UPT. Perpustakaan USK

Aku, Dia, dan Perpustakaan yang Selalu Ada

Aku punya banyak cerita menarik dalam menjalani kehidupan ini, salah satunya adalah cerita tentang pertemuanku dengan seorang wanita yang kini menjadi pendamping hidupku. Sebuah cerita besar yang diawali dari pertemuan sederhana di perpustakaan sekolah. Dari pengalaman inilah, aku menyematkan perpustakaan sebagai salah satu tempat yang paling bersejarah di dalam hidupku. Tempat berharga di masa lalu, sekarang, dan bahkan di masa depan. Inilah cerita tentang aku, dia, dan perpustakaan.

Sebuah Kisah Di Perpustakaan Sekolah

Sudah sejak kecil aku selalu mengasingkan diri dari pergaulan, aku lebih memilih menyendiri dan menghabiskan waktu dengan pemikiranku sendiri ketimbang bercengkerama dengan teman sebaya. Kebiasaan ini terus aku bawa hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut membuat aku dijauhi oleh teman-teman karena dianggap sombong. Begitulah pandangan bagi mereka yang tidak mengenalku secara mendalam. Namun bagi sahabat-sahabat terdekatku, mereka sudah memahami sifat penyendiri yang aku miliki ini.

Di sekolah, aku terbilang siswa yang pasif. Aku sering tidak memperhatikan lingkungan sekitar karena terlalu asik dengan duniaku sendiri, bahkan, aku juga tidak peduli tentang ranking dan penilaian yang ada di sekolah. Bagiku, belajar ya belajar saja. Masalah nilai dan ranking, itu urusan belakangan. Namun meskipun demikian, entah mengapa aku bisa masuk di kelas pilihan, kelas yang isinya siswa-siswi pintar. Aku anggap itu hanya kebetulan saja.

Perpustakaan Tempat Menyendiri

Aku yang jarang bermain dengan teman-teman, memilih menyendiri di perpustakaan sekolah. Bagiku, perpustakaan seperti rumah sendiri. Perlu diketahui bahwa perpustakaan adalah tempat favoritku sejak aku SMP hingga kuliah. Namun perpustakaan di SMA-lah yang menjadi sejarah dalam hidupku. Sebab di perpustakaan itu aku bertemu dengan Eca, wanita yang aku kagumi.

Aku dan Eca secara tak sengaja sering bertemu di perpustakaan sekolah, mungkin karena kami sama-sama hobi membaca buku. Pertemuan inilah yang membuat aku kagum dengannya, namun saat itu aku tak berani menegurnya. Sebab Eca terlihat seperti wanita yang sombong. Ya, mungkin sama sepertiku, terlihat sombong di mata mereka yang tidak mengenal terlalu dalam.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai memberanikan diri untuk berkenalan lebih dekat dengan Eca. Strategi yang aku gunakan untuk mendekatinya cukup unik, sebab aku harus membaca buku-buku kesukaannya. Aku mencoba untuk masuk ke dunia yang diciptakan oleh Eca melalui buku-buku yang dibacanya. Minimal, aku mengetahui hal-hal menarik di buku itu untuk bahan obrolan. Untungnya, Eca berada satu jurusan denganku, sehingga aku tidak terlalu sulit untuk memahami isi di dalam buku yang sering ia baca. Terlebih, Eca menyukai buku tentang Astronomi, mata pelajaran itu adalah makanan keseharianku di kelas, selain Geografi tentunya.

Bertemu Jodoh Di Perpustakaan

Setelah membaca beberapa buku tentang Astronomi, aku pun memberanikan diri untuk duduk di samping Eca yang sedang membaca. Jujur saja, saat itu aku sangat gugup dan takut. Akan tetapi karena merasa sudah memiliki bahan yang cukup untuk mengobrol, aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Awalnya aku berpura-pura tidak mengerti dan menanyakan beberapa hal tentang astronomi, seperti sejarah pembentukan bulan, didepaknya Pluto dari tata surya, nama satelit uranus yang cantik, hingga membahas film tentang astronomi. Ternyata sifat Eca sangat asik, jauh dari dugaanku yang mengira dia adalah wanita yang sombong.

Semakin hari, aku dan Eca semakin dekat. Pembicaraan yang kami lakukan bukan lagi tentang astronomi, melainkan jati diri masing-masing. Dari pertemuan di perpustakaan inilah, aku mengenal Eca, sosok wanita yang sefrekuensi denganku. Kegemaran untuk mengunjungi perpustakaan ternyata membuat aku dekat dengan wanita yang selama ini kucari. Siapa sangka, Aku dan Eca kini menjadi pasangan suami-istri.

Perpustakaan Menurut Gen Z

Rasanya sangat bahagia bisa memiliki istri seperti Eca, wanita yang memiliki hobi membaca buku, sama seperti aku. Walaupun usianya terpaut dua tahun denganku (aku lahir pada tahun 1995 dan Eca lahir pada tahun 1997), namun sikapnya sangat dewasa dan berwawasan. Dia selalu bisa menguasai pembicaraan apapun, mungkin itu merupakan salah satu manfaat dari membaca buku.

Suatu ketika setelah aku menikah dengan Eca, kami membahas tentang perpustakaan yang menjadi tempat bersejarah dalam cerita hidup kami. Aku pun sempat menanyakan semua tentang perpustakaan mulai dari sistemnya, perkembangannya, hingga kekurangannya. Eca pun menjawab dengan sangat antusias.

Berdiskusi tentang Perpustakaan

Di perpustakaan banyak sekali buku yang bisa dibaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Buku merupakan jendela ilmu pengetahuan, jadi tidak ada ruginya untuk membaca buku. Selain itu, buku juga merupakan teman terbaik yang selalu memberikan manfaat. Aku suka ke perpustakaan karena hal tersebut.

Memang benar, buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang akan memberikan kita banyak ilmu bermanfaat. Aku juga setuju jika buku dijadikan sebagai teman sejati. Sebab buku bisa menuntun kita untuk menjalani kehidupan ini dengan ilmu pengetahuan, tidak seperti teman toxic yang menjerumuskan.

Sistem perpustakaan zaman dulu dengan sekarang sangat terlihat perbedaannya. Mungkin dulu perpustakaan belum dikomputerisasi, kalaupun ada, penerapannya sangat minim. Akan tetapi sekarang bisa dilihat bahwa perpustakaan sudah dikomputerisasi dari berbagai lini, mulai dari pendaftaran anggota, informasi buku, dan lain-lain. Bahkan, sudah terdapat perpustakaan digital dan membaca buku-bukunya secara online. Sistem seperti ini tentu akan memudahkan para pengunjung dan membuat betah berlama-lama membaca buku.

Selama ini aku juga memperhatikan sistem perpustakaan yang digunakan pada zaman dulu hingga sekarang, dan memang benar ada perubahan yang signifikan. Perpustakaan saat ini lebih maju karena sistemnya sudah diperbaharui dan mengikuti perkembangan zaman. Saat ini tak sedikit pula perpustakaan yang bisa diakses secara online tanpa harus datang ke tempat.

Walaupun sudah banyak perpustakaan yang melakukan pembaharuan, namun tidak menutup fakta bahwa masih ada beberapa perpustakaan yang sistem dan pelayanannya kurang memadai. Masih dapat ditemukan perpustakaan yang kurang rapi dalam menata buku, kurang teliti dalam merawat buku-buku yang ada, dan tempatnya yang kurang bersih. Bukan mau menjelek-jelekan, namun hal tersebut seharusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi agar lebih baik lagi dalam mengelola perpustakaan.

Evaluasi tentu harus selalu ada untuk dijadikan sebagai bahan dalam membuat iklim perpustakaan yang baik, nyaman, dan bersih. Sejauh ini, memang masih ada beberapa perpustakaan yang memiliki kekurangan seperti itu, namun dalam skala kecil. Mudah-mudahan kritikan dari Eca tersebut dapat diterima sebagai bahan evaluasi menuju perpustakaan yang lebih baik.

Perpustakaan yang tak Hilang Dimakan Zaman

Perkembangan zaman begitu cepat, sehingga kita dituntut untuk terus mengikutinya. Demikian juga dengan perpustakaan yang harus selalu berbenah agar tidak ketinggalan zaman. Pihak pengelola perpustakaan harus bisa menciptakan sesuatu yang inovatif dan kreatif sehingga pengunjung tidak merasa bosan. Salah satu perpustakaan yang terus berbenah dan mengikuti perkembangan zaman adalah UPT. Perpustakaan Unsyiah (USK).

UPT. Perpustakaan USK dibangun pada tahun 1970 dan sudah melalui berbagai macam perubahan dari mulai bangunan fisik, pendayagunaan, hingga sistem yang ada di dalamnya. Saat ini UPT. Perpustakaan USK sudah mengoleksi 122.513 eksemplar yang terbagi ke dalam bentuk buku teks, terbitan berkala (jurnal), laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buku referensi, laporan penelitian, CD-ROM dan dokumentasi.

UPT. Perpustakaan Unsyiah

Musabab terus melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan zaman, UPT. Perpustakaan USK selalu ramai pengunjung. Saat ini saja tercatat ada 69.646 anggota aktif perpustakaan dengan total peminjaman sebanyak 1.225. Jumlah tersebut merupakan hal yang cukup luar biasa, mengingat pamor perpustakaan sudah menurun dan jarang diminati oleh generasi saat ini. UPT. Perpustakaan USK sudah berhasil pada titik tersebut karena konsistensinya dalam menemukan inovasi baru dan selalu mengikuti perkembangan zaman.

Selain berinovasi dan berbenah diri, UPT. Perpustakaan USK juga selalu mengadakan acara untuk menarik minat pembaca. Salah satu acara yang diadakan oleh perpustakaan ini adalah USK Library Fiesta 2022. Di dalam acara tersebut terdapat banyak kegiatan menyenangkan dan edukatif seperti lomba, seminar, expo, dan sebagainya.

Hasil Inovasi UPT. Perpustakaan Unsyiah

Perlu diketahui bahwa UPT. Perpustakaan USK juga sudah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang menunjukan bahwa perpustakaan ini sudah memiliki standar perpustakaan internasional. Di sisi lain, sertifikat ini juga membuktikan bahwa kerja keras yang dilakukan oleh seluruh elemen perpustakaan dapat membuahkan hasil.

Tidak hanya memiliki standar internasional, perpustakaan ini juga sudah masuk pada taraf Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada tahun 2015, UPT. Perpustakaan USK berhasil mendapatkan penghargaan SNI Award dengan mengalahkan 188 perpustakaan lainnya. Prestasi ini sangat membanggakan karena dapat membuktikan bahwa penerapan mutu dan layanan perpustakaan benar-benar dijalankan dengan baik.

Perpustakaan Impian

Sudah sejak dulu aku terbiasa mengunjungi perpustakaan, hingga akhirnya aku bertemu dengan jodohku di sana. Sebenarnya aku juga memiliki impian untuk membuat perpustakaan pribadi di rumah, namun sampai saat ini belum terwujud. Bahkan aku hampir melupakan mimpiku tersebut. Namun setelah melihat UPT. Perpustakaan Unsyiah yang begitu keren, akhirnya mimpi itu datang lagi. Aku jadi bersemangat kembali untuk membuat perpustakaan pribadi di rumah.

Perpustakaan Impian

Impianku tersebut ternyata disambut baik oleh Eca. Ternyata ia juga memimpikan hal yang sama denganku, yaitu mempunyai perpustakaan pribadi di rumah. Perpustakaan tersebut nantinya bukan hanya untuk kami berdua saja, melainkan juga untuk anak-anak kami. Bukankah sangat bijaksana bila orang tua mengajarkan anaknya untuk membaca buku sejak kecil. Sebab membaca dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan pada anak.

Aku berharap dapat mewujudkan mimpiku tersebut, mimpi untuk membuat perpustakaan pribadi yang akan selalu ada menemani hari-hari kami sekeluarga. Perpustakaan impian yang dapat dijadikan sebagai tempat dan teman di masa tua. Semoga dapat terlaksana. Aamiin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top