Menulis dan Berbicara Di Depan Umum

Menulis atau Berbicara Di Depan Umum? Ini yang akan Aku Pilih

“Bagiku, menulis bukan hanya tentang hobi, tetapi juga kebutuhan”. Mungkin kalimat tersebut terkesan berlebihan, tetapi percayalah, aku tak melebih-lebihkan sedikit pun. Kalimat yang ada di widget blog ini memang benar adanya. Aku harus melewati deretan cerita panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk menulis kalimat tersebut. Entah mengapa, rasanya seperti ada yang kurang ketika aku tidak menulis, walaupun hanya sehari. Maka dari itu, kini aku menyematkan kegiatan menulis sebagai kebutuhan yang harus terpenuhi. Namun, jika ditanya: pilih menulis atau berbicara di depan umum? Aku akan menjawab…

Si Penyendiri

Sejak kecil aku memang suka menyendiri, bermain dengan dunia yang diciptakan sendiri, dan jarang berkumpul bersama teman-teman sebaya. Sifat penyendiri ini terus aku bawa hingga kini. Sehingga ketika remaja, aku tidak memiliki banyak teman. Hal ini membuatku selalu menjalani segala sesuatunya sendirian. Bahkan ketika mengalami masalah, aku tak mencari telinga untuk mendengarkan. Sebab semua beban masalah yang menimpa diri ini, selalu kupendam dalam hati. Aku tak memiliki teman cerita sama sekali.

Meskipun suka menyendiri dan memendam semua masalah sendirian, tetapi aku juga manusia biasa yang membutuhkan sesuatu untuk mengungkapkan isi hati. Sesuatu yang bisa dipercaya, bisa mendengarkan, dan bisa setia. Sesuatu itulah yang tidak aku temukan pada siapa pun. Maka dari itu, aku mencari sesuatu lain yang bisa menjadi sarana dalam mengungkapkan isi hati. Hingga akhirnya, suatu kejadian membuatku bertemu dengan sesuatu itu.

Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), aku harus menerima kenyataan pahit. Semua impianku untuk terus melanjutkan pendidikan harus kandas begitu saja. Aku pun seperti dipaksa untuk menjalani kehidupan yang tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Rasanya sangat menyakitkan. Setiap hari aku menjalani rutinitas di tengah bisingnya mesin industri, sangat jauh dari bayanganku yang menginginkan berada di tengah tumpukan buku-buku. Sungguh, bukan kehidupan seperti ini yang aku rencanakan.

Setiap hari menjalani sesuatu yang tidak diinginkan, membuat beban di dalam hati dan pikiran semakin bertambah. Sehingga mau tak mau, aku harus mengeluarkan beban tersebut. Awalnya aku bingung harus meluapkan semua masalah ini kepada siapa, sebab aku sama sekali tidak memiliki teman untuk bercerita. Rasanya sulit bagiku mempercayai orang lain untuk mendengarkan perasaan ini.

Seorang Penyendiri

Di saat mulut tak mau bercerita, tangan mengambil alih. Bagaimana pun caranya, aku harus bisa mengeluarkan semua beban ini. Aku mengambil pena dan selembar kertas yang ada di atas meja. Perlahan tapi pasti, kugoreskan pena itu di atas selembar kertas, hingga terciptalah suatu kalimat yang terdiri dari susunan kata-kata. Tak berapa lama, kertas itu sudah dipenuhi oleh tulisan yang menggambarkan isi hatiku. Melihat banyaknya tulisan pada kertas tersebut, aku bisa membayangkan seberapa besar beban yang selama ini kupikul. Namun, kini beban itu berkurang seiring dengan tulisan yang semakin panjang. Hatiku pun terasa sedikit lebih lega dari sebelumnya. Aku tak menyangka, ternyata hal sekecil seperti ini bisa mengurangi beban di dalam hati.

Mulai saat itu, aku terus mencurahkan semua perasaan melalui tulisan, baik dalam bentuk puisi, cerpen, maupun di blog anonim milikku. Percaya atau tidak, sejak saat itu hari-hariku jauh lebih berwarna. Mungkin karena aku bisa mencurahkan semua masalah yang terjadi, sehingga tidak ada beban yang tertimbun di dalam hati. Walaupun tidak ada yang membaca tulisan tersebut, setidaknya itu bisa membuatku menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari.

Merasa telah mendapatkan semangat lagi, aku kembali menyusun mimpi-mimpi indah yang dulu sempat hilang. Di tengah kenyataan pahit ini, aku terus berjuang untuk bisa mewujudkan mimpi tersebut, mimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Memang tidak mudah, tetapi akhirnya aku mampu mewujudkan mimpi itu. Bahkan, aku berhasil menyelesaikan pendidikan dengan hasil keringatku sendiri. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan ini dan menunjukkan satu pelajaran penting padaku, bahwa:

Mungkin Tuhan telah menghancurkan rencana indah dalam hidupmu, tetapi percayalah, Tuhan juga akan mengganti rencana itu dengan rencanaNya yang jauh lebih indah.

wikocak.com

Setelah bisa mewujudkan mimpi itu, akhirnya aku bisa menjalani hidup dengan rasa ikhlas. Bahkan, kini aku sadar bahwa dunia kerja itu memang kejam. Mungkin jika dulu Tuhan tidak menunjukkan dunia yang kejam ini, sepertinya aku yang sekarang mendapatkan gelar pendidikan sekalipun akan kesulitan untuk menghadapi dunia seperti ini. Kini aku tahu maksud baik Tuhan.

Kebiasaan menulis yang sudah aku lakukan beberapa tahun belakangan, akhirnya menjadi hobi, bahkan kebutuhan. Rasanya, aku tidak bisa melewatkan sehari pun tanpa menulis. Selain itu, aku juga coba menyalurkan hobi tersebut dengan mengikuti beberapa perlombaan menulis seperti Lomba Cipta Puisi, Lomba Cerpen, dan Lomba Blog. Aku juga berhasil mendapatkan prestasi dari sana.

Prestasi dari Menulis

Sampai saat ini aku masih aktif menulis dengan memfokuskan tulisan di blog pribadi, tanpa harus menyembunyikan siapa diriku. Ya, aku sudah tidak menggunakan blog anonim lagi. Aku juga masih aktif mengikuti lomba menulis, terutama menulis blog. Sehingga membuat kemampuan menulis yang aku miliki semakin meningkat.

Inilah kisahku hingga akhirnya memutuskan untuk menyatakan bahwa: menulis bukan hanya tentang hobi, tetapi juga kebutuhan. Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang sudah membawaku pada kehidupan yang lebih baik.

Menyukai Tantangan

Meskipun aku seorang penyendiri dan tidak suka berbicara dengan orang lain, tetapi aku juga orang yang menyukai tantangan. Semakin sulit tantangan yang kuhadapi, semakin bersemangat juga aku untuk menaklukannya.

Dalam hidup ini, aku memiliki satu tantangan sulit yang belum bisa ditaklukan, yaitu merasa nyaman ketika berbicara di depan umum.

Demi menaklukan tantangan tersebut, aku sampai rela mendaftarkan diri menjadi pengurus OSIS ketika masih SMA. Bayangkan, bagaimana jadinya ketika aku yang merupakan seorang pendiam ini, harus aktif menjalankan kegiatan di sekolah. Bukan hanya itu, pengurus OSIS juga harus siap berbicara di depan umum ketika menyampaikan informasi. Hal tersebut sudah aku lakukan, tetapi masih belum bisa menaklukan tantangan ini karena aku masih merasa tidak nyaman ketika berbicara di depan umum.

Saat masih kuliah, aku juga terus berusaha untuk membuat diriku merasa nyaman ketika berbicara di depan umum dengan cara menjadi mahasiswa yang aktif. Di mulai dari hal kecil seperti menjawab pertanyaan dosen, menjadi pembicara saat presentasi tugas kuliah, hingga aktif mengikuti perlombaan yang mengharuskan aku berbicara di depan umum. Bahkan, aku pernah menjadi pembicara dalam acara Workshop Arduino dan Raspberry Pi. Namun, hasilnya masih sama. Aku belum bisa menaklukan tantangan sulit ini.

Berbicara Di Depan Umum

Selain itu, aku juga menerima pekerjaan sebagai Customer Service dan Technical Support yang tugasnya melayani client melalui chatting, telepon, maupun tatap muka. Seperti pekerjaan Customer Service pada umumnya, setiap hari aku diharuskan menerima keluhan dari client sehingga mau tak mau, ada perbincangan disitu. Dengan begitu, aku berharap bisa melakukan pembicaraan bersama orang lain dengan nyaman, sehingga bisa nyaman juga ketika harus berbicara di depan umum.

Namun, setelah sekian lama mencoba, aku tetap gagal. Aku masih tidak bisa menaklukan tantangan tersebut. Rasanya sulit untuk bisa nyaman ketika berbicara di depan umum. Jangankan di depan umum, di depan teman sendiri saja cukup sulit. Ada perasaan gelisah, tidak tenang, dan tidak nyaman, ketika harus berbicara di depan orang lain. Sepertinya tantangan ini memang sangat sulit untuk ditaklukan.

Meskipun demikian, seperti yang sudah dijelaskan, bahwa aku adalah orang yang suka dengan tantangan. Semakin sulit tantangan tersebut, maka semakin bersemangat aku untuk menaklukannya. Saat ini mungkin aku belum bisa menaklukan tantangan tersebut, tetapi bukan berarti aku menyerah. Buktinya, sampai sekarang aku masih menjadi Customer Service dan Technical Support. Aku berniat untuk membiasakan diri melakukan perbincangan dengan orang lain secara kontinu sehingga aku juga bisa nyaman ketika sedang berbicara di depan umum. Ingat, ada istilah “bisa karena terbiasa“. Itulah yang sedang aku coba. Aku masih berjuang untuk menaklukan tantangan ini. Aku tidak akan menyerah!

Pilih yang Mana?

Baik menulis maupun berbicara di depan umum merupakan dua hal yang sangat berarti dalam hidupku. Mengapa demikian? Sebab dengan menulis, aku bisa mencurahkan semua perasaanku sehingga membuat beban masalah seakan mengalir pergi. Di sisi lain, berbicara di depan umum merupakan kemampuan yang belum bisa aku taklukan. Sebab aku masih merasa tidak nyaman ketika harus berbicara di depan banyak orang. Maka dari itu, menulis dan berbicara di depan umum merupakan dua hal yang sangat berkesan bagiku.

Lalu, jika ditanya: pilih menulis atau berbicara di depan umum? Mungkin ada banyak orang yang berpikir kalau aku akan memilih menulis. Ya. Mungkin saja, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, bagaimana pun aku tetap membutuhkan kemampuan berbicara di depan umum dan aku akan terus berusaha untuk menaklukannya. Jadi alasan aku ingin menaklukan tantangan tersebut bukan karena iseng semata, tetapi karena memang berbicara di depan umum memiliki banyak manfaat.

Menulis VS Berbicara Di Depan Umum

Sekarang, mari kita bandingkan manfaat keduanya.

Manfaat Menulis

     

      • Sarana untuk mencurahkan isi hati, menyalurkan ide/gagasan, dan membuat sebuah karya.

      • Kegiatan untuk menghibur diri sendiri.

      • Menjadi salah satu media komunikasi.

      • Bisa untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

      • Meningkatkan konsentrasi dan lebih terorganisir.

      • Meningkatkan kemampuan berbahasa.

      • Media belajar yang baik.

      • Memperkuat daya ingat.

      • dll.

    Manfaat Berbicara Di Depan Umum

       

        • Memberikan motivasi melalui indra pendengaran.

        • Mampu menyampaikan informasi kepada banyak orang.

        • Bisa mengendalikan situasi perbincangan.

        • Dapat mempengaruhi pendengar untuk mencapai tujuan tertentu.

        • Menghibur orang banyak.

        • Meningkatkan kepercayaan diri.

        • Menumbuhkan sifat kepemimpinan.

        • Membantu meningkatkan jenjang karir.

        • dll.

      Ternyata ada banyak manfaat yang bisa diambil dari kedua aktivitas tersebut. Baik menulis atau berbicara di depan umum, keduanya bisa memberikan manfaat yang sangat banyak bagi orang yang menguasai kemampuan tersebut. Maka dari itu, sangat disayangkan bila aku harus memilih salah satu diantaranya.

      Lalu, apa yang akan aku pilih? Menulis atau berbicara di depan umum?

      Tentu saja jawabanku adalah memilih keduanya.

      Manfaat Menulis dan Berbicara Di Depan Umum

      Kesimpulan

      Melihat kisah perjalananku dalam menemukan hobi menulis, rasanya tidak berlebihan bila aku mengatakan bahwa menulis adalah sebuah kebutuhan. Sebab dengan menulis, aku bisa mencurahkan semua perasaan, mengungkapkan ide/gagasan, hingga membuat sebuah karya dan mendapatkan prestasi.

      Di sisi lain, berbicara di depan umum juga memiliki banyak manfaat. Maka dari itu, aku sangat ingin menaklukan tantangan untuk bisa merasa nyaman ketika berbicara di depan umum. Hingga saat ini aku pun masih terus berusaha untuk menaklukan tantangan tersebut. Memang tidak mudah untuk berbicara di depan umum bagi seorang penyendiri seperti diriku. Namun, aku yakin suatu saat nanti pasti bisa menaklukannya.

      Dari sini sudah jelas bahwa menulis merupakan kebutuhan yang harus aku lakukan setiap hari, sebab tanpa menulis, hidup ini terasa hampa. Sedangkan berbicara di depan umum juga merupakan tantangan yang selama ini belum bisa aku taklukan. Namun, ingat, aku akan semakin bersemangat ketika menemukan tantangan yang sulit untuk ditaklukan.

      Jadi, jika harus memilih untuk menulis atau berbicara di depan umum, maka aku tidak bisa. Sebab aku akan memilih keduanya.

      Lomba Blog Gandjel Rel

      Oh, iya. Bagi kamu yang suka menulis, cobalah untuk menjadi blogger. Sebab dengan menjadi blogger, kamu bisa memiliki sarana menulis yang keren, yaitu blog pribadi. Kamu tidak perlu khawatir mengalami kesulitan dalam menjadi blogger, sebab kamu bisa bergabung dengan komunitas para blogger yang ada di Indonesia. Di dalam komunitas tersebut kamu bisa mendapat teman baru, bisa bertanya seputar masalah blog, hingga mendapat job menulis. Nah, salah satu komunitas blogger yang bisa kamu ikuti adalah Komunitas Gandjel Rel yang merupakan komunitas blogger perempuan di seluruh Semarang. Selain itu, kamu juga bisa mengikuti komunitas blogger lainnya untuk mendapatkan teman dalam menulis blog. Jangan khawatir, ada banyak komunitas blogger, kok!

      Terima kasih. Semoga bermanfaat.

      Artikel Serupa

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *