Aplikasi Super

Pahlawan Hidupku

Ada banyak tokoh pahlawan yang pernah kulihat, baik pahlawan fiksi maupun pahlawan di dunia nyata. Dulu, saat masih kecil, aku menyebut seseorang sebagai pahlawan hanya ketika mereka memiliki kekuatan super saja. Sebelum akhirnya aku menyadari bahwa sebutan pahlawan ternyata sangat luas. Sebutan pahlawan juga bisa diberikan kepada mereka yang berjuang dan berkorban demi melindungi orang-orang yang dicintainya, keluarga misalnya. Aku punya sosok pahlawan yang menarik untuk diceritakan, sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupku.

Aksi Heroik

November 1995, aku dilahirkan ke dunia ini. Saat itu kedua orang tuaku tersenyum lebar walaupun aku tengah menangis kencang. Bagaimana tidak, bagi kedua orang tuaku, kelahiranku adalah anugerah terindah yang telah lama dinantikan. Sebab aku adalah anak pertama yang selama ini menjadi doa orang tuaku disetiap sepertiga malam. Maka tak heran bila mereka menyambut bahagia kedatanganku sebagai keluarga baru.

Meskipun demikian, senyum bahagia yang terpancar dari wajah orang tuaku tak bertahan lama, sebab beberapa minggu setelah aku lahir, untuk yang pertama kalinya, aku harus mendapatkan perawatan dari dokter. Malam itu, suhu tubuhku tiba-tiba tinggi, membuat aku menangis sejadi-jadinya. Berbeda dengan tangisan ketika aku lahir, yang membuat kedua orang tuaku tersenyum, kali ini mereka sangat khawatir melihat tangisanku.

Ayah segera meminjam becak milik tetangga untuk membawa aku ke dokter, sebab kendaraan satu-satunya yang memungkinkan saat itu hanyalah becak. Transportasi umum di desaku memang sangat sulit dijumpai, hanya ada beberapa angkot saja yang lewat ke sini. Itu pun beroperasi dari pagi sampai siang, sehingga ketika malam datang, dapat dipastikan tidak ada kendaraan umum lagi yang lewat.

Jangan tanya “apakah tidak ada transportasi yang lebih baik lagi? motor atau mobil misalnya?”

Aku lahir di keluarga yang sederhana. Tidak miskin, juga tidak kaya. Jadi kehidupanku pun sangat sederhana. Jangankan untuk membeli motor atau mobil, untuk membeli sepeda baru saja tidak bisa. Satu-satunya kendaraan yang dimiliki oleh keluargaku hanyalah sepeda bekas yang dibeli dengan harga murah. Sepeda itu pun tidak akan bisa mengantarkan aku ke dokter karena pedal sepedanya tidak bisa dikayuh dengan cepat. Maka dari itu, transportasi terbaik saat itu adalah becak milik tetangga.

Ibu duduk di bangku penumpang sembari menggendongku, sedangkan ayah segera mengambil posisi untuk mengemudikan becak. Perlu diketahui bahwa jarak antara rumahku dengan tempat praktek dokter cukup jauh, sehingga ayah harus mengayuh pedal becak dengan cepat. Di bangku penumpang, ibu tak henti-hentinya berdoa. Tetesan air matanya yang jatuh di keningku, seakan memberikan kehangatan kehidupan. Andai saja saat itu aku sudah bisa berbicara, mungkin aku akan berkata “Tenang, bu. Semua akan baik-baik saja”.

Sampai di tempat praktek dokter, aku tidak bisa mendapatkan perawatan, sebab tempat praktek dokter tersebut sudah tutup. Jelas saja karena saat itu sudah larut malam. Alhasil kami harus ke rumah dokter yang untungnya tidak terlalu jauh dari tempat prakteknya. Ayah kembali mengayuh becak menuju rumah dokter tersebut. Sebenarnya ayah merasa tidak enak karena saat itu sudah larut malam, sehingga takut mengganggu dokter yang sedang beristirahat. Namun karena keadaan mendesak, akhirnya ayah memutuskan untuk tetap menemui sang dokter.

“Assalamualaikum..” Ayah berkata sembari mengetuk pintu dengan pelan.

Tak disangka, ternyata langsung ada jawaban dari dalam rumah. Seorang pria paruh baya membuka pintu. Ayah segera menyampaikan maksud kedatangan kami sekaligus meminta maaf karena telah mengganggu waktu istirahatnya. Tanpa berkata panjang, sang dokter segera memeriksa keadaanku. Aku pun terselamatkan.

Dari sini, dimulailah babak baru dalam kehidupan keluargaku. Babak yang akan membuat hari-hari ayah dan ibuku dirundung rasa khawatir. Bagaimana tidak, sebab setiap bulan pasti aku mengalami demam tinggi. Hingga akhirnya dokter mendiagnosa aku terkena penyakit step. Luluh sudah ketegaran hati kedua orang tuaku, melihat anaknya yang belum genap satu tahun harus menghadapi cobaan seberat itu. Apalagi, saat itu gejala demam yang aku alami dibarengi dengan kejang-kejang. Tentu saja hal tersebut membuat kedua orang tuaku semakin cemas.

Penyakit Step

Bahkan, ada sebuah peristiwa dimana jari tangan ayahku mengalami bengkak karena digigit oleh aku yang sedang kejang. Saat itu aku sudah tumbuh gigi, sehingga ketika demam tinggi dan kejang-kejang menimpaku, mulutku harus diganjal dengan sendok agar lidahku tidak tergigit. Namun saat itu aku mengalami kejang secara mendadak sehingga ayah tidak memiliki banyak waktu untuk mengambil sendok di dapur. Maka dari itu, ayah berinisiatif mengganjal mulutku dengan menggunakan jari tangannya. Alhasil, jari tangan ayah bengkak membiru.

Hari-hari mengkhawatirkan seperti itu harus dilalui oleh kedua orang tuaku hingga usiaku menginjak 5 tahun. Sebab menurut dokter, ketika aku sudah berusia 5 tahun, penyakit step ini akan hilang dengan sendirinya. Namun waktu 5 tahun bukanlah waktu yang cepat. Terlebih harus dilalui dengan situasi yang mengkhawatirkan seperti itu.

Ayah dan ibu selalu berdoa untuk kesembuhanku, berharap sebelum 5 tahun aku sudah sembuh dari penyakit ini. Namun Tuhan berkata lain. Pagi itu, aku kembali mengalami demam panas dan kejang-kejang. Peristiwa yang cepat tersebut membuat kedua orang tuaku tidak memiliki waktu untuk membawaku ke dokter, hingga akhirnya aku menghembuskan nafas terakhirku. Aku dinyatakan meninggal.

Semua orang yang menyaksikan, menangis pilu. Namun entah mengapa saat itu ibu tidak meneteskan air mata sedikit pun. Ibu terus memeluk jasadku sembari mengucapkan doa, berharap semua bisa terulang kembali.

Disela-sela suasana berkabung, tiba-tiba saja seorang wanita datang sambil berteriak.

“Cepat, buatkan kopi pahit!” Kata Tante sambil berlari ke arahku.

Setelah kopi pahit datang, tante langsung mengambil jasadku dari pelukan ibu, lalu menyuapi aku beberapa sendok kopi pahit. Orang-orang tentu akan mengira bahwa tanteku sudah gila. Sebab bagaimana mungkin, bayi yang sudah tak bernyawa dipaksa untuk meminum kopi.

Namun ternyata keajaiban datang. Tuhan mengabulkan doa ibu melalui sesuap kopi yang diberikan oleh tanteku. Sebab setelah tante menyuapi aku kopi pahit, aku menangis sejadi-jadinya. Keajaiban yang disaksikan oleh banyak orang itu, membuat bendungan air mata ibu jebol. Akhirnya ibu menangis bahagia untuk yang kedua kalinya.

Kejadian demam dan kejang-kejang tersebut terus berlanjut hingga usiaku menginjak 5 tahun, seperti yang sudah diprediksikan dokter. Selama itu, kedua orang tuaku terus merawat aku dengan baik, tak lelah bolak-balik ke dokter, dan tak pernah mengeluh sedikit pun. Entah sudah berapa kali aksi heroik dilakukan oleh kedua orang tuaku dalam kurun waktu 5 tahun tersebut. Namun yang jelas, aku beruntung bisa memiliki orang tua super seperti mereka. Orang tua yang selalu memberikan aksi heroik yang dapat menyelamatkan nyawa anaknya. Terima kasih, Pahlawanku.

Mereka Pahlawanku

Berdasarkan kisah yang telah aku alami tersebut, kini aku memiliki dua pahlawan dalam hidupku. Pahlawan yang terus berjuang untuk menyelamatkan nyawaku, tanpa pamrih sedikitpun. Ayah dan Ibu, merupakan pahlawan super yang selalu aku idolakan sampai saat ini. Maka dari itu, perkenankan aku untuk memperkenalkan pahlawan idolaku ini.

Pahlawan

Ayah

Namanya Moh. Syarif (48), beliau adalah seorang ayah yang sangat tegas dalam mendidik anaknya. Musabab ketegasannya tersebut, aku sering merasa ketakutan tatkala beliau sudah murka. Pria yang biasa dipanggil Syarif ini akan murka jika anaknya menyimpang dari peraturan agama. Selain daripada itu, hatinya sangat lembut dan penyayang.

Meskipun hanya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun ketegasannya dalam mendidik anak, patut diberikan nilai 100. Keberhasilan dalam mendidik anak, dapat terlihat dari pencapaian anak-anaknya. Anak pertamanya, kini sudah berhasil mendapatkan gelar Sarjana Komputer dan bekerja sebagai Technical Support di salah satu perusahaan provider hosting dan domain ternama di Indonesia. Sedangkan anak keduanya baru saja menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan saat ini sedang mencari perguruan tinggi yang cocok untuk melanjutkan pendidikan.

Selain menjadi ayah yang hebat, Syarif juga telah menjadi suami yang bertanggungjawab. Selama ini beliau selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil kerja kerasnya, kini membuat beliau memiliki pekerjaan yang cukup enak. Jika dulu Syarif hanyalah kuli bangungan, maka saat ini beliau sudah bisa mengelola usahanya sendiri, yaitu berjualan. Mungkin inilah kebaikan Tuhan untuk seorang pahlawan yang telah berjasa dalam memakmurkan keluarganya.

Ibu

Sebut saja Hanicah (46), wanita yang menjadi sosok pahlawan untuk anak-anaknya. Selalu menemani dan memberikan pelajaran dengan penuh kesabaran kepada anaknya, sehingga membuat mereka tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Ketabahannya dalam menghadapi setiap cobaan dari Sang Maha Kuasa, juga patut diacungi jempol. Sebab dengan ketabahannya tersebut, beliau berhasil menciptakan keajaiban melalui kopi pahit yang diberikan kepada anak pertamanya. Ya, anaknya yang ketika masih bayi mengalami mati suri.

Setelah kejadian mati suri yang dialami oleh anak pertamanya, sebenarnya masih ada banyak kisah menyayat hati yang mungkin bisa membuat air mata menetes. Salah satunya adalah pandangan orang-orang yang menganggap bahwa anak pertamanya tersebut akan menjadi seseorang dengan keterbelakangan mental. Sebab menurut kepercayaan yang berkembang di masyarakat, orang yang telah mati suri akan memiliki dua kemungkinan, yaitu menjadi indigo atau memiliki keterbelakangan mental. Gosip tentang anaknya yang akan memiliki keterbelakangan mental, sempat menyebar hingga keluar desa.

Meskipun demikian, pahlawan yang menjabat sebagai ibu rumah tangga itu tetap tegar dan fokus untuk merawat anaknya. Mengajari anaknya cara membaca dan menulis dengan sabar, hingga akhirnya anaknya tersebut dapat membaca dan menulis walaupun baru masuk Sekolah Dasar. Bahkan, anak yang digadang-gadang akan memiliki keterbelakangan mental tersebut selalu berhasil mendapatkan peringkat pertama hingga lulus Sekolah Dasar.

Penting!
Semua cerita di atas merupakan kisah nyata yang aku alami, yang diceritakan oleh ibuku.

Kado untuk Sang Pahlawan

Ayah, ibu, terima kasih sudah menjadi pahlawan hidupku

Kini aku berumur 27 tahun, menjadi pria normal walaupun sempat dikira akan menjadi orang dengan keterbelakangan mental. Perjuangan ayah dan ibu yang selama ini dilakukan untukku, tak akan pernah aku lupakan. Aku tahu, apapun tak akan bisa menggantikan perjuangan mereka, bahkan nyawaku sekalipun. Oleh sebab itu, aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuk mereka.

Saat ini aku sedang berusaha mengumpulkan uang untuk membelikan ibu smartphone baru agar bisa melakukan panggilan video tanpa terganggu. Sebab smartphone milik ibu saat ini sudah rusak sehingga gambar yang ditampilkan ketika melakukan panggilan video menjadi buram. Aku ingin memberikan smartphone untuk ibu sebagai kado ulang tahunnya nanti. Entah uang yang aku kumpulkan akan terkumpul pada waktunya atau tidak, namun yang jelas, aku akan terus berusaha untuk memberikan kado tersebut.

Kado untuk Pahlawan

Sedangkan untuk ayah, aku ingin memberikan hadiah berupa sepeda motor. Sebab sepeda motor yang digunakan ayah untuk berjualan sudah tua dan sering mengalami kerusakan. Maka dari itu, aku juga sedang mengumpulkan uang untuk memberikan hadiah tersebut. Semoga aku bisa memberikan ayah sepeda motor agar usahanya lancar dan bisa membuatnya bahagia.

Selain ingin memberikan kado tersebut kepada ayah dan ibu, aku juga ingin memberikan kado spesial yang selama ini menjadi harapan mereka, yaitu naik haji. Ya, aku ingin mengumpulkan uang yang banyak agar bisa membiayai mereka naik haji. Sebab itu adalah cita-cita ayah dan ibuku sejak dulu. Maka dari itu, ketika kelak aku memiliki uang yang cukup, aku akan memberangkatkan mereka ke Kota Suci, Makkah.

Akhir Kata

Berbicara sosok pahlawan bukan hanya tentang tokoh super, tetapi bisa juga tentang perjuangan seseorang untuk melindungi orang-orang yang dicintainya. Kekuatan yang dimiliki seorang pahlawan bukan hanya bisa terbang, menghilang, atau memiliki otot baja, tetapi juga kekuatan hati untuk tetap tegar, ikhlas, dan berlapang dada dalam menerima takdir Sang Pencipta tanpa pernah berhenti berusaha. Pahlawan super bukan hanya dari galaksi yang jauh, tetapi bisa jadi mereka adalah orang-orang terdekat kita.

Pahlawan super bagiku adalah kedua orang tua yang telah menyelamatkan hidupku. Mereka telah memberikan kekuatan dan pengetahuan yang bisa aku gunakan untuk menjalani hidup ini. Keteguhan hati dan kerja keras mereka untukku, tak akan pernah bisa digantikan oleh apapun. Terima kasih ayah dan ibu, yang telah menjadi pahlawan hidupku.

Review SuperApp

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top