Peningkatan Layanan dan Digitalisasi BRI dari Masa ke Masa untuk Seluruh Rakyat Indonesia

Pada tahun 1895, Raden Aria Wiriatmaja mendirikan sebuah lembaga yang mengelola dana kas masjid untuk disalurkan kepada masyarakat. Awalnya, lembaga yang didirikan di Purwokerto tersebut memiliki skema yang sangat sederhana. Di tahun yang sama, tepatnya pada 16 Desember 1895, secara resmi dibentuk Bank Perkreditan Rakyat pertama di Indonesia yang disebut sebagai Hulpen Spaarbank, der Indlandsce Bestuurs Ambtenareen. Setelahnya, lembaga ini mengalami beberapa kali perubahan nama seperti: De Poerwokertosche Hulpen Spaar-en Landbouw Credietbank (Volksbank) yang lebih dikenal sebagai Bank Rakyat pada tahun 1897, Centrale Kas Voor Volkscredietbwezen Algemene pada tahun 1912, Algemene Volkscredietbank (AVB) pada tahun 1934, dan Syomin Ginko pada masa penjajahan Jepang di tahun 1942.

Beberapa bulan setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 22 Februari 1946, nama lembaga ini diubah kembali oleh Pemerintah Indonesia menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946. Hal ini sekaligus menjadikan BRI sebagai bank pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Nama BRI kembali diubah oleh Pemerintah pada tahun 1960 menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) karena adanya peleburan dari BRI, Bank Tani dan Nelayan (BTN), dan Nederlandsche Handels Maatschapij (NHM). Setelah itu, pada tahun 1965, bank ini diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (BIUKTN) dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Ekspor-Impor. Tiga tahun kemudian, Pemerintah mengubah kembali Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum berdasarkan Undang-Undang No.21 Tahun 1968.

Setelah mengalami perubahan nama, Bank BRI juga mengalami perubahan status hukum. Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1995, status hukum Bank BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 10 November 2003, Bank BRI menjadi Perseroan Terbuka dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia, dengan kode saham BBRI.

 Pada tahun 2007, Bank BRI kembali mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi Bank Jasa Artha (BJA) yang dikonversi menjadi PT. Bank Syariah BRI. Spin Off dilakukan terhadap Unit Usaha Syariah BRI, lalu digabungkan ke dalam PT. Bank Syariah BRI pada 1 Januari 2009.

Setelah dua tahun berlalu, terjadi 3 peristiwa penting di tahun 2011. Pertama, Bank BRI melaksanakan stock split yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham dan memperluas penyebaran kepemilikan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia. Saat itu, stock split yang dilakukan berupa pemecahan nominal saham dari Rp.500/saham menjadi Rp.250/saham. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 11 Januari 2011. Kedua, pada tanggal 3 Maret 2011, Bank BRI mengakuisisi sekaligus menjadi pemegang saham pengendali bagi PT. Bank Agroniaga Tbk dengan menandatangani Akta Akuisisi Dana Pensiun Perkebunan (Daperbun). Ketiga, menjadi momen penting karena pada 16 Desember 2011, BRI kembali menandatangani Instrument of Transfer dan Bought and Sold Notes antara Bank BRI dengan Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera atas saham BRIngin Remittance Co.Ltd (Hongkong). Di tanggal tersebut, BRI juga memperingati HUT Bank BRI ke-116 tahun.

Pada tahun 2013, BRI kembali meningkatkan layanan untuk customer dengan menyediakan layanan self-service banking di Indonesia melalui BRI Hybrid Banking. Perlu diketahui bahwa layanan self-service banking ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Hingga setahun kemudian, BRI terus melakukan peningkatan dengan menambah jumlah ATM dan mesin EDC untuk memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Tercatat, pada tahun 2014, BRI telah memiliki 20.792 unit ATM serta 131.204 mesin EDC. Hal tersebut membuat BRI menjadi bank dengan jaringan ATM dan EDC terbesar di Indonesia. Tak berhenti di sini, beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 28 April 2014, BRI membuat sebuah langkah besar dengan melakukan penandatanganan Kontrak Pengadaan Satelit dan Peluncuran Satelit BRI (BRIsat) dengan Space Systems/Loral (SSL) dan Arianespace. Di kemudian hari, Bank BRI menjadi bank pertama dan satu-satunya di dunia yang mengoperasikan satelit sendiri.

Selain meningkatkan mutu layanan, BRI juga terus memperkuat jaringan bisnis perbankan di Asia dengan menambah jumlah jaringan kerja konvensional melalui pembukaan kantor di pusat kota Singapura, tepatnya di OUE Bayfront, 50 Collyer Quay, Singapura, pada tahun 2015. Sebelumnya, BRI juga sudah memperluas jaringan di berbagai negara seperti BRI New York Agency, BRI Cayman Island Branch, Hong Kong Representative Office, dan BRI Remittance Hong Kong. Masih di tahun 2015, BRI kembali membuat inovasi dengan menjadi satu-satunya bank yang mengoperasikan unit kerja dalam bentuk kapal yang disebut dengan nama Teras BRI Kapal. Unit kerja ini didukung dengan sumber daya manusia andal seperti petugas teller, customer service, dan petugas kredit mikro, serta dilengkapi teknologi informasi yang canggih. Bukan hanya itu, Teras BRI Kapal juga menyediakan sebuah unit ATM yang berfungsi selama 24 jam secara online.

Pada tanggal 9 Juni 2016, Bank BRI mengukir sejarah besar karena telah meluncurkan satelit bernama BRIsat yang menjadikan Bank BRI sebagai bank pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelitnya sendiri. Sejak saat itu, BRI semakin gencar dalam melakukan peningkatan layanan, inovasi, serta digitalisasi agar bisa menyediakan layanan perbankan yang mudah bagi masyarakat Indonesia.