IndiHome Internetnya Indonesia

Melihat Perubahan Gaya Hidupku Bersama IndiHome melalui Mesin Waktu

Selama manusia masih bernapas, pasti akan mengalami perubahan. Begitu pun dengan gaya hidupku. Dulu mungkin aku adalah seorang anak yang kudet (kurang update), namun kini gaya hidupku berubah sejak kehadiran IndiHome di rumah. IndiHome telah mengubah banyak hal dalam hidupku, maka dari itu, aku ingin membagikan sedikit pengalamanku bersama IndiHome. Pengalaman dalam menemukan gaya hidup baru, gaya hidup yang lebih mudah. Ayo ikuti perjalananku untuk menemukan gaya hidup baru bersama IndiHome, yang dikemas dalam cerita menarik ini.

Halo, Saya Emon! Pada perjalanan kali ini, saya akan mengajak Wiko yang ada di masa lalu untuk pergi ke masa depan. Saya harus menyeting mesin waktu untuk kembali ke tahun 2008, dimana saat itu Wiko masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ayo lihat bagaimana gaya hidup Wiko di masa tersebut.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Gaya Hidupku Di Tahun 2008


Minggu pagi, aku sedang asik menonton TV. Tiba-tiba ibu memanggil dari luar rumah.

“Wiko! Ibu sama Ayu pergi ke rumah bibi dulu, ya! Kemungkinan balik lagi nanti sore, jangan lupa bersihin rumah!”

“Lo, kapan ibu siap-siap? Kok tiba-tiba mau pergi saja?” Pikirku.

Aku segera bergegas keluar rumah untuk memastikan, tetapi ibu dan adikku sudah pergi dibonceng paman naik motorku.

Oh, iya. Di rumah, aku tinggal bersama ibu dan adik perempuan bernama Ayu yang usianya lima tahun lebih muda dariku. Sedangkan ayah pergi merantau ke luar kota untuk mencari nafkah, dan hanya pulang kampung sebulan sekali. Alhasil, sekarang aku sendirian di rumah ini.

Menikmati minggu pagi dengan menonton TV memang hal yang aku tunggu setelah enam hari lelah bersekolah. Rasanya damai dan tenang tanpa adanya rumus-rumus yang membingungkan.

Kegiatan menonton TV memang menjadi rutinitasku di hari minggu. Bahkan, dulu aku bisa seharian di depan TV ketika hari minggu datang, sebab masih banyak acara kartun yang tayang.

Tak terasa sudah dua jam aku menonton televisi, hingga perutku berbunyi meminta haknya. Aku segera bangun untuk menuju meja makan. Namun sesampainya di depan meja makan, aku tertegun. Di sana sangat bersih, kosong, tak ada makanan apapun.

“Waduh, kenapa ibu tidak masak hari ini!” Protesku dalam hati.

Melihat kenyataan tersebut aku tidak tinggal diam, sebab perutku terus menuntut haknya untuk dipenuhi. Segera aku cek makanan yang ada di kulkas, ternyata hanya ada air minum dan es batu saja. Kenyataan ini membuat aku tidak memiliki pilihan lain, aku harus keluar untuk membeli makanan.

Saat ini mentari sudah cukup tinggi, aku yang kelaparan memaksakan diri untuk pergi ke warung. Sialnya, warung lengko langgananku sudah tutup. Maka dari itu, mau tak mau, aku harus pergi ke warung di desa sebelah yang masih buka. Di desaku memang cukup sulit mencari warung makanan di siang hari, sebab sebagian besar dagangan sudah habis di pagi hari. Alhasil, di bawah terik mentari, aku berjalan kaki menuju warung di desa sebelah untuk membeli bubur ayam.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

… … …

Kamis siang, setelah pulang sekolah, aku segera bergegas ke kamar mandi. Kubasuh muka dan rambut karena kepanasan. Bagaimana tidak, siang ini mentari sangat terik. Rencananya, aku ingin segera menuju kamar tidur untuk mengistirahatkan mata dan badanku yang sudah lelah. Rasanya sangat melelahkan karena pelajaran di sekolah tadi mengharuskan aku berpikir dengan rumus-rumus rumit. Kini, saatnya aku menikmati nyamannya rebahan.

Belum semenit tubuh ini berbaring di atas kasur yang empuk, tiba-tiba ibu berteriak.

“Wiko! Antar ibu ke Kemisan, yuk!” Seru ibu.

Aku hanya bisa menghembuskan napas dalam-dalam.

“Gagal sudah rencana rebahan yang sudah kudambakan sedari tadi” Pikirku.

Ibu menghampiriku untuk mengulang ajakannya. Aku hanya membalas dengan anggukan berat karena memang tubuhku sangat lelah.

Ternyata ibu ingin membeli baju dan sandal baru di Kemisan. Kemisan sendiri merupakan pasar tumpah yang diadakan setiap hari kamis. Banyak yang memilih berbelanja di Kemisan, sebab harganya cukup murah.

Jarak antara rumahku dan Kemisan memang cukup jauh, sehingga harus menggunakan sepeda motor untuk pergi kesana. Sedangkan ibu tidak bisa mengendarai motor, oleh karena itu ibu mengajak aku untuk mengantarkannya. Alhasil, di tengah teriknya mentari aku pergi ke Kemisan dengan tubuh yang lunglai.

Sesampainya di Kemisan, aku dan ibu segera mencari baju dan sandal yang ingin dibeli. Suasananya sangat ramai, mengakibatkan aku harus berdesakan dengan pengunjung lain. Bayangkan saja, bagaimana panas dan pengapnya berada di tengah kondisi seperti itu.

Sumber: Gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

… … …

Hari ini ibu memutuskan menjual es kenyot, lumayan untuk menambah pemasukan tambahan. Es kenyot yang ibu jual terbuat dari teh manis yang dimasukan ke dalam plastik es berukuran kecil. Dinamakan es kenyot karena untuk menikmatinya harus dikenyot-kenyot. Harganya cukup murah, hanya Rp.1.000 saja.

Merasa kurang karena hanya berjualan di rumah, akhirnya ibu menyuruh aku untuk berkeliling menjual es kenyot buatannya. Awalnya aku menolak, namun karena diiming-imingi imbalan yang cukup besar, akhirnya aku menerimanya. Aku diberikan upah sebesar Rp.500 dari satu es kenyot yang berhasil terjual. Bayangkan, jika aku berhasil menjual 50 es kenyot, maka aku akan mendapatkan Rp. 25.000. Jumlah tersebut sama seperti uang saku yang aku dapatkan selama 2 hari, lumayan.

Terkadang aku menjual es kenyot di siang hari setelah pulang sekolah. Namun aku lebih sering mejual es kenyot di sore hari, sebab aku merasa lelah bila harus berjualan setelah pulang sekolah. Berjualan seperti ini terasa menyenangkan karena bisa mendapat uang tambahan, namun terkadang juga terasa menyengsarakan karena aku harus berusaha keras mencari pembeli.

Di hari minggu, biasanya aku berjualan lebih awal. Sebab aku memilih mendapatkan uang daripada hanya rebahan sambil menonton TV saja. Upah yang aku dapatkan di hari minggu juga lebih banyak dari hari-hari lain, sehingga membuat rasa capek yang aku alami hilang untuk sementara. Sedangkan di malam harinya, badanku terasa sakit karena lelah berjualan.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

… … …

Hari minggu kali ini aku tidak bisa menikmati acara kartun yang biasa kutonton, sebab aku harus ke warnet (warung internet) untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tugas ini harus dikumpulkan besok, maka dari itu aku harus segera mengerjakannya.

Aku tidak bisa memenuhi kebutuhan internet di rumah karena harga pemasangan internet cukup mahal. Apalagi saat ini aku hanya mempunyai komputer lemot pemberian ayah yang tidak memiliki device wifi, oleh sebab itu, mengerjakan tugas sekolah di warnet merupakan pilihan yang paling tepat.

Sialnya, pada hari minggu warnet di dekat rumahku sudah penuh, maka dari itu aku harus mencari warnet lain yang letaknya lebih jauh. Warnet terdekat dengan rumahku saja membutuhkan waktu perjalanan sekitar 20 menit mengendarai motor, apalagi harus mencari warnet yang letaknya lebih jauh, pasti akan memakan waktu perjalanan yang lebih lama. Aku mengendarai sepeda motor dengan kencang agar bisa mendapatkan warnet yang kosong secepat mungkin.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya aku menemukan warnet yang kosong. Segera kubuka website yang menyajikan referensi untuk mengerjakan tugas-tugas yang bejibun ini.

Baru sekitar 20 menit browsing di internet, tiba-tiba koneksinya lemot. Hal seperti ini memang sering terjadi di warnet, biasanya ada user curang yang menggunakan software tertentu untuk ‘menyedot’ semua koneksi internet yang ada di warnet tersebut.

“Barengan, woy! Kasian yang lain, jadi lemot!” Operator warnet berteriak dari tempat duduknya untuk memberikan kode agar user yang curang tersebut segera menghentikan aksinya.

Kejadian seperti ini memang sudah tidak aneh lagi di warnet, maka dari itu aku selalu mencoba bersabar dalam menghadapinya. Meskipun kenyataannya aku sangat jengkel bila bertemu dengan orang-orang curang seperti ini. Ya, mau bagaimana lagi.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

… … …

Libur sekolah telah tiba. Hari ini aku, ibu, dan Ayu pergi ke rumah Bibi untuk bersilaturahmi. Kami berangkat dari rumah pukul 10.00 WIB, dan baru tiba di rumah Bibi sekitar pukul 11.30 WIB. Cuaca saat ini sedang panas-panasnya, sehingga waktu satu setengah jam dalam perjalanan terasa sangat lama. Tetapi aku bersyukur karena bisa sampai di rumah Bibi sebelum jam 12.00 WIB. Bayangkan saja, bagaimana panasnya berada di tengah perjalanan pada jam tersebut. Rencananya, kami akan main di rumah Bibi sampai nanti sore. Jadi bisa pulang tanpa merasakan teriknya mentari siang.

Ibu langsung mengobrol dengan bibi, ayu sedang tertidur di ruang TV (kemungkinan lelah karena perjalanan yang lumayan jauh), sedangkan aku sedang duduk di bawah pohon mangga bersama sepupu. Rasanya nikmat sekali bisa duduk di bawah pohon yang rindang pada siang hari sembari merasakan hempasan angin sepoi-sepoi. Aku bisa tertidur sambil duduk bila kondisinya seperti ini.

“Wiko!” Tiba-tiba ibu berteriak dari dalam rumah.

“Iya, kenapa, bu?” Aku bertanya heran.

“Tadi TV dimatiin enggak, ya?” Tanya ibu.

“Lo, enggak tahu, bu. Bukannya ibu yang terakhir di ruang TV?” Aku bertanya balik.

“Iya, tapi ibu lupa” Jawab ibu dengan ekspresi muka yang tidak tenang.

“Ya, sudah, enggak apa-apa, bu. Lagian cuma TV doang yang nyala, enggak bahaya” Aku berusaha menenangkan.

Bukannya tenang, ibu justru marah padaku. Sebab ibu takut terjadi apa-apa jika TV di rumah masih menyala. Ibu terus ngomel kepadaku karena telah menyepelekan hal yang berhubungan dengan listrik. Padahal niatku tadi cuma ingin menenangkan, tetapi malah dimarahi. Puncaknya, aku disuruh pulang ke rumah untuk mengecek sekaligus mematikan TV jika masih menyala.

“Aduh” Umpatku dalam hati.

Aku sempat menolak pulang dan mencoba menenangkan ibu lagi agar tidak khawatir, namun itu sia-sia. Ternyata rasa khawatir ibu lebih besar dari apa pun.

Sebenarnya aku sangat malas bila harus kembali ke rumah, sebab mentari saat ini begitu terik. Namun aku tidak punya pilihan lain. Aku harus kembali ke rumah dan memastikan bahwa TV di rumah tidak menyala. Alhasil, aku pun harus menempuh perjalanan selama satu setengah jam di bawah panasnya mentari.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

… … …

Jam menunjukan pukul 01.00 WIB, namun mataku belum bisa terpejam. Entah mengapa, malam ini terasa berbeda seperti biasanya. Padahal kepalaku sudah terasa berat, tetapi mata ini sulit untuk terpejam. Hal tersebut membuat aku hanya terdiam sembari menatap langit-langit rumah.

Di tengah keheningan ini, aku melihat sedikit cahaya yang keluar dari balik jendela. Entah cahaya apa itu, yang jelas kini cahayanya semakin terang dan menyilaukan. Dari terangnya cahaya yang keluar, muncul siluet misterius.

“Apa itu?” Pikirku.

Perlahan cahaya itu meredup, namun siluetnya masih tergambar. Bersamaan dengan hilangnya cahaya, siluet hitam itu perlahan terlihat jelas. Warna biru dan putih mendominasi objek tersebut. Di tengah kebingungan yang aku alami, tiba-tiba saja objek biru-putih itu melompat ke arahku.

Hai, Wiko! Perkenalkan, saya Emon. Saya datang dari masa depan untuk melihat gaya hidupmu ketika masih duduk di bangku SMP. Selama beberapa minggu ini saya sudah melihat semua yang kamu lakukan, sangat berbeda dengan gaya hidupmu di masa depan.

“A.. a.. ku.. enggak… k.. ke… kenal ka.. kamu” Jawabku terbata.

Kamu tidak perlu takut, sebab saya adalah penjelajah waktu yang ingin menunjukan gaya hidupmu di masa depan. Ayo ikut saya agar kamu bisa melihatnya secara langsung.

Di titik ini, aku sangat yakin bahwa semua ini hanya mimpi. Maka dari itu, aku mengangguk untuk menunjukan bahwa aku setuju. Aku setuju untuk dibawa ke masa depan oleh objek di depanku yang menyebut dirinya sebagai Emon.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Gaya Hidupku Di Tahun 2022


Selamat datang di tahun 2022, saat ini kita sedang berada di rumahmu. Kamu bisa bebas berjalan-jalan di masa ini, sebab tidak ada yang bisa melihatmu. Kamu juga tidak bisa memegang apapun agar semua kejadian di masa ini tidak berubah. Jadi, kamu hanya bisa menyaksikannya saja. Jika ingin kembali, panggil saja nama saya, oke! Selamat menikmati.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Aku masih menganggap kalau ini hanya mimpi. Sungguh mimpi yang terasa begitu nyata.

Kuperhatikan di sekitar lingkungan yang katanya rumah milikku. Dilihat dari alamatnya, rumah ini berada di Cibitung – Bekasi. Ini adalah kota tempat ayahku merantau.

“Wah, apakah mungkin aku akan memiliki rumah di sini?” Batinku berkata dengan ceria, lupa bahwa ini hanya mimpi.

Aku melihat seseorang yang sama persis seperti diriku, hanya saja badannya lebih tinggi. Ia dan seorang wanita sedang bersiap-siap menaiki sepeda motor.

“Siapa wanita ini? Apakah istriku di masa ini? Waahhhh… Cantik sekali” Batinku mengagumi.

Melihat pakaian yang dikenakan oleh aku dan istriku tersebut, sepertinya mereka akan berkendara jarak jauh. Mungkin aku dan istriku ingin berlibur atau jika tidak, mungkin mereka akan pulang kampung. Aku mengikuti mereka berdua yang sedang berboncengan menaiki sepeda motor Vixion. Ajaibnya, aku bisa terbang sehingga mendapat view yang bagus.

Setelah beberapa jam mengikuti mereka, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Benar saja, ternyata mereka pulang kampung. Aku melihat rumah ibu di masa ini, sungguh besar. Padahal, di masaku, rumah ini masih sangat sederhana.

Seorang ibu menyambut aku dan istriku, kemudian disusul wanita yang aku ketahui adalah Ayu. Di masa ini Ayu sudah tumbuh menjadi seorang mahasiswi.

“Mau pulang kok enggak bilang-bilang?” Tanya ibuku.

“Hehehe.. iya, bu. Kejutan” Jawabku.

“Pakai wifi IndiHome lancar, bu?” Tanyaku sembari memasuki rumah.

Ternyata di masa ini ibu sudah memasang wifi dengan merk IndiHome. Sepertinya berada di masa ini sangat menyenangkan! Aku jadi benar-benar ingin berada di masa ini.

“Alhamdulillah, lancar” Jawab ibu singkat.

“Ibu belum masak, nak. Sebentar, ya, ibu beli makan dulu” Tambah ibu.

“Enggak perlu, bu. Biar aku order di online shop saja” Aku melarang ibu keluar rumah untuk membeli makanan.

“Password wifinya apa, bu?” Tambahku.

“1234567890” Jawab ibu.

Setelah menghubungkan smartphone dengan wifi, aku segera memesan makanan melalui online shop. Gaya hidupku di masa ini sudah sangat modern. Ingin membeli makanan saja tidak perlu keluar rumah, cukup pesan lewat aplikasi, selesai.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Tak berapa lama setelah aku memesan makanan, akhirnya datang seorang kurir membawa makanan tersebut. Mereka pun makan bersama.

“Wah… enak sekali hidup seperti ini” Pikirku.

“Oh, iya. Baju sama sendal yang aku beli, apakah sudah sampai, bu?” Tanyaku.

“Sudah, kemarin. Makasih, ya, nak” Kata ibu.

“Sama-sama, bu. Itu aku beli online, soalnya kalau beli di pasar rame banget, jadi enggak fokus” Jelasku.

“Iya, enggak apa-apa. Bagus, kok. Ibu suka” Ibu memuji.

Setelah selesai makan, aku dan istriku membersihkan diri kemudian istirahat tidur siang. Aku segera melihat seisi rumah, sungguh berbeda dengan rumah ibu yang ada di masaku.

Alih-alih tidur siang, ibu justru membuka smartphone miliknya. Kuperhatikan ternyata ibu sedang menonton video di youtube. Video tersebut menunjukan cara untuk membuat bunga dari plastik. Sepertinya ibu sudah melek teknologi, sebab sangat piawai dalam mengoperasikan smartphone miliknya.

Setelah menonton video “Cara Membuat Bunga Matahari dari Plastik”, ibu bergegas ke kamar. Tak berapa lama, ibu kembali ke ruang keluarga sembari membawa beberapa helai plastik warna-warni, kawat, dan lem tembak. Di situ ibu langsung mempraktekkan video yang tadi ditonton.

Selang beberapa menit, jadilah setangkai bunga matahari yang terbuat dari plastik. Setelah itu, ibu membuat daun-daunnya menggunakan plastik berwarna hijau. Setangkai demi setangkai akhirnya ibu berhasil membuat satu pot bunga matahari. Indah sekali. Tiba-tiba ibu bangkit, lalu mengambil smartphone miliknya lagi. Kemudian ibu memotret bunga tersebut dari berbagai sisi, sehingga menampilkan foto dengan keindahan yang utuh.

Aku yang telah puas beristirahat, akhirnya terbangun karena suara gesekan plastik yang berasal dari kegiatan ibu.

“Wiihhh… bikin bunga jenis baru, bu?” Tanyaku.

“Iya, nih. Ibu coba bikin bunga matahari” Jawab ibu.

“Ibu sudah memotret bunga ini, nanti bantu jualin juga, yah” Tambah ibu.

“Siap, bu. Kirim saja foto-fotonya. Nanti aku jual di online shop milikku” Jawabku semangat.

Ibu segera mengirim foto bunga plastik yang sebelumnya sudah dipotret dari berbagai sudut tersebut.

Setelah menerima foto dari ibu, aku segera membuka aplikasi online shop di smartphone lalu mengunggah foto tersebut. Terlihat bahwa di online shop milikku terdapat berbagai macam jenis bunga plastik, sepertinya semua itu adalah bunga buatan ibu.

Melihat hal tersebut, aku semakin terkejut. Sebab untuk menjual sesuatu tidak perlu keluar rumah dan berkeliling dari desa ke desa. Sangat mudah dan praktis. Tinggal unggah ke online shop, lalu tunggu pembeli. Bisa jualan tanpa panas-panasan.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

“Wow! Enak banget tinggal di masa ini” Aku kembali terkagum.

Hari mulai sore, istriku terbangun dari tidurnya. Wajah yang lelah karena telah melakukan perjalanan jauh, masih tergambar jelas. Ia menghampiri aku yang sedang duduk di ruang tengah.

“Lampu rumah sudah dinyalain, mas?” Tanya istriku.

“Oh, iya. Belum” Jawabku singkat.

“Nyalain dulu, takut lupa. Nanti rumah kita gelap, lagi” Suruh istriku.

“Iya, nih. Aku ambil HP dulu” Aku mengambil smartphone.

Setelah itu, aku membuka smartphone untuk mencari sebuah aplikasi. Aplikasi bergambar pesawat kertas berwarna putih dengan background biru pun dibuka. Setelah itu aku mengirim pesan melalui aplikasi tersebut.

Nyala

“Lo, suruh nyalain lampu rumah, kok malah ngirim chat?” Batinku bertanya pada diri sendiri.

“Sudah nyalain lampunya?” Tanya istriku memastikan.

“Sudah, nih, barusan” Jawabku.

Entah apa yang telah dilakukan, tetapi sepertinya aku menyalakan lampu melalui chat. Padahal saat ini aku sedang berada di rumah ibu (Cirebon), sedangkan rumahku berada di Cibitung (Bekasi). Mungkin itu merupakan sebuah teknologi terbaru yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.

“Apakah mungkin menyalakan lampu dari jarak jauh dengan menggunakan chat? Jika aku bisa menyalakan lampu dari jarak jauh, apakah mungkin bisa menyalakan atau mematikan TV dari jarak jauh juga?” Aku terus memikirkan hal tersebut.

Jika memang bisa mengendalikan barang-barang elektronik dari jarak jauh, dapat dipastikan hidupku di masa ini akan terasa sangat nyaman. Aku bisa menyalakan lampu dari tempat tidur, bisa mematikan TV dari rumah Bibi, dan lain sebagainya. Sungguh, ini adalah gaya hidup yang lebih baik. Aku benar-benar ingin berada di masa ini.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Malam telah tiba, sepertinya aku menginap di rumah ibu. Aku melihat kebersamaan mereka yang begitu harmonis, sangat membahagiakan. Rasanya aku ingin bergabung dan berada di antara mereka.

Jam sudah menunjukan pukul 23.00 WIB, semua kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Namun, aku justru mengambil laptop. Aku membuka banyak tab di browser, lalu mengunjungi situs indowebsite.co.id. Setelah itu, aku menulis status absensi di sistem indowebsite.co.id. Sepertinya itu adalah tempat kerjaku, dan kini aku akan bekerja.

“Kerja jarak jauh?” Pikirku.

Pekerjaan jarak jauh seperti ini sudah aku dambakan sejak dulu, pasti sangat menyenangkan bisa bekerja seperti itu. Apalagi sekarang di rumah ibu sudah ada wifi, jadi tidak perlu pergi ke warnet lagi. Penggunaan wifi pribadi di rumah sendiri pasti terasa memuaskan, sebab koneksinya tidak dibagi ke banyak pengguna layaknya di warnet. Selain itu juga bisa terhindar dari orang-orang curang yang menggunakan software tertentu untuk mengambil semua koneksi. Alhasil, internetan bisa terasa nyaman karena koneksi yang cepat dan stabil.

Sumber: Gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Gaya hidupku di masa ini sungguh berbeda dengan gaya hidup di masaku. Hal tersebut membuat aku sadar bahwa manfaat internet memang sangat luar biasa.

Hai! Apakah perjalananmu menyenangkan?

Emon tiba-tiba hadir sehingga membuat aku kaget. Aku hanya terdiam dan mengabaikan pertanyaan darinya, sebab masih banyak pertanyaan yang belum terjawab di kepalaku tentang semua ini.

“Apakah ini semua hanya mimpi? tapi mengapa ini begitu terlihat nyata?” Aku terus bertanya pada diriku sendiri.

Ayo, kita harus kembali. Sebab Waktu kita tidak banyak.

Emon mendorong aku memasuki mesin waktu, kemudian aku dibawa kembali ke masaku.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Kembali Ke Tahun 2008


Mataku terbuka tatkala mentari pagi menyinari wajah. Ragaku bangun, tetapi jiwaku masih memikirkan peristiwa yang telah terjadi. Aku melihat seisi ruangan untuk memastikan bahwa ini memang benar ruangan kamarku. Sesaat aku terdiam, kembali mencari jawaban atas apa yang telah terjadi padaku. Belum semenit berpikir, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang menyadarkanku.

“Wiko! sudah jam tujuh, kamu enggak sekolah?!” Tanya ibu sambil berteriak.

“Astaghfirullah…” Aku beranjak bangun dari tempat tidur dan segera bergegas ke kamar mandi.


Sekilas tentang IndiHome


IndiHome merupakan singkatan dari Indonesia Home Digital yang merupakan salah satu produk layanan dari PT. Telkom Indonesia Tbk. IndiHome resmi diluncurkan pada tahun 2015, bersamaan dengan diberhentikannya layanan Speedy. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IndiHome merupakan pengganti dari Speedy.

IndiHome menyediakan berbagai paket layanan komunikasi dan data seperti internet (internet on fiber atau High Speed Internet), telepon rumah (voice), dan televisi interaktif (UseeTV Cable, IPTV). Ketiga penawaran yang diberikan oleh IndiHome tersebut, membuat Telkom melabeli IndiHome sebagai tiga layanan dalam satu paket (3-in-1). Selain itu, IndiHome juga dilengkapi dengan konten seperti Home Automation dan portal musik digital.

Setelah diluncurkan, Telkom mengklaim bahwa IndiHome sudah dipesan sebanyak 2.000 pelanggan setiap harinya pada tahun 2015. Hingga Mei 2015, jumlah pelanggan IndiHome sudah mencapai 350.000 pelanggan dari seluruh Indonesia. Pelanggan dengan respon terbaik berada di wilayah Jabodetabek. Fakta ini menunjukan bahwa antusiasme masyarakat terhadap IndiHome sangat besar.

Saat ini IndiHome sudah menyediakan berbagai macam paket layan, antara lain sebagai berikut.

Paket High Speed


Paket 3P (Internet + TV + Phone)


Paket 2P (Internet + TV)


Paket 2P (Internet + Phone)


Paket 1P (Internet)


Selain paket di atas, IndiHome juga menyediakan berbagai paket Add-On yang tersedia pada kategori Internet, Kategori TV, dan Kategori lainnya.

Paket Add-On yang terdapat pada kategori internet antara lain Wifi.id Seamless, Speed on Demand, Upgrade Speed, dan Wifi Extender.

Selain itu juga terdapat paket Add-On pada kategori TV, yaitu Minipack Channel TV, Hybrid Box (STB) Tambahan dan PLC, TV Storage, WeTV, CATCHPLAY+, Vidio, MOLA, Viu, Disney+ Hotstar, Lionsgate Play, IndiHome Cinema, dan Vision+.

Sedangkan paket Add-On pada kategori lainnya adalah IndiHome Smart, IndiHome Karaoke, Cloud Storage for IndiHome, Benefit Voucher Games, Pijar Belajar, Smooa, GameQoo, dan Langit Musik.

Paket yang lebih lengkap bisa dicek pada website resmi IndiHome.co.id.

Sejauh ini IndiHome telah digunakan oleh banyak pengguna dan memberikan banyak manfaat. Sebab IndiHome menyajikan berbagai pilihan paket yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Inilah IndiHome, juara untuk Internetnya Indonesia.

Kesimpulan


Perubahan gaya hidup yang aku alami sejak SMP hingga kini, merupakan perubahan yang positif. Ada banyak hal baik yang aku dapatkan tatkala melalui serangkaian perubahan tersebut, terutama perubahan yang dilakukan bersama IndiHome.

Aku menggunakan IndiHome sudah bertahun-tahun dan bisa merasakan manfaat internet yang sesungguhnya melalui IndiHome. Jaringan internet yang cepat dan stabil, pelayanan profesional, dan banyak paket yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan, merupakan alasan utama aku menggunakan IndiHome. Sejauh ini belum ada yang bisa menyamai posisi IndiHome pada tingkat penyedia internet rumahan. IndiHome telah membuat gaya hidupku menjadi modern dan mampu mempermudah setiap aktivitasku.

Sumber: gambar gratis dari canva.com | pngegg.com | pexels.com

Dulu, aku membeli makanan, membeli pakaian, dan menjual sebuah produk secara offline sehingga membuat repot diri sendiri. Sekarang setelah hadirnya IndiHome di rumah, aku bisa melakukan semua itu dengan mudah melalui aplikasi online shop.

Dulu, aku harus pergi ke warnet agar bisa berselancar di internet. Itu pun harus berebut koneksi dengan pengguna lain, sehingga koneksinya menjadi lemot dan tidak stabil. Sekarang, aku bisa berselancar di internet dengan koneksi yang cepat dan stabil menggunakan IndiHome.

Dulu, aku harus menghampiri saklar lampu atau alat pengontrol listrik lainnya untuk dapat menghidupkan atau mematikan lampu. Sekarang dengan menggunakan koneksi yang lancar dari IndiHome, aku bisa membuat sistem pengendali alat elektronik jarak jauh berbasis Internet of Things (IoT). Sehingga untuk mengendalikan barang-barang elektronik di rumah, bisa melalui smartphone.

Terbukti, bahwa IndiHome sudah memberikan banyak manfaat sekaligus telah mengubah gaya hidupku menjadi lebih modern dan lebih mudah.

IndiHome dari Telkom Indonesia, memang Internetnya Indonesia. Memberikan manfaat internet yang cepat dan stabil untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top