Keanekaragaman Fauna Indonesia

Ada Banyak Keanekaragaman Fauna Endemik Di Indonesia, Ayo Kita Jaga!

Pada tahun 1954-1962, seorang cendekiawan asal Inggris berhasil menjelajahi seluruh kawasan Indonesia yang saat itu bernama Nusantara. Cendekiawan yang menulis perjalanannya di Nusantara pada buku yang berjudul The Malay Archipelago atau Kepulauan Nusantara ini, bernama Alfred Russel Wallace. Selama menjelajahi Nusantara, ia selalu mengamati flora dan fauna yang sangat beragam. Bahkan terkadang ia mengawetkan beberapa jenis flora dan fauna tersebut sebagai bahan penelitian. Khusus untuk keberagaman fauna, Alfred Russel Wallace membuat sebuah garis imajiner yang memisahkan antara jenis fauna di wilayah barat (meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan) dan wilayah Wallacea (meliputi pulau Sulawesi, NTT, NTB, Kupang, Halmahera hingga Papua). Garis imajiner tersebut bernama Garis Wallace (Wallace Line) yang pada awalnya disambut baik dan diakui oleh semua ahli zoogeografi.

Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyak data ilmiah yang dikumpulkan, keberadaan Garis Wallace mulai diragukan. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa persebaran fauna di Nusantara, tidak dibatasi dengan garis yang sangat tajam, melainkan berbentuk gradual. Menurut Mayr (1945), Garis Wallace itu bukanlah batas antara fauna Asia dan Australia, tetapi lebih cenderung merupakan batas tepian paparan benua (Paparan Sunda) yang kering pada kala Pleistosen (zaman es sekitar 1,8 juta tahun lalu hingga sekitar 10.000 tahun lalu). Jika mengacu pada penjelasan Mayr tersebut, maka garis imajiner seperti Garis Wallace juga bisa ditemukan di Nusantara bagian timur, yaitu di antara Kepulauan Kei dan Kepulauan Aru. Berdasarkan data ini, kemudian muncul garis imajiner baru yaitu Garis Leydekker. Setelah itu juga muncul pula konsep alternatif yang melahirkan garis zoogeografi yang dikenal dengan Garis Weber, yang diusulkan oleh Pelseneer (1904). Nama Weber diambil dari Max Weber yang memimpin Ekspedisi Siboga (1899-1900).

Garis Wallace dan Weber
Garis Imajiner Wallace dan Weber
Sumber: oseanografi.lipi.go.id

Garis Wallace dan Weber membagi persebaran fauna di Nusantara menjadi tiga wilayah yang meliputi Wilayah Bagian Barat, Wilayah Bagian Tengah, dan Wilayah Bagian Timur. Di setiap wilayah tersebut, selalu terdapat fauna endemik yang melengkapi keberagaman fauna di Indonesia. Fauna endemik sendiri merupakan fauna yang menghuni suatu wilayah tertentu dalam waktu yang sangat lama dan biasanya tidak ditemukan di wilayah lain. Lalu, seperti apa saja keberagaman fauna yang menghuni wilayah-wilayah tersebut? Apakah keberagaman fauna di Indonesia terancam kepunahan? Dan, bagaimana cara untuk melestarikan keberadaan fauna yang sangat beragam ini? Ayo, cek!

Wilayah Bagian Barat

Wilayah ini berada di sebelah barat Nusantara, yaitu meliputi pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Fauna yang menempati wilayah bagian barat memiliki ciri-ciri yang sama seperti fauna di benua asia sehingga disebut sebagai fauna Asiatis atau fauna dataran sunda. Ada berbagai macam fauna yang menghuni wilayah bagian barat. Fauna tersebut tersebar di darat, air, bahkan udara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wallace, fauna yang menempati wilayah bagian barat Nusantara berasal dari benua Asia.

Fauna yang menghuni wilayah bagian barat Nusantara, memiliki ciri-ciri atau keunikan tersendiri. Ciri tersebut dapat dilihat dari jenis, ukuran, dan bentuk tubuhnya. Berikut ini adalah ciri-ciri yang terdapat pada fauna Asiatis.
1. Mamalia yang berukuran besar, seperti gajah.
2. Beberapa jenis ikan air tawar.
3. Beberapa jenis kera.
4. Beberapa jenis reptil.
5. Beberapa jenis burung berukuran kecil hingga sedang namun sedikit burung yang berwarna.
6. Fauna endemik seperti: badak bercula satu, orang utan, dan burung merak.

Wilayah barat Nusantara dihuni oleh beberapa fauna endemik yang mulai jarang ditemukan. Bahkan beberapa diantaranya dalam status Critically Endangered (CR), yang berarti bahwa jenis fauna ini sudah sangat kritis dan nyaris punah. Maka dari itu, ayo kenali fauna endemik yang ada di wilayah barat Nusantara agar kita mengetahui dan mau melestarikannya.

Badak Bercula Satu

Biasa disebut dengan nama Badak Jawa, kemungkinan nama ini digunakan karena wilayah habitatnya berada di pulau jawa. Seperti namanya, badak ini memiliki satu cula di bagian atas hidungnya. Badak bercula satu merupakan salah satu di antara enam jenis badak yang ada di dunia. Populasinya diperkirakan hanya ada sekitar 50-60 ekor saja, sehingga membuatnya masuk ke dalam status Critically Endangered (CR). Habitat badak bercula satu kini hanya ada di Taman Nasional Ujung kulon, Banten. Hal ini membuatnya menjadi salah satu fauna yang istimewa di Indonesia.

Badak Bercula Satu
Badak Bercula Satu
Sumber: id.wikipedia.org

Orang Utan

Orang utan merupakan fauna endemik di wilayah bagian barat Nusantara yang memiliki hubungan kerabat dekat dengan manusia karena tingkat kesamaan DNA yang mencapai 96,4%. Fauna ini memiliki tiga subspesies yaitu orang utan kalimantan/borneo (Pongo Pygmaeus), orang utan sumatera (Pongo Abelii), dan orang utan tapanuli (Pongo Tapanuliensis). Pongo Abelii merupakan spesies orang utan yang sangat istimewa, sebab keberadaannya hanya ada di pulau sumatera, Indonesia. Namun demikian, kabar tidak menyenangkan kembali terdengar karena selama 20 tahun terakhir, populasi orang utan jenis ini semakin menurun.

Orang Utan
Orang Utan Kalimantan
Sumber: id.wikipedia.org

Burung Merak

Burung cantik dengan bulu-bulu berwarna hijau ini merupakan fauna endemik yang hanya ada di pulau jawa. Burung merak dapat ditemui di Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Baluran, dan Taman Nasional Meru Betiri. Selain itu, burung yang memiliki nama ilmiah Pavu Muticus ini juga diperkirakan terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Warna dan coraknya yang indah, serta keberadaannya yang hanya ada di Indonesia, membuat burung merak menjadi salah satu unggas kebanggaan Indonesia. Namun keberadaan burung merak semakin memprihatinkan karena populasinya tidak lebih dari 800 ekor saja.

Burung Merak
Burung Merak
Sumber: id.wikipedia.org

Wilayah Bagian Tengah

Wilayah bagian tengah atau disebut juga wilayah transisi, meliputi pulau Sulawesi, Lombok, NTB, NTT, dan Kupang. Jenis fauna yang menghuni wilayah ini disebut fauna peralihan, yang kebanyakan merupakan fauna endemik asal Indonesia. Bukan hanya itu, beberapa jenis fauna endemik tersebut merupakan fauna langka yang sudah sangat sulit dijumpai. Jenis fauna peralihan memiliki ciri khusus yaitu memiliki persamaan dengan fauna asia dan australia, sebab jenis fauna ini merupakan transisi antara fauna asiatis dan australis.

Fauna peralihan juga memiliki ciri-ciri tersendiri sehingga membedakannya dengan jenis fauna yang lain. Secara garis besar, ciri-ciri fauna peralihan antara lain sebagai berikut:
1. Kebanyakan adalah fauna endemik yang hanya ada di Indonesia.
2. Bentuk fisiknya mirip dengan fauna asia dan australia.
3. Beberapa diantaranya adalah hewan langka.
4. Sebagian fauna adalah sisa hewan purba yang mampu bertahan dari kepunahan.

Wilayah bagian tengah dihuni oleh banyak fauna langka yang sudah sangat jarang ditemui di dunia. Indonesia seharusnya bangga karena fauna-fauna tersebut masih lestari dan bisa dilihat hingga kini. Namun hal ini juga merupakan tanggung jawab yang sangat besar untuk kita semua agar fauna langka tersebut tidak punah. Lalu apa saja fauna langka yang ada di wilayah bagian tengah Nusantara? Berikut adalah beberapa fauna endemik langka yang menghuni wilayah Indonesia bagian tengah.

Komodo

Merupakan fauna yang ada di wilayah bagian tengah Nusantara atau fauna peralihan, komodo hanya terdapat di lima pulau saja. Semua pulau tersebut berada di Indonesia, dimana empat diantaranya merupakan Taman Nasional Komodo yang menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Empat pulau yang termasuk kedalam Taman Nasional Komodo tersebut adalah pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode, dan Gili Motang. Sementara satu pulau lainnya yang tidak termasuk kedalam Taman Nasional Komodo adalah pulau Flores. Komodo merupakan salah satu fauna yang bisa dibanggakan oleh Indonesia, namun juga harus dilestarikan dengan cara ekstra karena keberadaannya hampir punah.

Komodo
Komodo
Sumber: komododragon.org

Dugong

Dugong atau duyung merupakan biota laut langka yang berperan penting dalam ekosistem perairan laut, oleh sebab itu perlu dilindungi dan dilestarikan. Makanan utama dugong adalah lamun, yaitu rumput yang berada di dalam laut. Saat ini keberadaan dugong dan lamun di lautan sangat terancam karena berbagai hal. Menurut website resmi LIPI, dugong atau duyung dikhawatirkan akan terus mengalami eksploitasi sehingga tidak seimbang dengan reproduksinya. Ambang batas kepunahan pun terus menghantui. Saat ini belum diketahui pasti berapa jumlah dugong yang ada, namun data pada 10 tahun lalu menunjukan populasi dugong sekitar 1000 ekor saja, yang saat ini terus menurun.

Dugong
Dugong
Sumber: lipi.go.id

Tarsius

Fauna endemik Indonesia yang ada di wilayah bagian tengah ini memiliki beberapa spesies, di mana salah satu spesies yaitu Tarsius Sulawesi, masuk ke dalam status Hampir Terancam. Pelestarian tarsius tidak pernah sukses untuk membentuk koloni pada kurungan tertutup. Bahkan, tarsius tidak segan untuk membunuh dirinya sendiri karena stres jika terus di dalam kurungan. Oleh sebab itu, pelestarian di alam terbuka harus dilakukan. Indonesia seharusnya bangga karena masih memiliki primata terkecil ini, namun kebanggaan tersebut harus dibarengi dengan kesadaran dan tanggung jawab akan pelestariannya. Sehingga tarsius dapat selamat dari ancaman kepunahan.

Tarsius
Tarsius
Sumber: id.wikipedia.org

Wilayah Bagian Timur

Wilayah ini berada di sebelah timur garis Weber, yang meliputi Pulau Halmahera, Seram, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru, dan Papua. Persebaran fauna yang ada di wilayah ini memiliki kesamaan dengan fauna yang ada di Australia, sehingga disebut sebagai jenis fauna australis. Salah satu fauna yang paling banyak menempati di wilayah bagian timur Nusantara adalah jenis burung. Sementara itu, fauna paling sedikit yang menempati wilayah ini adalah jenis ikan air tawar dan tidak ada jenis kera di wilayah bagian timur Nusantara atau fauna australis.

Sama seperti fauna asiatis dan peralihan, jenis fauna australis juga memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut ini adalah beberapa ciri dari fauna australis:
1. Memiliki jenis fauna bertanduk.
2. Terdapat banyak jenis burung.
3. Terdapat jenis fauna berkantung.
4. Ada sedikit jenis fauna air tawar.
5. Binatang mamalia yang kecil.
6. Tidak terdapat kera.

Fauna australis yang berada di wilayah bagian timur memang didominasi oleh jenis burung. Bahkan ada salah satu burung yang dijuluki sebagai burung surga karena keindahannya. Selain itu, di wilayah bagian timur Nusantara juga terdapat fauna yang memiliki kantung, dan masih ada beberapa fauna khas Australia lainnya. Berikut ini fauna yang menempati wilayah bagian timur Nusantara.

Burung Cenderawasih

Banyak dikenal karena keindahan bulu-bulunya, burung cenderawasih dijuluki sebagai burung surga. Namun keindahannya ini merupakan pisau bermata dua, di mana karena keindahannya, burung cenderawasih banyak diburu oleh manusia. Padahal burung cenderawasih merupakan salah satu fauna kebanggaan Indonesia. Sebab, dari sekitar 30 jenis burung cenderawasih, 28 jenis diantaranya berada di Papua. Selain itu, habitatnya juga hanya bisa ditemukan di Indonesia bagian timur, Papua New Guinea, dan Australia Timur saja.

Burung Cenderawasih
Burung Cenderawasih
Sumber: nationalgeographic.grid.id

Kanguru Pohon

Fauna yang identik dengan benua Australia ini, ternyata juga dapat ditemukan di Indonesia. Kanguru merupakan salah satu fauna unik karena memiliki kantung yang ada di sekitar perutnya. Biasanya, kantung ini digunakan untuk menyimpan anak kanguru. Spesies kanguru yang berada di Indonesia, lebih tepatnya di Papua, merupakan spesies kanguru pohon wondiwoi yang memiliki nama ilmiah Dendrolagus Mayri. Namun sayang, populasinya kini sangat terancam punah. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, memperkirakan jumlah kanguru pohon wondiwoi hanya sekitar 50 ekor saja. Hal ini disebabkan karena perburuan liar dan populasi tempat hidupnya yang terbatas sehingga kesulitan untuk mencari makan.

Kanguru Pohon
Kanguru Pohon
Sumber: genpi.co

Kuskus

Mamalia mungil yang memiliki kantong (Marsupialia) ini, hanya bisa ditemukan di Indonesia bagian timur (Sulawesi, Maluku, dan Papua), Australia, dan Papua New Guinea. Kuskus merupakan salah satu hewan yang dilindungi karena populasinya kini yang terus menurun akibat ancaman deforestasi dan banyak diburu. Bahkan menurut data dari IUCN mengungkapkan bahwa Kuskus dikategorikan ke dalam Endangered Species, yang berarti nyaris punah. Bagaimana tidak, hutan yang merupakan surga untuk marsupialia langka ini justru terus digerus, ditambah perburuan liar yang semakin merajalela, membuat keberadaan Kuskus sangat terancam.

Kuskus
Sumber: id.wikipedia.org

Menjaga Lingkungan Hidup untuk Melestarikan Keberagaman Fauna

Keberagaman fauna yang ada di Indonesia memang sangat tinggi, namun kesadaran untuk menjaganya masih sangat rendah. Padahal sudah seharusnya kita semua menjaga, melindungi, dan melestarikan keberagaman fauna tersebut. Dari banyaknya ancaman terhadap fauna langka yang ada di Indonesia, hanya ada dua ancaman yang paling serius, yaitu perburuan liar dan penebangan hutan secara ilegal. Dua faktor ini sangat mengancam keberadaan fauna langka, terutama fauna yang memiliki nilai jual tinggi.

Perburuan liar terhadap fauna langka sudah seharusnya dihentikan, karena selain melanggar Undang-Undang, juga sangat mengancam populasi fauna langka tersebut. Salah satu cara untuk menghentikan aksi perburuan liar adalah dengan memberikan hukuman yang berat bagi para pelaku. Namun jika perburuan terhadap fauna langka tersebut didasari karena alasan tradisi, mungkin penyuluhan adalah cara yang tepat. Penyuluhan pada masyarakat harus dilakukan secara perlahan dan dengan pengertian yang tidak membuat tersinggung. Jangan sampai ada konflik di antara tim penyuluh dan masyarakat adat. Dengan begitu, diharapkan masyarakat adat bisa sadar untuk menjaga dan melindungi fauna Indonesia.

Penebangan secara ilegal (penebangan liar) juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi penyebaran populasi fauna di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah juga sangat serius dalam menangani permasalahan ini. Melalui Undang-Undang, pemerintah berupaya untuk menghentikan aksi penebangan liar. Hal ini perlu dilakukan mengingat hutan adalah habitat alami bagi fauna yang hidup di dalamnya. Maka dari itu, menjaga dan melindungi hutan berarti ikut melestarikan fauna yang ada di dalam hutan tersebut.

Dari dua permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga keberagaman fauna yang ada di Indonesia adalah dengan menjaga lingkungan hidup. Lingkungan hidup tidak terbatas pada ekosistem hutan saja, melainkan semua hal yang berhubungan dengan diri kita dan memiliki nilai timbal balik, baik dari komponen biotik maupun abiotik. Dengan menjaga dan peduli terhadap lingkungan hidup berarti kita sudah membantu untuk melestarikan fauna langka yang ada di Indonesia bahkan dunia. Oleh sebab itu, mari kita jaga lingkungan hidup agar terciptanya hubungan yang harmonis antara komponen-komponen kehidupan.

Sumber

http://oseanografi.lipi.go.id/datakolom/06%20Wallace%20&%20Surat%20ternate%204.pdf
https://www.sridianti.com/beberapa-ciri-ciri-fauna-asiatis-dan-australis.html
https://rimbakita.com/badak-bercula-satu/
https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan
https://www.dosenpendidikan.co.id/persebaran-fauna-indonesia/
https://komododragon.org/home#thedragon
http://lipi.go.id/lipimedia/single/Populasi-Dugong-Terancam-Punah/15463
https://kumparan.com/berita-update/fauna-australis-pengertian-karakteristik-dan-contohnya-1vs0T8Ob63t/full
https://www.transtv.co.id/program/episode/5481/cerita-indonesia-habitat-burung-cendrawasih
https://www.genpi.co/berita/5619/kanguru-asal-indonesia-ini-terancam-punah
https://www.greeners.co/flora-fauna/kuskus-marsupialia-langka-tanah-indonesia-timur/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top