatan mataku. Hingga akhirnya aku tersadar setelah bekerja di sini selama 4 tahun lebih.
Sudah beberapa bulan terakhir, mataku selalu terasa perih ketika sedang bekerja. Awalnya aku mengabaikan keluhan tersebut karena dianggap hal yang wajar. Namun, beberapa hari belakangan keluhan tersebut bertambah parah. Bukan hanya merasa perih, kini mataku seperti melihat kunang-kunang dan kepalaku terasa pusing sehingga sering membuat keseimbanganku goyah.
Merasa ada yang tidak beres, aku pun mengemukakan keluhan itu pada istriku. Ternyata istriku jauh lebih tahu tentang kesehatan mata karena ia juga merupakan penderita mata minus. Kata istriku, keluhan yang aku rasakan tersebut berasal dari layar monitor yang aku tatap. Apalagi aku menatap layar monitor tersebut dalam waktu yang cukup lama. Ia juga memberitahuku bahwa terlalu lama menatap layar monitor bisa mengancam kesehatan mata.

Seperti yang diketahui bahwa layar laptop mengeluarkan radiasi sinar biru sebagai salah satu komponen untuk memancarkan warna. Namun, ada banyak yang tidak mengetahui bahwa sinar biru tersebut bisa berbahaya untuk kesehatan mata. Menurut penelitian yang berjudul “Blue Light Hazard: New Knowledge, New Approaches to Maintaining Ocular Health“, menunjukkan bahwa paparan radiasi sinar biru dalam jangka waktu panjang dapat merusak kesehatan mata. Proses fotokimia pada retina mata yang terganggu karena adanya pembentukan reaksi partikel oksigen akan merusak sel retina dan menyebabkan gangguan penglihatan.
Meskipun pada dasarnya mata manusia dapat menyaring spektrum sinar Ultra Violet, tetapi ada beberapa spektrum yang tidak bisa disaring dan akan sangat membahayakan mata, salah satunya adalah spektrum sinar biru ini. Di era yang serba digital seperti sekarang, mata manusia akan sulit terlepas dari paparan sinar biru karena penyumbang terbesarnya berasal dari handphone, televisi, dan laptop/PC. Device tersebut menggunakan sinar biru untuk menghasilkan berbagai warna yang kaya dan akurat.
Informasi tersebut didukung oleh penelitian yang berjudul “Pengaruh Radiasi Sinar Biru Gadget yang dapat Menimbulkan Terjadinya Degenerasi Makula (Macular Degeneration) pada Usia Muda“. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Yusti Ningrum dan Nafi’atun Nashriyah ini mengungkapkan bahwa paparan sinar biru yang terlalu lama bisa memicu sel-sel fotoreseptor pada mata untuk menghasilkan molekul beracun yang membahayakan mata. Sinar biru yang masuk ke mata, lensa, dan retina tidak dapat memblokir atau memantulkannya sehingga mengenai dan merusak sel fotoreseptor. Kerusakan pada sel fotoreseptor akan mengakibatkan degenerasi makula (penyebab kebutaan) yang sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Namun, paparan sinar biru ini berpotensi mengakibatkan degenerasi makula terjadi lebih cepat, yaitu pada usia muda.

Selain itu, para pekerja seperti aku sangat rawan terkena Sindrom Penglihatan Komputer (SPK). Gejala SPK dapat disebabkan oleh adanya gerakan yang berulang-ulang sehingga memberikan luka/stres pada mata. Penderita SPK biasanya terjadi pada orang-orang yang bekerja di depan layar laptop seperti aku. Ada banyak masalah mata yang bisa timbul karena gejala SPK, antara lain: tidak mampu melihat dengan fokus dari jarak jauh, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata, sakit kepala, mata kering, mata merah, pandangan ganda, dan pandangan menjadi kabur.
Mengetahui informasi tersebut, sontak membuat aku kaget sekaligus takut. Pasalnya, setiap hari aku bisa berlama-lama menatap layar laptop yang memancarkan sinar biru berbahaya. Saat sedang bekerja saja, aku bisa menghabiskan waktu selama 8 jam dalam sehari. Belum lagi ketika aku menggunakan laptop untuk hiburan seperti menonton film, membuka media sosial, dan bermain game. Bisa jadi, dalam sehari aku bisa menatap layar laptop selama 10 jam lebih. Jujur saja, hal ini sempat membuat aku khawatir.
Cara Menjaga Mata ketika Bekerja Di Depan Laptop
Setelah membaca beberapa jurnal penelitian yang mengatakan bahwa pancaran sinar biru dari laptop bisa membahayakan kesehatan mata, aku menjadi was-was. Bagaimana tidak, keseharianku di depan layar laptop bisa selama 10 jam dalam sehari. Maka dari itu, aku harus lebih memperhatikan kesehatan mata ini. Beruntungnya, aku menemukan cara untuk mengurangi bahaya radiasi sinar biru yang dipancarkan oleh layar laptop, yaitu seperti berikut ini.

Mengatur Sudut Pandang
Salah satu cara untuk mengurangi risiko kerusakan mata karena pancaran sinar biru dari laptop adalah dengan mengatur sudut pandang. Pengaturan sudut pandang ini bertujuan agar mata merasa nyaman ketika bekerja di depan laptop. Caranya bisa dengan mengatur posisi duduk agar sejajar dengan layar, mengatur posisi layar laptop agar nyaman dipandang mata, memilih tempat duduk agar tidak terkena sinar matahari, hingga mengatur pencerahan pada layar laptop.
Memakai Kacamata Anti Radiasi
Memakai kacamata anti radiasi sinar biru juga bisa mengurangi risiko kerusakan mata ketika bekerja di depan laptop. Sebab kacamata anti radiasi bisa menghalau paparan sinar biru yang menerpa mata sehingga mata dapat terlindungi. Kacamata seperti ini sangat cocok bagi pekerja yang menatap layar laptop dalam waktu lama. Dampak penggunaan kacamata anti radiasi ini memang sangat besar, yaitu mata tidak mudah lelah, tidak merasa pusing, pandangan terasa nyaman, dan sebagainya.
Menggunakan Layar Oled
Teknologi yang terus berkembang juga berdampak baik bagi bidang kesehatan, dalam kasus ini kesehatan mata. Sebab saat ini sudah muncul terobosan baru berupa layar oled yang dapat mengurangi paparan sinar biru pada mata. Cara kerja layar oled yaitu tidak menghilangkan cahaya biru tersebut, melainkan menggeser spektrum sinar biru sehingga visual yang ditampilkan oleh layar bisa tetap maksimal. Maka dari itu, disarankan untuk memilih laptop yang sudah menggunakan layar oled.
Mengkonsumsi Makanan yang Baik untuk Mata
Selain usaha dari luar, menjaga kesehatan mata ketika bekerja juga bisa dilakukan dari dalam. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan mata dari dalam adalah mengkonsumsi makanan yang baik untuk mata. Kemenkes melalui website resminya mengungkapkan beberapa bahan makananan yang baik untuk mata, antara lain: wortel, brokoli, bayam, ubi jalar, mangga, pisang, dan alpukat. Maka dari itu, mari mengkonsumsi bahan makanan tersebut untuk menjaga kesehatan mata dari dalam.
Konsultasikan Kesehatan Mata Secara Rutin
Menjaga kesehatan mata dari dalam juga bisa dilakukan dengan rutin periksa ke dokter mata. Sebab sebesar apapun usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan mata, bisa saja kerusakan itu tetap terjadi. Maka dari itu, dengan rutin mengecek kesehatan mata, kita bisa mendeteksi kerusakan sejak dini agar upaya penyembuhannya mudah dilakukan. Jangan sampai mata menjadi rusak dulu, baru memeriksakan kondisi mata ke dokter. Namun, periksalah mata secara rutin untuk mencegah kerusakan itu. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Masih Ada Harapan untuk Bisa Melihat Dunia yang Lebih Indah
Walaupun aku berada di tengah kekhawatiran karena kesehatan mata terancam ketika sedang bekerja, tetapi aku termasuk orang yang beruntung. Sebab aku tidak mengalami gangguan kesehatan mata. Namun, itu tidak berlaku untuk istriku.
Sudah sejak remaja istriku mengalami gangguan penglihatan, yaitu rabun jauh (miopia). Gangguan penglihatan ini memang tidak mengancam nyawa, tetapi cukup menyulitkan ketika melakukan aktivitas keseharian. Ada banyak kendala yang sering dialami oleh penderita rabun jauh, seperti tidak bisa membaca rambu-rambu lalu lintas dengan baik, kesulitan mengenali wajah orang dari jarak jauh, hingga sering dianggap sombong karena tidak menyapa ketika berpapasan.
Istriku bukanlah satu-satunya orang yang menderita gangguan penglihatan. Di luar sana, ada jutaan orang yang juga mengalami gangguan penglihatan dengan kondisi yang lebih parah. Bahkan, gangguan penglihatan tersebut bisa menyebabkan kerugian hingga triliunan rupiah. Menurut data dari eyelink.id, mengungkapkan bahwa kerugian Indonesia akibat gangguan penglihatan parah dan kebutaan, bisa mencapai Rp. 84.7 triliun setiap tahun. Kerugian tersebut dikarenakan masyarakat yang memiliki gangguan penglihatan parah atau kebutaan, tidak bisa produktif. Terlebih, dampak tersebut bukan hanya dirasakan oleh penderita saja, tetapi juga berdampak pada keluarga, pemberi perawatan, dan komunitas sehingga menyebabkan beban ekonomi.

Di Indonesia, penyebab utama gangguan penglihatan atau kebutaan adalah katarak, yaitu sebesar 77.7%. Selain itu, masyarakat juga mengalami kualitas penglihatan yang buruk karena menderita gangguan refraksi seperti mata minus, silinder, dan rabun dekat. Berdasarkan penelitian observasional Pusat Mata Nasional RS. Mata Cicendo Bandung tahun 2020, jumlah individu sehat yang mengalami gangguan penglihatan mencapai 40%, yang terjadi setiap 3 bulan sekali. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk di atas usia 55 tahun diperkirakan akan meningkat hingga 61 juta jiwa pada tahun 2025. Seperti yang diketahui bahwa usia tersebut sangat rawan terkena gangguan penglihatan. Hal ini bisa meningkatkan angka gangguan penglihatan di Indonesia.
Menghadapi permasalahan ini, semua masyarakat diharapkan dapat menjaga kesehatan mata agar tidak mengalami gangguan penglihatan. Sedangkan untuk para penderita gangguan penglihatan, jangan pernah berhenti berusaha untuk sembuh. Sebab, masih ada kesempatan untuk bisa melihat dunia ini lebih indah lagi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati gangguan penglihatan adalah LASIK. Dengan LASIK, diharapkan semua penderita gangguan refraksi dapat disembuhkan sehingga mereka bisa melihat dunia yang indah ini dengan jelas.
Sekilas tentang LASIK
LASIK merupakan singkatan dari Laser In Situ Keratomileusis, yaitu sebuah prosedur untuk mengoreksi gangguan refraksi (rabun jauh, silinder, rabun dekat) sehingga terbebas dari alat bantu penglihatan. Lasik merupakan salah satu teknik yang termasuk dalam Laser Vision Correction (LVC). Namun, sebagian besar masyarakat lebih mengenal LVC sebagai Lasik.
Seperti yang sudah diketahui bahwa Lasik dapat membantu penderita gangguan refraksi seperti rabun dekat, silinder, dan rabun jauh agar tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Selain itu, Lasik juga bisa bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri, menunjang kebutuhan profesi, mengurangi alergi akibat penggunaan alat bantu penglihatan, dan bisa menghemat biaya dalam jangka panjang.
Meskipun Lasik merupakan metode aman yang digunakan untuk mengoreksi gangguan refraksi, itu tidak berarti metode ini aman 100%. Sebab seperti tindakan medis lainnya, Lasik juga memiliki risiko. Ada beberapa risiko Lasik yang bisa terjadi, antara lain: infeksi mata, inflamasi, rasa nyeri, mata kering, dan efek samping visualisasi. Risiko ini bisa terjadi tergantung dari tingkat gangguan penglihatan yang dialami. Namun, perlu digarisbawahi bahwa risiko Lasik ini terbilang ringan dan tidak berbahaya.

Selain Femto Lasik, ada dua metode LVC lain yang bisa diterapkan, yaitu ReLEx® SMILE dan PRK. Ketiga jenis metode ini memiliki keunggulan masing-masing. Jika kondisi mata pasien dalam keadaan baik dan memungkinkan untuk mendapatkan metode apa saja, maka pilihan akan diserahkan kepada pasien. Namun, jika ada suatu kondisi yang mengharuskan memilih salah satu metode tersebut, maka keputusan akan ditentukan oleh Dokter Spesialis Mata.
Sebelum memilih metode LVC, sebaiknya pelajari terlebih dahulu ketiga metode tersebut agar bisa menentukan yang terbaik. Berikut ini penjelasan tentang metode LVC yang harus diketahui.
PRK
Photorefractive Keratectomy (PRK) merupakan generasi pertama dari metode LVC. Prosedur ini dilakukan dengan ablasi atau dilepasnya permukaan kornea. PRK adalah prosedur bedah refraktif yang masih tetap digunakan hingga saat ini untuk menangani pasien LVC dengan kondisi tertentu. Prosedur PRK sangat cocok dan aman digunakan untuk pasien dengan kornea tipis.
Prosedur PRK

Femto Lasik
FEMTO Laser Assisted In-Situ Keratomileusis (LASIK) adalah salah satu metode bedah laser yang bertujuan untuk mengatasi kelainan refraksi (rabun jauh, silinder, rabun dekat) dengan rasa sakit yang minim dan proses penyembuhan yang cepat. Metode ini merupakan generasi kedua dari perkembangan LVC, setelah metode PRK. Pasca operasi, pasien yang menggunakan metode ini diuntungkan karena proses pemulihannya lebih cepat dan nyaman dari pada metode PRK. Selain itu, mata kering karena dampak operasi juga bisa lebih ringan.
Prosedur Femto LASIK

ReLEx® SMILE
Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction (ReLEx® SMILE) merupakan metode yang paling canggih dari metode Femto Lasik dan PRK. Metode ini merupakan generasi ketiga LVC setelah PRK dan Femto Lasik. Pasien yang menggunakan metode ini hampir tidak merasakan sakit karena hanya membutuhkan sedikit sayatan (2 – 4 mm). Metode ini juga tidak menggunakan flap yang merupakan penggabungan keunggulan metode pendahulunya. Selain itu, ReLEx® SMILE juga bisa meminimalisir efek samping setelah operasi LVC seperti mata kering. Secara keseluruhan, metode ini sangat nyaman dan dengan proses penyembuhan yang cepat.
Prosedur ReLEx® SMILE

Kesimpulan
Selama ini aku terlena dalam bekerja, sehingga mengabaikan kesehatan mata. Akibatnya, aku mulai merasakan gejala-gejala buruk seperti pusing, mata kunang-kunang dan mata cepat lelah ketika bekerja. Aku tau hal buruk bisa saja terjadi bila aku masih tetap mengabaikan kesehatan mata ini. Maka dari itu, aku mulai memperhatikan kesehatan mata agar terhindar dari gangguan mata.
Aku beruntung karena tidak sampai merasakan gangguan mata. Namun, itu tidak berlaku untuk istriku dan jutaan orang dengan gangguan mata lainnya. Saat ini istriku menderita minus (rabun jauh) sehingga harus menggunakan kacamata agar objek yang terlalu jauh dapat terlihat jelas. Untungnya rabun jauh yang diderita istriku tidak terlalu parah, sehingga masih bisa melakukan beberapa aktivitas tanpa menggunakan kacamata. Lain cerita dengan mereka yang mengalami gangguan mata berat, mungkin dunia tak terlihat indah seperti kenyataannya.

Meskipun demikian, bukan berarti harapan mereka yang menderita gangguan mata untuk melihat dunia yang indah ini telah hilang. Kesempatan pasti selalu ada, dan Lasik hadir sebagai solusinya! Melalui tindakan bedah mata menggunakan laser, para penderita gangguan mata (kelainan refraksi) memiliki kesempatan untuk melihat dengan normal lagi. Ada tiga metode yang bisa digunakan yaitu PRK, Femto Lasik, dan ReLEx® SMILE. Dengan begitu, para pasien yang mengalami gangguan refraksi bisa melihat dunia yang indah ini dengan sangat jelas tanpa alat bantu.

Sumber
- https://wikocak.com/asus-oled-selain-performa-yang-tinggi-juga-memperhatikan-kesehatan-pengguna/
- https://osf.io/mquwy
- https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/buah-dan-sayur-pelindung-mata-ini-daftarnya
- https://eyelink.id/847-triliun-rupiah-kerugian-indonesia-akibat-gangguan-penglihatan-parah-dan-kebutaan/
- https://nationallasikcenter.id/lasik/