Darurat Perokok Anak

Keren Tanpa Asap Rokok, Itulah Potret Generasi Hebat Penerus Bangsa

Adik-adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang saat ini mungkin sedang mencari jati diri, jangan sampai tergoda untuk mencoba rokok! Merokok merupakan hal negatif yang harus dijauhi. Sebab, jika sudah terjerat dengan rayuan rokok, maka akan sulit untuk melepaskannya. Banyak yang bilang bahwa kecanduan rokok berasal dari pergaulan. Adik-adikku, jangan selemah itu! Mari menjadi anak yang cerdas dan berpikir kritis agar terhindar dari kecanduan rokok pada pergaulan.

Hormati Teman dengan Cara yang Benar

Aku punya cerita menarik tentang rokok dan cara menghormati teman. Mungkin kata-kata “menghormati teman” sering diucapkan dalam pergaulan hingga saat ini. Sebab, dulu aku juga mengalami hal tersebut. Namun, kata tersebut seringkali digunakan untuk hal-hal negatif. Salah satu contoh hal negatif yang sering menggunakan kata “menghormati teman” adalah merokok. Hal seperti ini pertama kali aku jumpai ketika duduk di bangku SMP.

Dulu, ketika masih SMP, aku hanya memiliki sedikit teman. Rasanya sulit untuk mendapatkan teman yang bisa menerima ‘keanehan’ yang ada pada diriku. Entah mengapa, anak yang suka menyendiri dan melakukan segala aktivitas sendirian seperti aku, sering dianggap aneh. Sejujurnya, paradigma itu membuat aku kesulitan untuk mencari teman. Maka dari itu, ketika menemukan teman yang cocok, aku sangat menghormatinya.

Sebut saja Dower (nama samaran), orang yang menurutku cocok untuk dijadikan teman. Dilihat dari penampilannya, ia memang seperti anak yang urakan, tetapi kami bisa saling menghormati satu sama lain. Maka dari itu, tak masalah bagiku untuk berteman dengannya.

Di suatu hari, tiba-tiba sekolah mengadakan rapat internal sehingga semua siswanya dipulangkan. Menerima informasi tersebut, semua siswa termasuk aku merasa senang karena bisa pulang lebih awal. Situasi ini dimanfaatkan oleh Dower untuk ngumpul. Sebelum pulang, ia mengajak aku dan beberapa teman lainnya untuk nongkrong di stasiun terlebih dahulu. Oh, iya. Sekolahku memang dekat dengan stasiun, sehingga banyak siswa yang nongkrong di warung sekitar stasiun setelah pulang sekolah.

Nongkrong Bareng Teman

Aku yang saat itu tidak biasa ngumpul atau nongkrong bersama teman-teman, ingin menolak ajakan tersebut. Namun, teman-teman yang lain terus membujuk aku untuk ikut agar lebih akrab. Musabab tidak enak untuk menolak ajakan mereka, maka dari itu aku menyetujuinya. Pikirku, tak masalah sekali-kali nongkrong bersama teman-teman. Toh nongkrong itu bukan suatu kejahatan.

Setelah sampai di tempat tongkrongan, kami memesan beberapa minuman dan camilan. Lumayan seru juga bisa nongkrong sembari menikmati kereta yang berlalu-lalang. Ketika sedang mengamati teman-teman yang asik mengobrol, tiba-tiba aku dikejutkan oleh permintaan salah satu teman.

Filter, mbok!

Kata salah satu teman

Mendengar hal itu, aku mulai tidak nyaman. Terlebih ketika ia mulai menghisap rokok yang dipesan dan menyebarkan asap yang sangat menyesakkan. Rasa tak nyaman yang aku alami semakin meningkat ketika teman-teman yang lain, termasuk Dower, juga ikut merokok. Bahkan aku ditawari untuk ikut merokok juga.

Sekali aja, nih…

Dower menawarkan sembari menyodorkan sebatang rokok

Enggak, ah! Bahaya, entar kecanduan. Rasanya juga enggak enak!

Jawabku singkat sembari menjauh

Hormati temen dong, bro…

Teman yang lain menimpali

Aku tetap mempertahankan sikap dan tak mau mengalah. Beberapa teman masih meyakinkanku agar mencoba rokok walaupun sedikit saja untuk menghormati, sedangkan beberapa teman yang lain sudah mendiamkan aku. Meskipun demikian, aku tetap menolaknya.

Jika kita adalah teman yang harus saling menghormati, maka hormati aku juga! Aku tidak melarang kalian merokok, jadi jangan paksa aku untuk ikut merokok. Bukankah seperti itu arti menghormati sesama teman?!

Ujarku sedikit kesal

Seketika mereka terdiam. Entah mereka menyadari kesalahannya atau justru malas meladeni aku yang keras kepala ini. Saat itu juga aku pamit untuk pulang karena sudah benar-benar tidak nyaman.

Setelah kejadian tersebut, Dower tidak pernah mengajak aku untuk ikut nongkrong lagi. Sepertinya ia tahu bahwa aku akan menolak ajakannya. Mungkin aku dan Dower memiliki pandangan yang berbeda tentang rokok dan cara menghormati teman, tetapi kami masih berteman dengan baik.

Percaya atau tidak, kejadian tersebut ternyata terus terulang. Ketika aku SMA, kuliah, hingga bekerja, istilah merokok untuk menghormati teman, tetap ada. Bedanya, semakin bertambah usiaku, semakin tegas juga aku untuk menolaknya. Aku sudah tidak peduli lagi bila dijauhi oleh teman-teman perokok. Sebab bagiku, orang yang menjauhi aku karena tidak mau menghormati prinsip hidupku, bukanlah teman yang sesungguhnya. Jadi, tak masalah bila dijauhi oleh orang semacam itu. Sebab aku memegang prinsip bahwa sesama teman harus saling menghormati, bukan memaksakan pendapatnya.

Kini, di usiaku yang menginjak 27 tahun, aku tidak pernah menyesali perbuatan tersebut. Justru aku merasa bahwa tindakan itu merupakan hal yang keren. Sangat keren! Dimana ada seorang pemuda yang berani melawan sistem konyol di dalam pertemanan. Sistem konyol itulah yang biasa disebut: merokok untuk menghormati teman. Aku yakin, adik-adikku yang kini masih SD, SMP, dan SMA, bisa melakukan hal keren seperti itu juga. Ayo tunjukan bahwa kita adalah orang keren yang sesungguhnya!

Merokok itu Hanya untuk Orang-Orang Lemah

Sejak pertama kali bekerja hingga saat ini, mayoritas temanku adalah seorang perokok. Awalnya, aku sering dilabeli sebagai pemuda yang cupu karena tidak merokok. Namun, lama-kelamaan label tersebut hilang dengan sendirinya. Pemuda yang keren seperti aku ini berhasil mengalahkan label cupu itu. Apa yang sudah aku lakukan sehingga berhasil mengalahkan label tersebut? Jawabannya adalah pendirian yang kuat.

Perokok itu Lemah

Adik-adikku, percayalah bahwa orang yang tidak merokok bukan orang cupu atau orang lemah, melainkan orang yang kuat. Mengapa demikian? Sebab seorang pemuda yang kuat, tak akan goyah sekalipun ditempatkan pada lingkungan perokok. Justru para perokok lah yang lemah karena tidak bisa menahan godaan untuk merokok.

Aku termasuk orang yang kuat karena tidak tergoda untuk merokok, walaupun lingkungan di sekitarku adalah perokok. Bukankah sangat keren melawan keburukan dan berhasil memenangkannya walaupun sedang dikepung oleh keburukan itu sendiri. Keren, bukan? Yaaa keren, lah. Setidaknya lebih keren daripada seorang perokok yang justru mengikuti keburukan tersebut. Maka dari itu, berbanggalah kamu yang tidak merokok karena sudah menjadi pemuda keren. Sebab perokok itu adalah orang yang lemah. Kamu yang tidak merokok adalah orang kuat dan hebat!

Debat Rokok dan Kesehatan

Suatu hari, aku protes kepada rekan kerja yang merokok di kantin perusahaan. Aku terganggu karena asap rokoknya memenuhi seisi kantin, sehingga membuat aku yang sedang makan merasakan sesak napas. Sebelumnya aku tidak pernah mempermasalahkan hal seperti ini, karena aku lebih memilih menjauhi orang yang merokok daripada menegurnya. Sebab ujung-ujungnya pasti debat. Namun, saat itu aku tidak bisa pergi karena sedang menyantap makanan. Alhasil, aku pun menegurnya dan sedikit menasihati bahwa rokok itu berbahaya dan tidak baik untuk kesehatan. Benar saja, alih-alih sadar dengan perbuatannya, ia justru mendebat perkataanku.

Lebih bahaya gula sama minyak goreng, atuh. Kan bisa menyebabkan diabetes sama kolesterol.

Ujar rekanku

Aku hanya diam mendengar perkataan tersebut. Bukan tidak bisa menjawab, hanya saja aku malas untuk berdebat dengan orang yang tidak memiliki pemikiran terbuka. Menurutku, kebanyakan perokok tidak memiliki pemikiran terbuka karena selalu mengabaikan pendapat dari ahli kesehatan yang mengatakan bahwa rokok itu berbahaya. Dalam kasus ini, tentu saja yang bisa dipercaya adalah ahli kesehatan. Sebab seorang ahli kesehatan pasti berkompeten di bidang tersebut.

Rokok itu Berbahaya

Jauh sebelum kejadian tersebut, sebenarnya aku pernah berdebat dengan seorang perokok. Hasilnya, tentu hanya debat kusir yang tidak berujung. Sebab hampir semua perokok tidak memiliki pemikiran terbuka. Aku jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, mengapa aku mau menasihati dan mendebat si perokok? Agar ia tidak merokok dan memiliki hidup sehat? Lah, dia sendiri yang memilih untuk merokok dan mengabaikan kesehatannya. Lalu, kenapa aku harus peduli hingga berdebat dengannya? Sejak saat itu, aku jadi malas meladeni seorang perokok. Aku lebih memilih menjauh ketika ada orang yang merokok daripada harus menasihatinya, apalagi sampai berdebat dengannya. Sebab, lebih baik menyelamatkan diri sendiri daripada harus mempermasalahkan sesuatu dengan orang yang tidak memiliki pemikiran terbuka.

Perlu digarisbawahi bahwa yang aku katakan adalah hampir semua perokok tidak memiliki pemikiran terbuka, tidak semuanya. Sebab ada beberapa temanku yang berhenti merokok karena memiliki pemikiran terbuka. Mereka sadar dengan bahaya rokok sehingga mengikuti anjuran ahli kesehatan untuk berhenti merokok. Selain itu, mereka juga peduli dengan kesehatan orang-rang di sekitarnya yang juga ikut menghirup asap ketika mereka sedang merokok. Menurutku, teman seperti ini sangat keren karena ia memiliki pemikiran terbuka dan mau mengalahkan ego yang ada pada dirinya.

Selain enggak baik buat kesehatan saya, merokok juga enggak baik untuk kesehatan anak dan istri saya.

Ujar salah satu teman yang berhenti merokok

Oh, iya. Perihal gula, minyak goreng, dan rokok yang diperdebatkan oleh rekanku, sebenarnya aku memiliki jawabannya. Hanya saja aku lebih memilih untuk menghindari perdebatan karena alasan yang sudah aku jelaskan di atas. Lalu, apa tanggapanku untuk menjawab hal tersebut?

Minyak goreng dan gula, tidak bisa disamakan dengan rokok. Mengapa demikian? Sebab minyak goreng dan gula boleh dikonsumsi asalkan tidak berlebihan, tetapi rokok sama sekali tidak boleh dikonsumsi. Minyak goreng dan gula boleh dikonsumsi oleh orang yang tidak memiliki riwayat kolesterol dan diabetes. Sedangkan rokok, sama sekali tidak boleh dikonsumsi, sekalipun oleh orang sehat. Minyak goreng dan gula, bisa ditinggalkan dengan mudah. Sedangkan rokok, tidak demikian. Setidaknya butuh perjuangan keras agar bisa lepas dari kecanduan rokok. Maka dari itu, minyak goreng dan gula sangat berbeda dengan rokok.

Setidaknya seperti itu jawabanku untuk menanggapi perdebatan di atas. Jawaban tersebut merupakan pendapat pribadi sesuai logika yang aku miliki.

Merokok Bukan Hanya Membahayakan Diri Sendiri

Menurut website resmi Dinas Kesehatan Provinsi Banten, sebatang rokok mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi tubuh, yang mana ada 400 bahan kimia berefek racun dan 40 diantaranya bisa mengakibatkan kanker. Rokok bisa berdampak buruk bagi kesehatan karena memiliki bahan-bahan berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida, tar, Dikloro Difenil Trikloroetana (DDT), Aseton, Formaldehid, Kadmium, Arsenik, Ammonia, Polonium-210, hidrogen sianida, vinil klorida, dan naftalena.

Bahan-bahan tersebut sangat berbahaya karena bisa mengancam kesehatan. Seperti contohnya nikotin, selain bisa menyebabkan kecanduan, zat ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung koroner. Rokok juga mengandung karbon monoksida, salah satu zat yang bisa menyebabkan serangan jantung dan penyakit paru-paru. Hancurnya kesehatan pada tubuh perokok juga bisa disebabkan adanya kandungan tar di dalam rokok. Tar yang digunakan untuk mengaspal jalan, akan sangat berbahaya ketika masuk ke dalam tubuh karena bisa menyebabkan kanker. Adanya zat DDT yang merupakan racun serangga di dalam rokok juga menyumbang potensi bahaya. Ditambah banyak zat berbahaya lainnya, tentu saja rokok sangat mengancam kesehatan.

Merokok Berbahaya untuk Orang Lain

Parahnya, bahaya rokok bukan hanya mengancam si perokok itu sendiri, tetapi juga mengancam kesehatan orang-orang di sekitar yang menghirup asap rokok tersebut. Bayangkan saja, jika ada satu orang yang merokok di dalam suatu ruangan, maka yang terancam bahaya adalah semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Sekarang coba aplikasikan bayangan tersebut di dalam kehidupan nyata. Jika ada salah satu penghuni rumah yang merokok, maka yang terancam adalah semua keluarga di dalam rumah tersebut.

Walaupun hanya si bapak saja yang merokok (misalnya), tetapi yang terkena zat-zat berbahaya bukan hanya si bapak, melainkan juga istri atau anaknya. Artinya, si bapak dengan sengaja sudah meracuni istri dan anaknya sendiri. Maka dari itu, berhentilah merokok demi orang-orang di sekitar yang kita cintai. Sebab kesehatan sangat mahal dan tak bisa dibeli dengan apa pun.

Menjadi Pemuda Keren Tanpa Asap Rokok

Banyak anggapan bahwa pemuda yang tidak merokok itu payah. Padahal, anggapan tersebut sangatlah keliru. Bagiku, justru perokoklah yang lemah, sebab ia tidak bisa menahan godaan dari orang-orang di sekitarnya. Seorang perokok juga tidak memiliki pendirian yang tetap karena mengikuti arus pergaulan negatif. Hanya karena alasan “menghormati teman”, ia terbawa arus negatif yang akhirnya menjerumuskan.

Ironis. Bukannya menjauhi rokok, justru banyak orang yang nyaman berada di tengah asap rokok. Bahkan, ada banyak anak-anak/pemuda yang sudah terpapar rokok. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Yayasan Lentera Anak, menunjukkan jumlah perokok anak di bawah usia 10 tahun sebesar 0.6%, usia 10-14 tahun sebesar 10%, dan usia 15-18 tahun sebesar 89.4%. Survei ini dilakukan kepada 180 anak usia 10 sampai 18 tahun. Perokok anak tersebut terpapar rokok dari media sosial, televisi, media cetak, spanduk, billboard, dan lainnya. Darurat perokok anak, kini menghantui Indonesia.

Keren Tanpa Asap Rokok

Jadilah seorang pemuda yang anti rokok, walaupun berada di sekitar para perokok. Jauhilah asap rokok yang berbahaya karena kesehatan sangat mahal harganya. Hormatilah teman dengan cara yang benar, teman yang menegur ketika salah dan mendukung ketika benar, bukan malah mengikuti semua hal buruk di dalam pertemanan dengan alasan menghormati teman. Jadilah pemuda yang tidak mudah goyah walaupun banyak iklan rokok yang menggoda. Sebab seperti inilah karakter para penerus bangsa yang sangat keren, yang menjalani hidup sehat tanpa asap rokok.

Dan bagi seorang perokok, tidak ada kata terlambat untuk menjadi keren. Sebab kalian juga bisa menjadi keren dengan cara meninggalkan kebiasaan merokok. Maka dari itu, mari jauhi dan tinggalkan rokok agar menjadi pemuda penerus bangsa yang keren!

Sumber

  • https://www.youtube.com/watch?v=A6lvZ0Ah8rQ&t=4602s&ab_channel=YayasanLenteraAnak
  • https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-AKIBATNYA.html
  • https://lenteraanak.org/content/berita_terkini/hasil_survei_lentera_anak_keterpaparan_iklan_rokok_elektronik_pada_perokok_anak_dan_hubungan_preferensi_merek_rokok_dan_iklan_rokok_konvensional

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top