Sejak Dulu Menjadi Nasabah BRI, Dari Hampir Ketipu Hingga Kini Menjadi Nasabah Bijak yang Kuat Melindungi
Bank pertama yang aku kenal dalam hidup ini adalah Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia). Bank yang identik dengan warna biru ini, pertama kali kulihat dari tangan ibu. Sebab ketika aku kecil, ibu selalu mengajakku ke Bank BRI untuk menyimpan atau mengambil uang. Maka dari itu, aku sudah tak asing dengan Bank yang satu ini. Bahkan, kini diusiaku yang menginjak 26 tahun, Bank BRI masih menjadi andalan keluargaku. Mulai dari ayah, ibu, adik, hingga istriku, semuanya menggunakan Bank BRI. Ada banyak pengalaman yang ingin aku bagikan selama menjadi nasabah Bank BRI. Semoga pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran dan motivasi untuk kita semua.
Menjadi Nasabah Bank BRI Turun-Temurun
Saat aku kecil, di awal bulan biasanya ibu mengajak aku untuk pergi ke Bank BRI. Tujuannya, tak lain dan tak bukan adalah untuk mengambil uang transferan dari ayah. Ibu akan mengambil sebagian uang pemberian dari ayah, sedangkan sebagian lainnya dibiarkan untuk tabungan masa depan. Meskipun saat itu pekerjaan ayah hanya seorang tukang bangunan, tetapi ibu selalu bisa menyisihkan sebagian uang pemberian ayah untuk ditabung. Begitulah ibu, seorang wanita yang pintar dalam mengatur keuangan.
Dulu, mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sangat jarang ditemukan, sehingga semua transaksi yang dilakukan harus melalui bank, baik mengirim uang, menabung, maupun mengambil uang. Hal tersebut sebenarnya cukup merepotkan karena rumah kami dan Bank BRI lumayan jauh. Namun, kami, khususnya aku, selalu senang bila diajak ke Bank BRI. Sebab aku bisa menikmati jalanan desa dengan menaiki becak. Ya, becak merupakan satu-satunya transportasi yang bisa diandalkan saat itu.
Sesampainya di Bank BRI, ibu segera mengambil nomor antrian dan formulir berwarna merah (Slip Penarikan). Sembari menunggu nomor antriannya disebut, ibu mengisi formulir penarikan dengan sigap dan teliti. Aku hanya bisa mengamati kegiatan yang ibu lakukan sambil memegang celananya agar aku tidak tertinggal. Setelah selesai mengisi formulir, ibu duduk di bangku ruang tunggu sambil memangku diriku. Inilah saat yang paling aku suka, sebab aku bisa merasakan sejuknya ruangan ber-AC.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ibu dipanggil untuk menghadap teller. Aku mengikuti dibelakangnya sambil tetap memegang celana ibu. Biasanya setelah dari teller ini, raut wajah ibu akan berseri. Aura keceriaan pun terpancar dengan jelas dari senyum di bibirnya. Disaat seperti inilah, naluriku sebagai seorang anak yang masih polos, bekerja.

“Mah, minta es krim” Pintaku dengan muka melas.
Ibu yang sudah menerima uang, tentu akan dengan senang hati membelikan anaknya es krim. Strategiku dalam meminta jajan, memang tidak pernah gagal. Toh, aku juga termasuk anak yang jarang minta jajan, koq. Sejak kecil, aku sudah diajarkan untuk menjalani hidup dengan rasa prihatin. Maka dari itu, aku hanya meminta jajan ketika ibu memiliki uang saja.
Kejadian tersebut terus berulang hingga aku kelas 5 Sekolah Dasar. Sebab setelah itu, ATM mulai banyak dan mudah ditemukan. Jadi ibu memutuskan untuk membuat kartu ATM dan melakukan berbagai transaksi melalui mesin ATM. Jelas, hal tersebut sangat memudahkan nasabah karena tidak perlu repot-repot mengantri panjang dan mengisi formulir penarikan di bank.
Masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), aku mulai membutuhkan akun bank untuk keperluan pencairan dana beasiswa dari sekolah. Tentu saja aku memilih membuka rekening Bank BRI, bank yang sudah menjadi kepercayaan keluargaku. Saat itu aku membuka rekening untuk pelajar karena belum memiliki KTP. Selain itu, aku juga membuat kartu ATM agar memudahkan transaksi.
Beberapa tahun kemudian, setelah adikku masuk SMA, ia juga membuat akun bank untuk keperluan beasiswa. Adikku juga memilih BRI sebagai bank kepercayaan untuk melakukan transaksi keuangan. Katanya, menggunakan BRI sebagai teman keuangan sangat menguntungkan. Sebab saat itu sudah banyak ATM dan Bank BRI di sekitar tempat tinggal kami sehingga memudahkan proses transaksi.
Sampai aku menikah dan akan memiliki buah hati seperti sekarang, BRI masih menjadi pilihan utama keluarga kecil kami. Ya, istriku juga mempercayakan Bank BRI sebagai teman untuk melakukan berbagai aktivitas keuangan. Mungkin inilah yang disebut sebagai jodoh yang memiliki banyak kesamaan, sampai-sampai bank yang digunakan juga sama. Bukan hanya itu, aku juga berencana membuat rekening tabungan Bank BRI untuk anakku kelak. Sebab Bank BRI sudah menjadi pilihan utama di hati keluarga kami.
Hampir Menjadi Korban Penipuan
Aku termasuk ke dalam generasi milenial yang sudah melek teknologi, tetapi tidak dengan kedua orang tuaku. Bisa dikatakan bahwa mereka masih awam dengan teknologi. Maka dari itu, mereka seringkali menjadi target kejahatan siber. Bahkan, mereka hampir menjadi korban dari kejahatan siber yang dilakukan dengan menggunakan teknik Social Engineering.
Berikut akan aku bagikan pengalaman pribadi yang pernah dialami oleh kedua orang tuaku ketika nyaris menjadi korban kejahatan siber. Cerita ini aku bagikan dengan maksud dan tujuan agar kita semua terhindar dari kejahatan semacam ini.
Siang itu, ketika ibu sedang menonton televisi bersama ayah (aku dan adikku sedang bersekolah), tiba-tiba saja ada telepon masuk. Telepon tersebut berasal dari seorang pria yang memperkenalkan diri sebagai panitia undian Bank BRI. Pria di seberang telepon menginformasikan bahwa nomor rekening milik ibu berhasil memenangkan undian tersebut. Awalnya kedua orang tuaku curiga bahwa ini adalah penipuan. Namun, pria itu berbicara dengan sangat meyakinkan dan berkata bahwa undian tersebut tidak dipungut biaya apa pun. Alhasil kedua orang tuaku, terutama ayah, sangat antusias menyambut telepon dari pria misterius itu.

Bagaimana tidak, pria yang mengaku dari Bank BRI itu hanya meminta nomor verifikasi saja sebagai syaratnya, bukan uang jutaan rupiah layaknya seorang penipu. Entah itu nomor verifikasi apa, tetapi yang jelas kedua orang tuaku diharuskan pergi ke ATM untuk mendapatkan nomor tersebut. Kedua orang tuaku pun segera menuju ATM terdekat. Tiba di depan ATM, ayah kembali menelepon pria itu untuk meminta instruksi selanjutnya. Pria di seberang telepon menyuruh ayah untuk memasukan kartu ATM lalu menuju ke menu tertentu untuk mendapatkan kode verifikasi. Melihat ada yang janggal, ibu segera menghentikan tindakan ayah. Bahkan, ibu merampas telepon dari tangan ayah kemudian menutupnya. Ibu menyadarkan ayah agar tidak melakukan instruksi dari si pria, tetapi ayah sudah terlanjur dipengaruhi sehingga terjadi perdebatan di depan ATM.
Perdebatan antara ayah dan ibu memancing perhatian satpam yang saat itu sedang berjaga. Satpam tersebut kemudian menegur mereka.
“Ada apa, pak, bu?” Tanya satpam.
“Ini pak, suami saya mau kirim kode verifikasi sebagai syarat menang undian. Saya takut itu penipuan” Jelas ibu.
“Orangnya enggak minta transfer uang koq pak, cuma suruh kirim kode verifikasi aja” Jawab ayah.
“Jangan pak, itu jelas penipuan. Bisa jadi, kode verifikasi tersebut digunakan si pelaku untuk menguras uang di ATM bapak” Satpam coba menerangkan kepada ayah yang sedari tadi kalut.
“Oh, iya tah pak? Emangnya bisa bobol ATM pake kode verifikasi gini?” Ayah memastikan.
“Sangat bisa pak. Makanya, hati-hati! Jangan pernah kirim apa pun pada orang yang belum jelas asal-usulnya. Bahkan, orang BRI juga enggak mungkin minta kode-kode gituan” Satpam kembali menerangkan.
“Tadi bapak sempat ngirim kode verifikasinya belum?” Tambah satpam.
“Belum sih pak” Jawab ayah singkat.
“Ya sudah, mending bapak dan ibu pulang saja. Jangan pernah memberitahu informasi apa pun pada orang yang tidak dikenal, ya” Satpam memberi nasihat.
Kedua orang tuaku pun segera pulang. Di jalan, si penipu terus menghubungi nomor ibu tetapi tidak dijawab karena kedua orang tuaku sangat kesal. Bagaimana tidak, di bawah teriknya mentari, ayah dan ibu harus pergi ke ATM untuk memenuhi hasrat si penipu. Pastinya itu adalah sesuatu yang sangat menyebalkan.
Setelah aku pulang sekolah, ibu menceritakan semua kejadian tersebut kepadaku. Aku pun sedikit memberi nasihat untuk ibu dah ayah agar lebih berhati-hati.
“Pokoknya kalau ada yang telepon minta kode atau informasi apa pun, jangan pernah dikasih. Mending kasih tau saya dulu. Jangan sembarangan memberikan informasi kepada orang yang tidak dikenal” Tegasku.
Sejak saat itu, satu atau dua kali ibu dan ayah menerima telepon serupa. Namun, kedua orang tuaku selalu memberi tahu aku sehingga si penipu gagal mengelabui mereka. Saat tidak ada aku pun, ayah dan ibu lebih memilih mengabaikan telepon dari orang yang tidak dikenal atau mengatasnamakan panitia undian. Hal tersebut aku sosialisasikan kepada keluarga besar sehingga kami selalu terhindar dari modus penipuan.
Kejahatan Siber Merajalela
Saat ini aku bekerja di salah satu perusahaan penyedia hosting dan domain di Indonesia. Aku ditugaskan untuk menjadi seorang Customer Service sekaligus Technical Support yang menerima segala bentuk permasalahan client sekaligus menyelesaikan permasalahan tersebut. Di sini, aku belajar banyak tentang dunia internet. Bahkan, mengetahui berbagai jenis kejahatan siber yang sering dilakukan oleh Hacker. Bisa dikatakan bahwa hacker adalah musuh terbesarku. Sebab, banyak client yang mengeluh website atau emailnya terkena hack.
Ada fakta menarik tentang hacker dan para korbannya. Dimana fakta ini aku dapatkan dari pengalaman pribadi menjadi Technical Support selama hampir lima tahun. Fakta tersebut yaitu:
Manusia adalah komponen terlemah dari sebuah sistem.
wikocak.com
Aku menemukan fakta ini setelah beberapa kali menangani website client yang terhack. Jarang sekali aku menemukan penyebab website yang terhack karena lemahnya keamanan program atau perangkat lunak yang digunakan. Sebaliknya, virus hack justru masuk karena kelalaian client itu sendiri.
Contohnya: client tidak pernah melakukan update ke versi terbaru dari Content Management System (CMS), theme, atau plugin yang digunakan. Pada kasus lain, client yang terhack ternyata menggunakan theme atau plugin dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Sehingga theme atau plugin tersebut sudah disusupi oleh virus di dalamnya.

Percaya atau tidak, dua alasan tersebut merupakan penyebab website terhack yang paling sering ditemukan. Dari kejadian ini saja dapat dilihat bahwa manusia adalah komponen terlemah dari sebuah sistem. Jika seperti ini kejadiannya, maka sehebat apa pun sistem yang digunakan, hacker dapat merusaknya. Seharusnya, kelalaian semacam itu bisa disiasati agar terhindar dari serangan hacker.
Selama menjadi Technical Support, aku sering menemukan kasus kejahatan siber. Skalanya dari mulai yang kecil, hingga yang besar. Salah satu contoh kejahatan siber dengan skala besar terjadi melalui email. Biasanya, pelaku akan mengirim email ke calon korbannya dengan menggunakan Email Alias. Trik ini cukup sulit untuk dijelaskan karena prosesnya yang rumit. Namun, inti dari trik ini yaitu si pelaku mengirim email kepada calon korbannya dengan mengatasnamakan orang/pihak lain. Nama akun pengirim asli dari email tersebut akan disamarkan untuk mengelabui calon korbannya. Jika tidak jeli, maka dapat dipastikan calon korban akan terperangkap. Bayangkan bila pelaku mengaku sebagai pihak bank untuk meminta data pribadi nasabah, kemudian nasabah tersebut memberikan data pribadi miliknya, apa yang akan terjadi? Tentu saldo yang ada di rekening nasabah akan lenyap dalam sekejap.
Salah satu cara untuk mengatasi jenis kejahatan siber seperti ini adalah dengan melihat Heading Email. Sebab heading email akan menunjukan pengirim asli dari email alias tersebut, sehingga calon korban tidak dapat dikelabui.
Kejahatan siber bisa menimpa siapa pun yang menggunakan internet, termasuk nasabah bank. Ada banyak modus kejahatan siber yang dilakukan untuk menguras rekening nasabah bank, salah satunya seperti yang dialami oleh kedua orang tuaku. Selain itu, ada beberapa jenis modus kejahatan siber lainnya, yaitu sebagai berikut.
Phising
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat website palsu yang menyerupai suatu instansi, lembaga, atau perusahaan tertentu sehingga calon korban akan memberikan informasi dengan mudah.
Carding
Pelaku kejahatan jenis ini akan melakukan transaksi menggunakan kartu kredit milik korban. Biasanya, pelaku bertransaksi menggunakan nomor kartu kredit korban yang didapatkan dari para pencuri data, spammer, atau dari website phising yang sudah dibuat.
SIM Swap
Modus kejahatan seperti ini dilakukan dengan cara mengambil alih nomor ponsel atau kartu SIM korban yang dijadikan sebagai nomor terdaftar dari aplikasi perbankan. Sehingga pelaku bisa menguasai akun perbankan milik korban dengan mudah.
Skimming
Skimming dilakukan dengan cara memasang alat khusus pada ATM sehingga informasi penting milik korban dapat diketahui. Informasi tersebut kemudian dipindahkan ke kartu ATM kosong agar si pelaku bisa menarik saldo dari rekening korban.
OTP Fraud
Kode OTP sangat penting karena bisa digunakan untuk login ke aplikasi perbankan dengan mudah. Jika kode OTP diketahui oleh orang lain, maka akibatnya bisa fatal. Para pelaku kejahatan siber biasa melakukan pencurian kode OTP melalui telepon, SMS, email, bahkan menggunakan malware.
Data Forgery
Kejahatan jenis ini sama seperti Phising, hanya saja memanfaatkan kesalahan pengetikan yang dilakukan oleh pengguna. Misalnya: pelaku membeli domain br1.co.id dengan harapan ketika pengguna mengakses website bri.co.id, tetapi salah mengetik sehingga yang diakses adalah br1.co.id. Nah, website br1.co.id ini memiliki tampilan yang sama dengan website bri.co.id sehingga bisa mengelabui korban.
Cyber Espionage
Kejahatan semacam ini biasanya terjadi pada persaingan bisnis, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada nasabah bank yang menggunakan mobile banking. Ada beberapa tahapan dalam melakukan kejahatan ini, yaitu footprinting, scanning, enumerasi, gaining access, escalating privilege, mulai memata-matai data, membuat backdoor.
Menjadi Nasabah Bijak
Semakin maraknya tindak kejahatan siber, membuat aku geram. Maka dari itu, aku tidak akan tinggal diam. Aku ingin menjadi penyuluh digital yang bisa melindungi –setidaknya keluargaku– dari kejahatan siber. Sebab aku yakin semua pengguna jasa perbankan bisa menjadi nasabah bijak, nasabah yang mampu melindungi diri dari kejahatan siber. Selain itu, aku juga berharap semua orang yang mengerti tentang teknologi, bisa menjadi penyuluh digital sepertiku. Sebab, keberadaan penyuluh digital untuk menumpas kejahatan siber sangat penting.
Sedari tadi membahas tentang penyuluh digital, sebenarnya apa sih tugasnya?
Dikutip dari CNBC Indonesia, penyuluh digital menurut Direktur Utama BRI Sunarso memiliki tiga tugas, yaitu:
- Mengajari masyarakat membuka rekening digital.
- Mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital.
- Mengajari dan mewanti-wanti masyarakat terhadap kejahatan digital.
Keberadaan penyuluh digital akan membuat semua pengguna layanan perbankan mendapatkan sosialisasi dan pemahaman tentang akses keuangan digital dan cara menerapkan kegiatan digital yang aman. Hal tersebut akan membuat masyarakat semakin paham akan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi agar terhindar dari kejahatan siber. Dengan begitu, semakin banyak masyarakat yang menjadi nasabah bijak.
Sepertinya Bank BRI sadar betul akan pentingnya peran penyuluh digital terutama di bidang perbankan di tengah masyarakat yang belum melek teknologi. Penyuluh digital akan mendampingi nasabah ketika mengakses layanan digital, sehingga dapat memudahkan masyarakat. Siapa pun bisa menjadi penyuluh digital, termasuk komponen karyawan Bank BRI sendiri. Hal ini sejalan dengan strategi Go Smaller, Go Shorter, Go Faster yang sedang dilakukan BRI.

Aku sendiri dengan suka rela ingin menjadi penyuluh digital yang bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya keluarga, agar bisa menjadi nasabah bijak yang mampu melindungi diri dari kejahatan siber. Berbekal pengalaman kerja yang berhubungan dengan dunia digital, setidaknya aku bisa mengetahui modus kejahatan siber yang sering digunakan. Sehingga aku bisa membagikan pengalaman tersebut kepada keluarga dan masyarakat umum.
Dalam melawan kejahatan siber, kita harus mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri dari kejahatan siber itu sendiri. Ada beberapa metode yang biasa dilakukan oleh pelaku kejahatan siber, yaitu metode telepon, email, atau SMS. Aku memiliki cara tersendiri untuk mengidentifikasi kejahatan siber tersebut, yaitu sebagai berikut.
Mengenali Kejahatan Siber melalui Telepon
Ada beberapa ciri kejahatan siber melalui telepon yang bisa dikenali. Walaupun memang dalam prakteknya kejahatan siber memiliki banyak variasi, tetapi ada sebuah garis besar yang bisa dikenali. Berikut ini beberapa ciri kejahatan siber melalui telepon.
- Meminta data pribadi yang sensitif, seperti: nama ibu kandung, kode OTP, hingga data login.
- Berbicara sangat meyakinkan dan cenderung mengarahkan, bukan memberi informasi.
- Memanfaatkan psikologi calon korban dengan menciptakan suasana emosional, seperti: rasa senang karena mendapat hadian, rasa cemas karena keluarga kecelakaan, dan sebagainya.
- Meminta sejumlah uang dengan alasan yang mendesak.
- Pelaku akan melarang calon korban untuk memberitahu orang lain tentang informasi palsu yang diberikan melalui telepon tersebut.
Mengenali Kejahatan Siber melalui Email
Bukan hanya melalui telepon, kejahatan siber juga bisa terjadi melalui email. Modus yang dilakukan melalui email ini juga memiliki ciri-ciri tertentu yang bisa diketahui oleh masyarakat. Berikut ini ciri-ciri kejahatan siber melalui email.
- Mengaku sebagai perwakilan perusahaan besar, tetapi masih menggunakan email gratisan seperti gmail.com atau yahoo.com.
- Nama pengirim yang tampil dan nama akun yang ada pada header berbeda.
- Isi email biasanya mengajak, menawarkan, hingga mengancam dan disertai dengan link yang mengarah ke situs tertentu.
- Meminta data pribadi seperti nama lengkap, nama ibu kandung, alamat rumah, nomor telepon, dan sebagainya.
- Menggunakan email alias yang mengatasnamakan akun korban. Jadi, seakan-akan korban mengirim email pada dirinya sendiri.
Mengenali Kejahatan Siber melalui SMS
Kejahatan siber yang dilakukan menggunakan tulisan bukan hanya melalui email, tetapi juga bisa melalui SMS. Modus kejahatan siber yang dilakukan melalui SMS sedikit berbeda dengan modus yang dilakukan melalui email. Maka dari itu, silakan pahami ciri-ciri modus kejahatan siber melalui SMS berikut.
- Isi pesan biasanya membuat suasana hati bahagia, contohnya mendapatkan hadiah atau undian.
- Korban disuruh menghubungi nomor tertentu atau mengunjungi link tidak jelas.
- Meminta data pribadi yang krusial seperti kode OTP, username dan password akun bank, serta nomor rekening.
- Pelaku akan menyuruh korban untuk mengirim sejumlah uang dalam kurun waktu yang sangat terbatas. Jika tidak, maka hadiah atau undian akan hangus.
- Menawarkan pinjaman dengan bunga rendah dan tenor yang cukup lama.
Melawan Kejahatan Siber
Setelah mengetahui modus kejahatan siber yang digunakan untuk mengelabui nasabah bank, seharusnya kita sebagai nasabah yang bijak bisa mencegah aksi kejahatan siber tersebut. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar kita tidak menjadi korban dari kejahatan siber, antara lain sebagai berikut.
- Bersikap Tenang.
Ketenangan adalah kunci utama agar kita bisa terhindar dari jerat kejahatan siber. Apa pun modusnya, jika kita bersikap tenang maka para pelaku tidak bisa mengelabui kita. - Mengecek Kebenaran.
Mengecek kebenaran dari informasi yang diberikan oleh pelaku merupakan tindakan yang bijak. Tak masalah bila harus menutup telepon dari pelaku atau membalas email dan SMS dalam waktu lama demi mengecek kebenaran informasinya. - Jangan Memberi Apa pun.
Percayalah, perusahaan perbankan tidak akan meminta uang atau informasi pribadi milikmu. Maka dari itu, jangan pernah mentransfer uang pada orang yang mengaku dari pihak bank dan jangan memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening, password, kode OTP, dan sebagainya. - Melapor.
Setelah mengetahui bahwa kita telah menjadi target dari kejahatan siber, maka hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melapor. Setidaknya, kita bisa melaporkan nomor si pelaku ke Kominfo melalui Aduan BRTI. - Memilih Bank Terbaik.
Pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya tindak kejahatan siber bukan hanya dari sisi nasabah saja, tetapi juga dari pihak bank. Maka dari itu, memilih bank yang peduli akan keamanan dari nasabahnya merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh nasabah bijak.
Perlawanan terhadap kejahatan siber tidak hanya dilakukan oleh nasabah saja, tetapi juga oleh pihak bank yang bersangkutan. BRI merupakan bank yang berada di garda terdepan untuk melawan kejahatan siber. Sebab Bank BRI sangat serius dalam melindungi data nasabah dari kejahatan siber. Dikutip dari KRJogja, Bank BRI melakukan berbagai cara untuk menjamin keamanan data nasabah, baik dari segi people, process, maupun technology.
- People.
Bank BRI memiliki organisasi khusus yang berperan untuk menangani Information Security. Organisasi tersebut dipimpin oleh Chief Information Security Officer (CISO), yaitu orang yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang Cyber Security. Selain itu, Bank BRI juga giat melakukan edukasi tentang keamanan data serta cara melakukan transaksi yang aman kepada karyawan dan nasabahnya melalui berbagai media seperti media sosial, media cetak, maupun secara langsung. - Process.
Keamanan proses yang ada di Bank BRI memiliki acuan kepada NIST Cyber Security Framework, Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS), standar internasional, dan kebijakan regulator POJK No.38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum. Sedangkan untuk memastikan proses pengamanan informasi sudah berjalan sesuai standar, Bank BRI melakukan beberapa sertifikasi seperti ISO 20000-1:2018 (BRINet Express), ISO 27001:2013 (Data Center Facility), ISO 27001:2013 (Card Production), ISO 27001:2013 CIA (Cyber Intellegence Analysis Center Operation), ISO 27001:2013 (OPEN API), ISO 27001:2013 (Big Data Analytics), ISO 27001:2013 (Spacecraft Operation), dan PCI/PA DSS API (Direct Debit). - Technology.
Pengembangan teknologi keamanan informasi yang dilakukan oleh Bank BRI sesuai dengan Framework NIST yang meliputi Identify, Protect, Detect, Recover, dan Respond. Tujuannya adalah untuk mencegah, mendeteksi, memonitoring serangan siber dan meminimalisir risiko kebocoran data nasabah.
Melawan kejahatan siber yang dilakukan oleh nasabah dan pihak Bank BRI tentu sangat efektif. Sebab kolaborasi pada bagian People akan menciptakan sebuah sistem keamanan yang kuat, sehingga istilah “manusia adalah komponen terlemah dari sebuah sistem” dapat diatasi.
Kesimpulan
Semua anggota keluargaku, mulai dari ayah, ibu, aku, adik, hingga istriku merupakan nasabah Bank BRI. Sejak aku kecil, ibu selalu mengajak aku ke Bank BRI untuk mengambil uang transferan dari ayah. Saat itulah waktu yang tepat untuk meminta jajan kepada ibu. Sebab ibu akan mengabulkan permintaanku itu karena sedang memiliki uang. Selain itu, ada banyak cerita yang kami dapatkan ketika menjadi nasabah Bank BRI. Mulai dari hampir tertipu hingga kini bisa kuat melindungi data pribadi dari kejahatan siber.
Ada berbagai macam modus kejahatan siber, tetapi terdapat ciri-ciri yang bisa dilihat oleh nasabah. Biasanya kejahatan siber yang mengancam nasabah akan menggunakan modus phising, carding, SIM swap, skimming, OTP fraud, data forgery, atau cyber espionage. Maka dari itu, nasabah harus berhati-hati dan selalu siap untuk melindungi data pribadi. Waspada boleh saja, tetapi rasa khawatir yang berlebihan tidak dianjurkan. Sebab sesempurna apa pun kejahatan siber, tetap ada celah untuk menghindarinya.
Bank BRI sebagai perusahaan perbankan yang sangat serius untuk melindungi data pribadi milik nasabah, berupaya menciptakan ekosistem transaksi perbankan yang aman, nyaman, dan mudah. Hal tersebut diwujudkan dengan berbagai macam program, salah satunya kegiatan penyuluhan digital yang bertujuan untuk membimbing dan memberikan pemahaman terhadap nasabah tentang kejahatan siber serta cara melakukan transaksi digital yang aman. Penyuluh digital akan membuat masyarakat menjadi nasabah bijak yang bisa melindungi diri dari kejahatan siber.
Sumber
- https://www.cnbcindonesia.com/market/20220531105954-17-343151/bri-optimalkan-peran-penyuluh-digital-ini-tugasnya
- https://www.krjogja.com/ekonomi/begini-upaya-bri-lindungi-data-nasabah-dari-kejahatan-siber/
- https://hariansinggalang.co.id/penyuluh-digital-transformasi-kekinian-bri-di-usia-126-tahun/