Akses Kesehatan Inklusif Penderita Kusta

Kusta dan Akses Kesehatan Inklusif bagi Penderitanya – Ayo Bangkit Bersama!

Dulu, ada seorang pria yang sangat diasingkan di desa yang saya tempati. Bukan hanya dijauhi oleh warga sekitar saja, tetapi juga dijauhi oleh keluarganya. Pria tersebut hidup sebatang kara dan hanya menghuni sebuah gubuk tua di samping desa. Para keluarga dan warga sekitar tidak mau mendekati pria tersebut lantaran ia terkena penyakit lepra. Menurut para orangtua, penyakit lepra adalah penyakit berbahaya yang sangat menular. Penyakit ini akan membuat si penderita mengalami luka-luka disekujur tubuhnya, kemudian luka tersebut membusuk, hingga akhirnya meninggal dunia. Sangat menakutkan memang ketika mendengar cerita tersebut. – Diambil dari kisah nyata.

Meskipun kini pria yang menderita penyakit lepra di desa saya sudah meninggal dunia, namun ceritanya masih terdengar hingga saat ini. Cerita tentang pria penderita lepra ini sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, padahal kenyataannya tidak demikian. Andai saja dulu, keluarga dan masyarakat disekitarnya peduli dengan keadaan pria tersebut dan memberikan tindakan yang tepat, mungkin kejadian miris yang dialaminya tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya hal yang sama, mari kita kenali apa itu penyakit lepra/kusta dan bagaimana cara mendapatkan akses kesehatan untuk penderita kusta.

Apa itu Kusta?

Penyakit lepra atau kusta sudah ditemukan sejak 300 SM, hal ini membuat penyakit kusta menjadi salah satu penyakit tertua di dunia. Sejak dulu, kusta memang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis seperti sihir, penyakit kutukan, dan sebagainya. Maka tak heran jika dahulu seorang penderita kusta sangat diasingkan. Hingga pada tahun 1873, penyakit kusta yang dianggap kutukan, berhasil dipatahkan secara ilmiah oleh Gerhard Henrik Armauer Hansen.

Secara ilmiah, kusta merupakan penyakit yang disebabkan karena infeksi dari bakteri Mycobacterium Leprae. Bakteri ini dapat menular melalui ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin. Meskipun dapat menular, namun kusta tidak mudah ditularkan ke orang lain karena proses penularannya membutuhkan waktu yang lama dan harus terus-menerus. Selain itu, bakteri penyebab kusta juga tidak mudah berkembang biak dalam tubuh seseorang.

Penyakit kusta memiliki beberapa gejala yang pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh selama 20-30 tahun. Menurut alodokter, penderita kusta akan merasakan gejala kusta sebagai berikut:
– Mati rasa di kulit.
– Muncul lesi pucat.
– Muncul luka tetapi tidak merasakan sakit.
– Pembesaran saraf pada bagian tubuh tertentu.
– Otot melemah.
– Kehilangan alis dan bulu mata.
– Mata menjadi kering dan jarang mengedip.
– Mimisan, bahkan hingga kehilangan tulang hidung.

Gejala Kusta

Meskipun tidak mudah menular, namun gejala yang timbul karena penyakit kusta tidak boleh dibiarkan. Harus ada tindakan medis yang tepat agar penyakit kusta pada seseorang tidak semakin parah dan menyebar. Maka dari itu, jika kamu atau keluargamu mengalami gejala kusta, segera lakukan pemeriksaan ke dokter.

Satu hal yang perlu diingat, jangan pernah mendiskriminasi penderita kusta! Sebab, mereka juga manusia yang membutuhkan dukungan dan motivasi terutama dari orang-orang terdekat. Penderita kusta bukanlah musuh yang harus dijauhi, bukan juga penjahat yang harus diasingkan, penderita kusta juga dapat dan layak untuk disembuhkan.

Akses Kesehatan Inklusif bagi Penderita Kusta

Menurut Suwata, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, mengatakan bahwa orang yang pernah mengalami kusta dan disabilitas akan termarjinalkan dalam segala aspek terkait aksesibilitas lapangan pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur yang akan mempengaruhi sendi-sendi kehidupan OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta).

Beberapa upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan yang inklusif bagi penderita kusta, salah satunya seperti yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten subang. Suwata mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Subang menerapkan beberapa upaya untuk meningkatkan kesehatan inklusif bagi penderita kusta dan disabilitas. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

  • Melakukan Advokasi pada Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan UU No.8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan OYPMK.
  • Mengintegrasikan peran dari masing-masing komponen stakeholder, layanan kesehatan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dan kelompok-kelompok disabilitas.
  • Membentuk forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Peduli Disabilitas dan OYPMK yang akan melakukan kegiatan terkait pelayanan bagi penyandang disabilitas dan OYPMK.
  • Membentuk kelompok yang di dalamnya terdapat penyandang disabilitas dan OYPMK yang akan membantu anggotanya untuk mendapatkan aksesibilitas yang baik terkait permasalahan infrastruktur, lapangan pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Dalam rangka meningkatkan akses kesehatan inklusif untuk penderita kusta, pemerintah juga melakukan program yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan prioritas. Setidaknya ada empat kegiatan prioritas yang dilakukan, yaitu:

Menangani Kusta
  1. Mengendalikan dan mencegah penularan penyakit kusta. Kegiatan ini antara lain melakukan pengobatan pada penderita kusta, advokasi dan edukasi pada masyarakat untuk menghilangkan stigma pada penderita kusta, dan lain sebagainya.
  2. Pencegahan kecacatan pada penderita kusta. Terlambatnya perawatan dan pengobatan dini pada penderita kusta dapat menimbulkan cacat permanen. Hal ini harus dihindari agar penderita kusta tidak mengalami hal buruk lainnya yang dikarenakan kecacatan.
  3. Memberdayakan penyandang disabilitas dan OYPMK dengan cara melakukan kegiatan dalam meningkatkan life skill.
  4. Mengurangi stigma dan diskriminasi. Permasalahan ini harus diselesaikan karena stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK dalam masyarakat masih tinggi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan komunikasi program perilaku pada perangkat desa dan masyarakat.

Program pemerintah lain dalam mengatasi penyakit kusta adalah dengan memberikan pengobatan gratis. Bagi siapapun yang mengalami gejala kusta, segera periksa dan obati di apotek terdekat. Pemeriksaan tersebut tidak dipungut biaya sepeserpun, maka dari itu, tidak ada alasan untuk membiarkan penyakit kusta.

Ayo, bersama-sama melawan kusta!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top