Bukit Teletibbies Cirebon

Menjelajahi Bukit Teletubbies yang Ada Di Cirebon

Pernah melihat serial Teletubbies? Jika pernah, kalian pasti ingat dengan hamparan perbukitan yang ada di sekitar rumah teletubbies. Hamparan bukit hijau nan luas, didampingi langit biru menawan di atasnya. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa. Namun, tahukah kalian kalau di Kabupaten Cirebon terdapat tempat yang sangat mirip dengan bukit teletubbies tersebut? Tentu kalian tidak akan tahu, sebab warga Cirebon sendiri masih banyak yang belum mengetahuinya. Maka dari itu, aku akan membagikan kisah penjelajahan yang kulakukan di bukit teletubbies Cirebon ini kepada kalian.

Pohon Satu yang Menggoda

Pagi buta di hari minggu, aku dan saudaraku, sebut saja Fardan, mulai meninggalkan rumah dengan menaiki sepeda masing-masing. Bersepeda di pagi hari tatkala mentari belum menampakan wajahnya memang sangat menyenangkan. Selain bebas dari lalu-lalang kendaraan, bersepeda di pagi hari juga bisa menyehatkan badan. Apalagi dengan kondisi udara yang masih segar dan menyejukkan, tentu hal tersebut akan membuat siapa pun terhanyut dalam ketenangan.

Kami mengayuh sepeda dengan pelan agar bisa menikmati kesegaran udara di pagi hari. Tujuan kami adalah sebuah bukit yang ada di Kecamatan sebelah, namanya Bukit Maneungteung. Masyarakat sekitar biasa menyebut bukit ini dengan nama Ajimut. Konon katanya, bukit ini menyimpan nilai sejarah yang cukup tinggi. Namun, mohon maaf aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Mungkin di perjalanan selanjutnya akan kuceritakan secara detail tentang Bukit Maneungteung (Ajimut) yang ada di Kecamatan Waled ini.

Selama perjalanan, kami hanya ditemani oleh persawahan di sebelah kanan dan kiri jalan. Melihat sedikit jauh di depan, mata kami menangkap sebuah bukit yang membentang dari ujung timur hingga ke barat. Di sebelah timur, kami melihat menara salah satu provider telekomunikasi yang ada di Indonesia. Menara tersebut tepat berada di puncak bukit Ajimut. Sedangkan di sebelah barat, kami melihat sebuah pohon tinggi besar yang sangat mencolok. Pohon tersebut terlihat mencolok karena tinggi dan besarnya berbeda dengan pohon-pohon di sekitarnya. Saat melewati jalan ini untuk menuju bukit Ajimut pasti aku melihat pohon tersebut, tetapi aku tidak pernah tahu di mana letak pasti pohon itu dan seperti apa kondisi di sana.

“Kira-kira itu pohon apa yah? sering liat tapi ga pernah tahu jenis pohonnya” Tanyaku.

“Itu pohon beringin, teman aku pernah ke sana. Katanya pemandangannya keren” Jawab Fardan.

“Serius? Kalo ke sana naik sepeda bisa ga yah?” Aku semakin penasaran.

“Ga tau deh, mau coba ke sana? mumpung masih pagi” Ajak Fardan.

Sejenak aku berpikir. Sejujurnya aku sangat tertarik untuk melihat pohon besar itu dari dekat. Terlebih posisinya berada di atas bukit, pasti pemandangan di sana sangat indah. Saat masih berkecamuk dengan pikiranku, tak terasa kami sudah sampai diujung jalan. Kami berhenti di sebuah pertigaan yang mirip dengan huruf T.

“Gimana, mau ke Ajimut atau mau coba ke pohon satu?” Tanya Fardan memastikan.

“Pohon satu aja, yuk!” Jawabku.

Alih-alih belok ke arah timur untuk menuju bukit Ajimut, kami justru belok ke arah barat. Kami berniat untuk melihat pohon satu dari dekat. Padahal saat itu kami belum mengetahui informasi apa pun tentang pohon satu ini, seperti jarak yang harus ditempuh seberapa jauh, medan yang harus dilalui seperti apa, hingga rute jalan menuju ke sana saja kami tidak tahu. Hanya bermodal nekat, kami menjawab lambaian pohon satu yang begitu menggoda untuk didekati.

Musabab belum mengetahui rute yang harus ditempuh untuk sampai di pohon satu, kami pun bertanya ke penduduk sekitar. Kami diarahkan untuk melewati tepian bukit yang di sebelah kirinya terdapat sungai kecil, sedangkan di sisi lainnya terdapat jejeran rumah warga. Namun, semakin lama kami mengayuh sepeda, kami semakin diarahkan ke jalanan sempit. Bahkan, aku menganggap bahwa itu bukanlah jalan, melainkan gang. Kami pun kebingungan dibuatnya. Pasalnya kini kami berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, bukan hamparan perbukitan yang luas. Merasa telah kesasar, akhirnya kami pun bertanya kembali kepada warga sekitar.

“Maaf, pak. Jalan menuju pohon satu, ke arah mana ya?” Tanya Fardan pada penduduk sekitar.

“Pohon beringin?” Warga tersebut kembali bertanya.

“Iya, pak. Pohon beringin yang ada di tengah bukit itu” Jawab Fardan sembari menunjuk ke arah pohon satu.

“Oh, terus aja, nak. Ikuti gang ini, nanti di ujung ada bukit. Kalian naik ke bukit itu, terus ikuti aja jalannya. Itu jalan menuju ke desa sebelah, pasti melewati pohon beringin” Jelasnya.

“Jalannya bisa dilalui sepeda ga yah, pak?” Aku ikut bertanya.

“Bisa, koq. Motor juga bisa, asalkan jangan pas musim hujan, becek”

Setelah mendapat informasi dari warga, kami pun kembali mengayuh sepeda. Benar saja, setelah berada di ujung jalan, kami dihadang oleh sebuah bukit. Letak bukit ini berada di belakang rumah-rumah warga, wajar bila kami kebingungan mencarinya. Sebenarnya ini bukan ujung jalan, melainkan ujung aspal. Sebab jalan tersebut masih ada hingga ke atas bukit, hanya saja jalan di atas bukit masih berupa tanah dan belum diaspal.

Aku sempat ragu mengenai keindahan dari pohon satu, sebab bukit yang aku lihat saat itu hanya setinggi rumah warga.

“Apakah mungkin ada keindahan di atas bukit tersebut?” Batinku bertanya-tanya.

“Ayo, lanjut!” Fardan menyadarkan.

Kami turun dari sepeda dan menuntunnya. Sebab menaiki bukit dengan kondisi jalan seperti itu tidak mungkin dilakukan dengan mengendarai sepeda.

Jalur yang Menantang

Setelah sampai di puncak bukit, aku hampir menjatuhkan sepeda yang kupegang. Sebab aku terpana melihat apa yang ada di depan mata. Di belakang, kami hanya melihat atap-atap rumah warga. Namun, di depan, kami melihat hamparan perbukitan yang sangat indah. Kami tertegun beberapa saat hingga kicauan burung menyadarkan. Masih terkagum-kagum, aku memperhatikan sekitar. Ternyata letak pohon satu masih jauh di depan sana. Perjalanan kami belum berakhir.

Kami harus melewati jalanan tanah, tikungan-tikungan, dan naik turun khas perbukitan. Untungnya saat itu musim kemarau, jadi jalanan tidak becek. Kami segera menuju pohon satu sebelum mentari mulai meninggi agar teriknya tidak menyerang kulit. Ternyata jalanan yang harus kami lewati tidak mudah. Alhasil, kami pun harus naik turun dari sepeda untuk menyesuaikan kontur jalan. Kami tidak mau mengambil risiko dengan terus menaiki sepeda pada jalanan yang terjal.

Kontur jalan yang naik-turun membuat stamina kami cepat habis, sehingga kecepatan kami mulai menurun. Bodohnya, kami tidak membeli minuman atau camilan ketika masih di pedesaan. Ah, penyesalan memang selalu datang belakangan. Mau tidak mau, kami harus bisa menghemat stamina yang ada agar tidak kelelahan. Mau kembali ke pedesaan juga rasanya tanggung, karena kami sudah menyusuri sekitar 3/4 perbukitan ini. 

Pohon satu pun mulai terlihat jelas. Mungkin hanya butuh waktu beberapa menit lagi untuk sampai. Pada tanjakan terakhir sebelum sampai di pohon satu, terdapat jalan setapak yang tersamarkan oleh rerumputan. Sejenak aku berhenti untuk memastikan jalan tersebut. Benar saja, itu memang sebuah jalan kecil. Sebenarnya aku penasaran dengan jalan itu, tetapi seruan dari Fardan menghilangkan rasa penasaranku.

Ternyata jalan setapak tersebut menuju ke sumber air. Aku mengetahui hal ini setelah datang ke pohon satu untuk yang kedua kalinya. Oh, iya. Hingga saat ini, aku sudah beberapa kali mengunjungi pohon satu bersama teman-teman.

“Cepetan, keren!” Teriak Fardan yang sudah duluan sampai di bawah pohon satu.

Tanpa berkata, aku segera menaiki tanjakan terakhir sembari mendorong sepedaku. Aku pun mulai bisa melihat penampakan pohon satu dengan jelas, mulai dari daunnya, batangnya, hingga akarnya yang mencuat dari permukaan tanah. Benar, itu adalah pohon beringin. Lokasi pohon ini lebih tinggi dari bukit-bukit di sekitarnya. Begitupun dengan ukuran pohonnya yang besar dan tinggi, sangat berbeda dengan pepohonan di sekelilingnya. Maka tak heran bila dari jauh pohon ini terlihat mencolok.

Keindahan Bukit Teletubbies Cirebon

Akhirnya rasa penasaranku terobati. Kini aku berdiri tepat di bawah pohon satu yang selama ini hanya bisa kulihat dari jauh. Jujur saja, rasa dahaga kami seakan hilang begitu sampai di bawah pohon ini. Bagaimana tidak, di sini kami disajikan pemandangan yang sangat menakjubkan. Kami bisa melihat hamparan perbukitan yang sangat luas. Sesekali angin sepoi-sepoi menerpa wajah sehingga membuat kesejukan yang mampu mengobati rasa lelah. Suara kicauan burung pun menambah kesyahduan suasana pagi itu. Ditambah kondisi jalan yang sangat sunyi sehingga membuat ketenangan di dalam hati. Rasanya, aku ingin berlama-lama di tempat ini.

Setelah beberapa saat mengagumi keindahan semesta yang tersaji di depan mata, aku menyadari satu hal. Sepertinya panorama indah yang sedang kulihat ini sangat familiar. Sejenak aku mengingat-ingat. Hingga akhirnya aku sadar bahwa pemandangan bukit yang luas ini mirip perbukitan yang ada di serial teletubbies. Tidak salah lagi, pemandangan ini memang mirip dengan bukit teletubbies. Mengapa aku baru mengetahuinya sekarang? Padahal tempat ini tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Bahkan bisa ditempuh hanya dengan menaiki sepeda saja. Untunglah, aku bisa menyaksikan keindahan ini.

Mataku kembali bergerak ke segala arah, melihat pemandangan yang terhampar luas. Di ujung pandangan, aku melihat desa yang tadi kami lewati. Sedangkan jauh di sisi lain, aku melihat hamparan perbukitan yang luas dengan pedesaan di ujungnya. Sepertinya jalan ini adalah jalan alternatif yang menghubungkan kedua desa tersebut. Namun, karena kondisi jalan yang masih tanah dan lumayan sempit, maka jarang ada orang yang melewati jalanan ini. Mereka lebih memilih jalan lain yang lebih baik. Padahal, di jalan tanah dan sempit ini terdapat pemandangan yang sangat indah.

Aku kembali hanyut dalam ketenangan. Kupejamkan mata sembari menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah. Kicauan burung seakan tiada henti mengiringi pikiranku yang sedang pergi ke nirwana. Semesta mengerti bahwa aku ingin berlama-lama di sini, sehingga mengirimkan nimbostratus sebagai penghalang sang mentari. Langit pun kelabu, menghalangi mentari yang akan menyerang dengan teriknya. Suasana syahdu hampir membuatku tidur sambil berdiri. Aku bahagia bisa menyaksikan pemandangan yang indah ini.

Sedang asik berdialog dengan semesta, tiba-tiba terdengar sebuah seruan.

“Pulang, yuk! Sebentar lagi pasti mendung hilang. Jalanan akan panas” Ajak Fardan.

Aku hanya mengangguk.

Kami pun pulang meninggalkan bukit teletubbies yang indah ini.

Catatan

Ada beberapa kejadian penting yang aku alami di bukit teletubbies ini, salah satunya kejadian mengerikan saat aku dan Fardan hampir masuk jurang. Mohon maaf, aku belum bisa menceritakannya dengan detail, mungkin di lain kesempatan. Intinya, kejadian tersebut disebabkan karena kami kurang berhati-hati ketika dalam perjalanan pulang dari pohon satu untuk yang pertama kalinya.

Selain kejadian mengerikan, aku juga mengalami kejadian indah di bukit teletubbies. Saat itu aku dan teman-teman lainnya termasuk Fardan, mendirikan tenda dan bermalam di bawah pohon satu. Aku lupa saat itu tahun berapa, tetapi yang pasti, waktu itu adalah malam pergantian tahun. Dari atas bukit yang gelap dan sunyi, kami semua menyaksikan pertunjukan kembang api dari kejauhan. Sayangnya, saat itu aku hanya memiliki handphone jadul sehingga tidak bisa mengabadikan kejadian indah tersebut. Mungkin di lain kesempatan, aku akan berkemah di tempat ini lagi. Semoga bisa terwujud. Aamiin.

Lokasi Bukit Teletubbies Cirebon

Sebenarnya aku tidak ingin memberi tahu letak bukit teletubbies, sebab ada rasa khawatir kalau tempat ini viral. Alasannya jelas, aku tidak ingin tempat ini dikotori atau bahkan dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Namun, rasanya sangat egois bila aku menikmati tempat seindah ini sendirian. Aku berharap kepada siapa pun yang akan ke tempat ini, tolong tetap menjaga kebersihan dan tidak merusak apa pun.

Lokasi pohon satu di google maps: -6.922970, 108.666633

Jika aku cari di google maps, nama tempatnya adalah Pos Caringin yang terletak di Jl. Cihirup-Wanasaraya. Aku baru tahu ternyata jalan tersebut memiliki nama. Padahal jalannya lumayan kecil dan masih tanah.

Akhir Kata

Itulah kisah penjelajahan yang aku lakukan di Bukit Teletubbies Cirebon, bukit indah yang terletak di Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. Sangat jarang orang yang mengetahui keberadaan bukit ini karena letaknya sulit ditemukan. Beruntung bagiku yang bisa menginjak langsung Bukit Teletubbies Cirebon dan menikmati keindahan yang disajikan. Penjelajahan yang sudah aku ceritakan di atas hanyalah sebagian kecil dari kejadian-kejadian menarik yang aku alami di bukit ini. Sebab masih banyak kejadian indah yang tidak bisa aku ceritakan melalui tulisan ini.

Sejujurnya, aku ingin merahasiakan keberadaan Bukit Teletubbies dari orang-orang. Sebab aku tak ingin bukit ini viral sehingga banyak yang mengunjunginya. Semakin banyak pengunjung, pasti semakin kotor tempat ini. Namun, aku menepis pemikiran tersebut. Aku tidak ingin egois untuk merasakan keindahan ini sendirian. Aku ingin orang-orang juga menikmati keindahan semesta yang ada di Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, aku membagikan kisah penjelajahan ini.

Harapanku, tempat ini akan selalu indah tanpa ada yang merusaknya. Maka dari itu, mohon jaga kebersihan dan semua komponen yang ada di Bukit Teletubbies Cirebon ketika mengunjunginya.

Note: Beberapa foto diambil pada waktu yang berbeda. Foto-foto tersebut diambil dari handphone milik sendiri dan teman-temanku. Saat itu kami menggunakan handphone kentang sehingga kualitas gambar yang dihasilkan kurang maksimal.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top