Ada banyak tempat wisata hits di Kabupaten Kuningan, salah satunya adalah Situ Cicerem. Orang-orang menyebutnya dengan nama Telaga Biru karena warna airnya yang terlihat biru kehijauan. Sebenarnya, air telaga ini sangat jernih sehingga kita bisa melihat ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Entah apa yang membuat warna airnya terlihat biru kehijauan, mungkin karena lumut yang ada di dasarnya? Telaga biru sangat terkenal karena memiliki spot yang instagramable, yaitu sebuah ayunan yang di bawahnya terhampar birunya air telaga dengan dipenuhi ikan-ikan cantik. Penasaran dengan keindahan tempat ini? Ayo ikuti penjelajahan yang aku lakukan di Situ Cicerem, Telaga Biru yang mempesona.
Berkenalan dengan Telaga Biru
Telaga Biru atau Situ Cicerem yang berada di Kabupaten Kuningan merupakan salah satu tempat wisata kekinian yang banyak dicari anak muda. Sebab Situ Cicerem memiliki panorama yang sangat mempesona dan instagramable. Maka tak heran bila di akhir pekan atau hari libur, Telaga Biru dipenuhi oleh pengunjung.
Meskipun pamornya sudah melejit dan banyak orang yang mengunjungi Situ Cicerem, tetapi banyak dari mereka yang tidak mengetahui sejarah dari telaga yang airnya berwarna biru ini. Padahal, ada banyak nilai dan makna yang bisa didapatkan dari cerita masa lalu Situ Cicerem. Maka dari itu, sebelum menikmati panorama mempesona yang ditawarkan oleh Situ Cicerem, mari berkenalan dahulu dengan kisah masa lalu tempat ini.
Menurut cerita yang menyebar di masyarakat sekitar Situ Cicerem, konon katanya pada zaman dulu ketika para Wali Songo sedang giat menyebarkan agama islam, situ ini dijadikan sebagai tempat perundingan untuk mengatur strategi syiar. Maka dari itu, kata warga sekitar, terdapat gugusan meja dan kursi yang terbuat dari batu di dasar telaga ini. Bisa dikatakan bahwa Situ Cicerem merupakan tempat perundingan para Wali.
Suatu waktu, para Wali yang telah melaksanakan perundingan ingin melakukan sholat dan membutuhkan air wudhu. Kemudian salah satu Wali mengetuk tanah di sekitarnya, sehingga keluarlah air yang sangat jernih. Air inilah yang nantinya akan menggenang dan menjadi Situ Cicerem. Warna biru kehijauan yang terlihat oleh mata merupakan pantulan dari tanaman-tanaman yang ada di sekitar dan di dasar telaga. Musabab airnya yang berwarna biru kehijauan, warga sekitar menyebut Situ Cicerem dengan nama Talaga Biru atau Telaga Biru.
Warga sekitar yang mengetahui cerita masa lalu Situ Cicerem, sekuat tenaga menjaga dan melestarikan tempat ini. Warga sangat menghormati cerita masa lalu Situ Cicerem, sehingga tidak ada yang berani mengambil ikan di dalam telaga, apalagi memakannya. Menurut warga sekitar, di tempat ini juga terdapat kayu yang berusia 100 tahun lebih dan masih dijaga dengan baik.
Terlepas dari benar atau tidak cerita tersebut, kita tetap harus menghormatinya. Sebab, itulah kearifan lokal yang ada di Situ Cicerem atau Telaga Biru. Dengan saling menghormati, diharapkan terciptanya kehidupan yang harmonis dan rukun antar masyarakat.
Pesona Telaga Biru
Telaga Biru yang sangat terkenal dengan panorama yang menakjubkan, ditambah kisah masa lalu yang sangat menarik, membuat aku penasaran untuk mengunjunginya. Sehingga pada hari minggu, 16 Februari 2020, aku menunaikan rasa penasaran itu. Aku dan Eca, menginjakkan kaki di tempat yang memiliki pamor selangit ini.
Ternyata benar, nama Telaga Biru, bukan hanya sekadar nama, tetapi juga realita. Sebab, air di dalam telaga ini benar-benar berwarna biru. Bukan hanya itu, jika dilihat dari sudut pandang lain, warnanya seakan berubah menjadi hijau, bahkan bening jernih. Aku yakin, warna air di telaga ini sebenarnya bening. Mungkin penyebab airnya bisa berubah warna menjadi biru atau hijau dikarenakan pembiasan dari sinar matahari yang dipengaruhi oleh tumbuhan di sekitarnya.
Pertama kali melihat Telaga Biru secara langsung, aku dan Eca terpana. Bahkan, warna airnya yang biru sempat membuat aku berpikir: “Koq bisa, ya?“, sebelum akhirnya suara keramaian memecah fokus pemikiranku.
Telaga Biru sedang ramai didatangi oleh para pengunjung. Padahal, niatku datang ke tempat wisata ini untuk menikmati kesunyian dan ketenangan sembari menyaksikan panorama mempesona dari Telaga Biru. Ya sudahlah, toh bukan cuma aku yang ingin menikmati keindahan dari Telaga Biru ini.
Setelah memarkirkan motor, kaki kami mulai menjelajahi Telaga Biru. Hal pertama yang aku lihat adalah sebuah jembatan dari kayu yang ujungnya berada di tengah telaga dan dihiasi bunga-bunga berbentuk hati. Jembatan ini merupakan salah satu tempat yang instagramable, tetapi untuk berfoto di ujungnya harus mengeluarkan biaya tambahan.
Kembali kaki menapaki tepian Telaga Biru, hingga tak berapa lama kami menemukan pemandangan yang sangat unik. Sebuah tempat pemandian yang menyatu dengan Telaga Biru, menarik perhatian kami. Tempat pemandian ini merupakan bagian dari Telaga Biru yang diberi tali pembatas sebagai sekatnya. Dengan kata lain, pengunjung bisa merasakan langsung kesegaran air Telaga Biru dengan berenang di pemandian ini. Ada biaya tambahan apabila pengunjung ingin mencoba pemandian ini. Sayangnya, aku lupa berapa biayanya.
Beberapa meter dari pemandian, terdapat spot instagramable berupa ayunan yang berada tepat di atas Telaga Biru. Spot inilah yang terkenal di media sosial sehingga membuat pamor Telaga Biru melangit. Bisa dikatakan bahwa spot ini merupakan icon dari Telaga Biru. Sebab banyak orang yang datang mengunjungi tempat wisata ini hanya untuk berfoto di spot tersebut. Pengunjung bisa berfoto pada ayunan di atas Telaga Biru bersama ikan-ikan cantik yang ada di bawahnya. Keren!
Setelah melihat secara langsung icon Telaga Biru yang terkenal, kami kembali melanjutkan penjelajahan mengelilingi Telaga Biru. Hingga akhirnya langkah kami terhenti kembali setelah melihat sebuah spot berupa ayunan lagi. Berbeda dengan spot sebelumnya, ayunan pada tempat ini didesain lebih modern berbentung sarang burung. Meskipun terlihat lebih cantik, tetapi pamor ayunan sangkar burung ini tak seterkenal spot ayunan sebelumnya. Namun demikian, pengunjung yang antri untuk merasakan ayunan ini tidak sedikit.
Oh, iya. Sedari tadi aku dan Eca mengelilingi tepian telaga, ada perahu karet yang mondar-mandir di tengah telaga. Awalnya aku mengira kalau itu adalah perahu karet yang sedang membersihkan sampah di dasar telaga, tetapi aku salah. Ternyata perahu karet tersebut merupakan salah satu wahana yang ada di Telaga Biru. Ya. Selain berenang, pengunjung juga bisa menikmati sensasi naik perahu karet di tengah telaga bersama ikan-ikan cantik.
Setelah beberapa lama mengelilingi tepian telaga, akhirnya kami sampai di tempat semula, yaitu parkiran motor. Di dekat tempat parkir terdapat sebuah pohon besar (sepertinya pohon beringin). Menurutku, pohon ini juga memiliki daya tarik tersendiri. Sebab, ketika aku berdiri tepat di bawahnya, ada perasaan yang membuatku betah. Entah karena pohon ini jauh dari keramaian seperti di sisi lain telaga atau karena memang ada ‘sesuatu’, sehingga aku betah berlama-lama di bawahnya. Bahkan, aku dan Eca menyempatkan waktu lebih lama untuk duduk di area dekat pohon tersebut.
Sisi Lain Telaga Biru
Pamor Telaga Biru yang mempesona, pada akhirnya membuat banyak orang mengunjungi salah satu tempat wisata di Kabupaten Kuningan ini. Saat aku dan Eca mengunjungi tempat ini saja, ada banyak orang yang memenuhi setiap sudut tepian Telaga Biru. Sangat ramai, seakan aku melihat sisi lain dari Telaga Biru yang fotonya banyak menyebar di media sosial. Andaikan saja aku mengunjungi Telaga Biru bukan di hari libur, mungkin situasinya akan berbeda.
Pengunjung yang mendatangi Telaga Biru berasal dari daerah yang berbeda-beda, serta dengan tingkah dan perilaku yang berbeda-beda juga. Ada pengunjung yang baik dan ada pengunjung yang kurang baik. Maka dari itu, banyaknya pengunjung yang datang ini memiliki dua dampak, yaitu dampak baik dan dampak buruk.
Dampak baik dari banyaknya pengunjung yang datang tentu akan menambah penghasilan pengelola Telaga Biru dan (mungkin) Pemerintah Desa setempat. Sehingga hasilnya bisa digunakan untuk merawat dan mempercantik kawasan telaga ini. Selain itu, banyaknya pengunjung yang datang juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dengan menjual berbagai macam kebutuhan untuk pengunjung, seperti jajanan, makanan, dan bensin.
Dampak buruk terjadi ketika pengunjung yang kurang baik melakukan hal-hal yang tidak semestinya, seperti membuang sampah sembarangan. Mereka datang, berfoto ria dengan latar belakang Telaga Biru, setelah itu mereka tak peduli dengan apa yang terjadi pada telaga ini.
Beberapa kali aku dan Eca memungut sampah yang ada di sekitar Telaga Biru dan membuangnya ke tempat sampah. Sungguh sangat disesalkan, mengapa ada pengunjung yang tega menyakiti Telaga Biru dengan cara seperti itu. Padahal, di setiap sudut Telaga Biru sudah disediakan tempat sampah. Apa susahnya membuang sampah pada tempatnya? Sampah!
Memang benar, ada banyak tujuan mengapa manusia mengunjungi tempat ini. Ada yang ingin menenangkan diri, mencari kesunyian, bercengkerama dengan alam, atau sekadar bersuafoto semata. Sebenarnya, apa pun tujuan manusia datang ke tempat indah seperti ini bukanlah menjadi masalah ketika mereka bisa menciptakan keharmonisan dengan alam dan tetap menjaganya. Namun, kebanyakan dari mereka justru melakukan hal sebaliknya, hanya melampiaskan keserakahan semata!
Mencari dan Menikmati Kesunyian
Setelah puas duduk di bangku dekat pohon beringin yang rindang, aku dan Eca kembali melanjutkan penjelajahan. Awalnya kami ingin pulang karena kondisi yang sangat ramai, tetapi kami batalkan. Sebab kami melihat sesuatu yang menarik, yaitu sebuah jalan menuju ke atas bukit. Aku tak tahu ada apa di atas bukit tersebut, tetapi yang jelas, aku sangat penasaran dan ingin melihatnya.
Kami kembali melangkah, menapaki jalanan menanjak yang lumayan curam tetapi sudah halus karena dicor. Sampai di atas bukit, aku melihat tanah lapang dan beberapa warung yang dikelilingi pohon pinus yang meneduhi. Sepertinya tempat ini digunakan untuk kemping karena terdapat bekas api unggun. Aku dan Eca memutuskan berhenti sejenak dan duduk di bawah salah satu pohon pinus.
Suasana yang jauh berbeda dengan area di dekat Telaga Biru. Di sini, aku bisa merasakan sejuknya udara pegunungan dan suara-suara alam. Terdengar suara burung dan decitan ranting pohon yang saling beradu. Beruntung bagiku karena bisa menemukan tempat ini. Tempat sunyi di tengah riuhnya Telaga Biru yang pamornya sedang mencuat. Terlihat hanya ada satu warung saja yang buka dan beberapa orang yang memarkirkan motornya di sini, kemungkinan parkiran di bawah sudah penuh.
Di bawah rindangnya pohon pinus, diterpa angin gunung yang sejuk, sayup-sayup mata hampir pasrah dalam keheningan. Seandainya di bawah sana tak ada orang yang berbondong-bondong ingin menunjukan eksistensi, mungkin suasananya jauh lebih syahdu. Sebab bisa menikmati semua kesunyian ini di dekat Telaga Biru yang menawan, merupakan suatu kepuasan tersendiri. Namun, apa boleh buat, ini tempat umum, tak mungkin sepi dari riuhnya pengunjung. Jadi, saat itu aku dan Eca hanya bisa menikmati keindahan Situ Cicerem atau yang dikenal sebagai Telaga Biru dari atas bukit.
Lokasi Telaga Biru
Telaga Biru atau Situ Cicerem berada di Desa Kaduela Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Berikut peta lokasi Telaga Biru, klik peta untuk melihat detailnya pada google maps. Aku mohon, bagi siapa pun yang ingin mengunjungi tempat ini, tolong jaga kebersihan.
Oh, iya. Ketika sedang berjalan di parkiran mobil, aku menemukan sebuah papan besar yang merupakan denah lokasi dari Telaga Biru. Silakan bisa cek pada denah tersebut untuk mencari spot instagramable yang ada di Situ Cicerem atau Telaga Biru.
Harga Tiket Masuk Telaga Biru
Harga tiket masuk Telaga Biru sangat terjangkau, bahkan untuk saku pelajar. Jadi, bagi para pelajar yang ingin mempelajari tempat ini dengan detail silakan bisa berkunjung. Sebab di sini cukup banyak hal yang bisa diamati, terutama dalam bidang geografi. Berikut harga tiket masuk Telaga Biru dan wahana yang ada di dalamnya.
Sekali lagi aku ingatkan, bagi siapa pun yang ingin mengunjungi Telaga Biru, mohon untuk menjaga kebersihan. Sebab keindahan yang ada pada Telaga Biru harus tetap lestari, dan itu merupakan tanggung jawab kita semua.