Regenerative Travel

Menerapkan Konsep Regenerative Travel sebagai Tren para Petualang untuk Menjaga Lingkungan ketika Vacation

Bertualang mengunjungi tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam merupakan salah satu hal yang aku suka. Dulu, ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), aku sering mengunjungi tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam seperti gunung, bukit, air terjun, danau, dan sebagainya. Awalnya aku mengunjungi tempat wisata alam hanya untuk kesenangan diri sendiri karena tempat-tempat tersebut sangat sunyi dan tenang, cocok untuk diriku yang suka menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, aku semakin sadar bahwa ada cara lain yang bisa aku lakukan untuk menjaga keindahan alam ketika sedang bertualang, yaitu dengan menerapkan konsep Regenerative Travel. Aku berharap konsep ini menjadi tren baru bagi para petualang sehingga bisa menjaga alam ini ketika sedang melakukan petualangan. Maka dari itu, mari berkenalan dengan konsep Regenerative Travel agar kita semua bisa menerapkannya.

Seorang Petualang

Sejak kecil aku lebih suka bermain dengan pemikiran sendiri daripada dengan teman sebaya, maka dari itu aku tidak memiliki banyak teman. Ternyata, sifat penyendiri ini aku bawa hingga sekarang. Akibatnya, ketika masa remaja, dikala teman-teman sebaya sedang menyukai kegiatan ngumpul, nongkrong, dan sebagainya, aku lebih suka menghabiskan waktu menyendiri.

Entah mengapa, energiku seperti cepat habis ketika sedang berada di dekat keramaian. Maka dari itu, aku lebih sering mengunjungi tempat-tempat sunyi yang menyajikan keindahan alam daripada gemerlap kota yang ramai dengan kemewahan. Bagiku, menikmati hidup cukup dengan merasakan ketenangan. Jika menyendiri di tempat sunyi bisa membuat tenang, maka aku akan melakukannya. Alasan inilah yang kemudian membuatku gemar bertualang untuk merasakan keindahan alam.

Bertualang

Saat masih SMA, aku selalu menyempatkan waktu untuk bertualang, minimal sekali dalam sebulan. Namun, saat itu aku hanya mengunjungi tempat-tempat wisata alam yang berada di sekitar daerahku saja. Untungnya, aku tinggal di Kabupaten Cirebon yang memiliki Gunung Ciremai sehingga banyak tempat wisata alam di daerahku. Beberapa tempat wisata tersebut antara lain Curug Putri, Curug Cipayung, Sukageuri View, Waduk Darma, Telaga Biru, Telaga Nilam, dan Telaga Remis. Selain itu, masih banyak tempat wisata alam lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu.

Saat ini aku sudah berkeluarga dan bekerja, sehingga frekuensi petualangan yang aku lakukan harus dikurangi agar bisa membagi waktu. Meskipun demikian, jiwa petualanganku belum pudar. Sehingga aku masih terus merencanakan petualangan-petualangan baru, salah satunya petualangan mengunjungi tempat-tempat indah yang ada di seluruh Indonesia. Ya, aku berencana mengelilingi nusantara untuk melihat keindahan alamnya. Namun, ada satu kekhawatiran yang sangat mengganggu bagiku, yaitu hilangnya keindahan alam Indonesia. Aku takut, sebelum bisa mewujudkan rencana untuk mengelilingi Indonesia, keindahan alam itu sudah hilang.

Rusaknya Lingkungan Hidup

Kekhawatiran yang aku rasakan bukan tanpa alasan. Sebab ada banyak aktivitas manusia yang berpotensi merusak lingkungan, seperti pencemaran udara karena asap kendaraan, kotornya air sungai karena limbah detergen, buruknya kualitas tanah karena zat kimia, hingga pemanasan global karena penggundulan hutan. Semua aktivitas tersebut bisa merusak lingkungan dan tentunya akan berdampak buruk bagi keindahan alam ini. Maka dari itu, ancaman hilangnya keindahan alam begitu nyata.

Menurut data dari website IQAir yang memonitoring kualitas udara secara realtime, Indonesia menempati peringkat 26 negara dan wilayah paling berpolusi di dunia. Data tersebut berdasarkan rekaman selama tahun 2018-2022 dimana kualitas udara terakhir negara Indonesia memiliki skor 34 yang berarti Tidak Sehat. Sementara itu, pantauan terakhir pada tanggal 20 Juni 2023, menunjukkan bahwa Yogyakarta menjadi kota paling berpolusi di Indonesia dengan skor 160, disusul kota Denpasar dan Tangerang Utara dengan skor masing-masing sebesar 154 dan 139.

Berdasarkan artikel dari website DLHK Provinsi Banten mengungkapkan bahwa manusia merupakan penyebab utama pencemaran udara. Pada artikel tersebut juga dijelaskan beberapa penyebab pencemaran udara, seperti asap kendaraan, pembangkit listrik, abu polutan letusan gunung berapi, limbah asap industri, limbah pertanian, kegiatan tambang, aktivitas rumah tangga, kebakaran hutan, efek timbunan sampah, dan penebangan hutan liar.

Masalah Lingkungan

Di sisi lain, pencemaran terhadap air juga kian menjadi. Pencemaran tersebut meliputi air di danau, sungai, lautan, dan air tanah. Sebenarnya ada peristiwa alam yang bisa menyebabkan perubahan kualitas air, seperti gunung meletus, pertumbuhan gulma yang sangat cepat, badai, dan gempa bumi. Namun, masih menurut artikel dari DLHK Provinsi Banten, fenomena tersebut tidak bisa disalahkan sebagai penyebab pencemaran air. Sebab pencemaran air terjadi karena limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga, dan penangkapan ikan menggunakan racun yang semuanya dilakukan oleh manusia.

Dampak pencemaran air terhadap biota yang hidup di dalamnya sangat mengkhawatirkan. Sebab pencemaran air bisa membuat kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang sehingga akan mengganggu ekosistem yang ada di dalam air. Selain itu, pencemaran air juga bisa berdampak buruk pada kesehatan karena menyebabkan beberapa penyakit menular.

Disadari atau tidak, sebagian besar aktivitas manusia dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Sehingga kehidupan manusia pun terancam karena ulahnya sendiri. Sebab, pencemaran yang terus-menerus dilakukan, bukan hanya bisa merusak lingkungan tetapi juga bisa menyebabkan perubahan iklim. Menurut website Indonesia Baik, perubahan iklim dapat memberikan dampak buruk bagi manusia karena menyebabkan curah hujan tinggi, musim kemarau panjang, naiknya air laut, terjadinya angin puting beliung, dan berkurangnya sumber air.

Bencana Alam

Kerusakan lingkungan yang terjadi diperburuk dengan adanya fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan pelestarian lingkungan terburuk di skala global. Bahkan, laporan Environmental Performance Index 2022 mencatat, kalau pelestarian lingkungan di Indonesia juga tergolong buruk di skala regional Asia Pasifik. Data tersebut berasal dari lembaga pemerintah, akademisi, lembaga penelitian, dan organisasi internasional.

Fakta tersebut akhirnya membuat sebagian masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya melestarikan lingkungan. Aku pun demikian. Kini, aku berusaha sekuat tenaga agar terus bisa menjaga lingkungan, baik ketika di rumah, di tempat kerja, atau dimana pun berada, termasuk ketika sedang melakukan petualangan.

Sudah beberapa bulan ini aku sedang menerapkan konsep Regenerative Travel ketika bertualang, tujuannya tentu agar bisa berkontribusi dalam upaya penyelamatan lingkungan. Aku berharap, konsep ini menjadi tren dalam berwisata agar upaya pelestarian lingkungan bisa diterapkan dengan mudah oleh semua kalangan masyarakat.

Maka dari itu, mari berkenalan dengan konsep Regenerative Travel yang bisa melestarikan dan memulihkan lingkungan.

Menerapkan Konsep Regenerative Travel Ketika Bertualang

Regenerative Travel adalah konsep berwisata dengan tujuan mencegah terjadinya kerusakan sumber daya alam sekaligus memperbaharuinya. Hampir sama dengan Sustainable Travel atau Eco-Travel yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan, konsep Regenerative Travel memiliki tujuan tambahan, yaitu memperbaiki sumber daya alam yang sudah rusak.

Menurut Pollock (2019), Regenerative Travel atau Wisata Regeneratif memiliki tujuan untuk memulihkan lingkungan dengan menggunakan prinsip-prinsip alam, sehingga terciptanya kehidupan yang berkembang. Maka dari itu, Pollock berpendapat bahwa pendekatan regeneratif untuk industri pariwisata ini bisa diterapkan oleh diri sendiri mulai dari rumah, tempat kerja, hingga komunitas.

Sedangkan Bellato (2022) memiliki pandangan bahwa Regenerative Travel merupakan cara berpikir menyeluruh atau holistik. Dimana semua komponen pariwisata termasuk pemangku kepentingan dan wisatawan, memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan alam. Caranya dengan meningkatkan sistem lingkungan, sosial, dan menyelaraskan semua komponen untuk menyelamatkan bumi sehingga makhluk di dalamnya dapat berkembang.

Apa itu Regenerative Travel

Maka dari itu, selain berdampak baik terhadap lingkungan, konsep Regenerative Travel ini juga secara aktif dapat meningkatkan hubungan sosial dan perekonomian masyarakat. Sebab konsep ini akan menciptakan kondisi yang seimbang antara alam dan manusia, sehingga masyarakat dapat bekerja dan berkembang berdampingan dengan alam. Konsep Regenerative Travel akhirnya dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk menjaga dan mengembalikan sumber daya alam yang hilang ketika sedang berwisata, sehingga pemerintah mulai menyuarakan untuk menerapkan konsep ini.

Aku menggunakan penjelasan dari Bellato untuk menerapkan konsep Regenerative Travel, yaitu cara berpikir holistik. Jadi, konsep ini sangat luas, tidak terbatas pada subjek maupun objeknya saja tetapi juga tindakan-tindakan apa yang dilakukan. Sehingga semua komponen yang terlibat dalam konsep ini seperti wisatawan, pengelola tempat wisata, pembuat kebijakan, aktivitas yang dilakukan ketika berwisata, dan sebagainya bisa menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam konteks ini, aku berperan sebagai wisatawan. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh wisatawan untuk menerapkan konsep Regenerative Travel ini? Mudah, yaitu dengan menjadi wisatawan ramah lingkungan.

Ada beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan agar menjadi wisatawan ramah lingkungan, yaitu sebagai berikut.

Membuang Sampah pada Tempatnya

Sampah menjadi salah satu isu yang mengkhawatirkan. Sebab bumi ini sudah dipenuhi sampah yang berserakan, mulai dari got rumahan, sungai, laut, hingga palung terdalam, mariana, terdapat sampah. Selain bisa merusak ekosistem, sampah-sampah yang berserakan tersebut bisa mengancam kesehatan. Maka dari itu, wajib hukumnya untuk membuang sampah pada tempatnya. Pilah dan pisahkan sampah sesuai jenisnya, baik sampah organik, non organik, dan kimia, agar sampah tersebut mudah diolah. Hal ini merupakan dasar yang harus dimengerti dan dijalankan oleh para wisatawan ramah lingkungan.

Mengurangi Produksi Sampah

Sebelum membuang sampah, pastikan kita sudah berusaha terlebih dahulu untuk mengurangi produksi sampah tersebut. Biasanya, produksi sampah paling banyak berasal dari bungkus makanan atau barang bawaan sekali pakai. Maka dari itu, hindari membawa barang-barang sekali pakai ketika bertualang. Sebaiknya ganti barang-barang sekali pakai dengan barang-barang yang bisa dipakai berulang-ulang, seperti contohnya membawa tempat dan alat makan sendiri, botol minum, kantong belanja ramah lingkungan, dan sebagainya. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Hemat Listrik

Menghemat Listrik

Listrik sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk kehidupan. Sehingga kita tidak bisa lepas dari penggunaan listrik, termasuk ketika sedang berada di tempat wisata. Seringkali, penggunaan listrik terbesar ketika berwisata terdapat di penginapan. Sebab, saat itu ada banyak aktivitas wisatawan yang membutuhkan listrik seperti menambah daya baterai handphone, menyalakan kipas angin atau pendingin ruangan, hingga menggunakan lampu untuk penerangan. Perlu diketahui, meskipun semua fasilitas tersebut gratis, tetapi kita tetap harus menghemat listrik untuk mengurangi emisi CO2 yang dapat merusak atmosfer.

Ekonomi Masyarakat

Membantu Ekonomi Masyarakat Lokal

Wisatawan ramah lingkungan peduli terhadap semua komponen yang ada di lingkungan tempat wisata, tak terkecuali komponen manusia. Di tempat wisata ada banyak penjual yang berasal dari masyarakat lokal. Mereka menjajakan berbagai macam produk, seperti makanan, pakaian, aksesoris, dan oleh-oleh khas daerah. Selain itu, beberapa masyarakat lokal juga menyediakan jasa seperti tour gate, penyewaan motor, dan sebagainya. Nah, kita bisa membantu perekonomian mereka dengan membeli produk dan menggunakan jasa yang ditawarkan agar terjaganya stabilitas ekonomi masyarakat lokal tersebut.

Berjalan Kaki

Berjalan Kaki atau Menggunakan Transportasi Umum

Berjalan kaki atau menaiki transportasi umum merupakan salah satu cara untuk menjaga lingkungan. Bayangkan saja, jika ada 10 wisatawan yang masing-masing membawa satu mobil. Maka akan ada emisi karbon dari 10 mobil tersebut. Namun, jika 10 wisatawan menggunakan transportasi umum, misalkan satu bus untuk 10 orang, maka emisi karbon yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Apa lagi bila wisatawan tidak menggunakan kendaraan bermotor, berjalan kaki atau bersepeda misalnya, tentu bisa mencegah terjadinya produksi emisi karbon yang dampaknya bisa membahayakan.

Mematuhi Peraturan

Mematuhi Peraturan

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Istilah tersebut sangat cocok diterapkan oleh para petualang yang mengunjungi banyak tempat. Sebab, di setiap tempat pasti memiliki peraturannya sendiri. Peraturan yang berlaku, tentu dibuat untuk menjaga dan melindungi tempat tersebut. Apa lagi bila mengunjungi tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam, tentu saja peraturan yang dibuat juga bertujuan untuk melestarikan dan melindungi keindahan alam tersebut. Maka dari itu, ketika sedang berada di mana pun harus mematuhi peraturan yang berlaku.

Menjaga Sarana

Menjaga Sarana dan Fasilitas

Selain untuk membuat wisatawan menjadi nyaman, sarana dan fasilitas yang ada di sebuah tempat wisata juga bisa jadi dibuat untuk melindungi dan memelihara tempat tersebut. Bahkan, terdapat beberapa sarana dan fasilitas yang digunakan untuk menunjang segala aktivitas di tempat wisata tersebut. Seperti contohnya, pada beberapa tempat wisata alam, kebutuhan air untuk memenuhi bak toilet berasal dari air sungai langsung yang mengalir melalui pipa. Bayangkan, apa jadinya bila ada orang yang merusakan fasilitas itu? Tentu saja tempat tersebut akan kekurangan air sehingga dapat menghambat berbagai aktivitas.

Berbagi Pengalaman

Membagikan Pengalaman Menjadi Wisatawan Ramah Lingkungan

Mungkin hal ini dianggap tidak penting bagi sebagian orang. Namun, menurutku, membagikan pengalaman ketika menjadi wisatawan ramah lingkungan bisa memberikan dampak positif. Apa lagi bila kamu adalah seorang blogger atau influencer yang memiliki banyak pembaca dan pengikut, tentu pengalaman yang kamu bagikan bisa dibaca oleh banyak orang. Dengan begitu, mempopulerkan konsep Regenerative Travel sebagai tren akan sangat mudah. Oh, iya. Kita bisa mendapatkan informasi seputar lingkungan dan sustainability melalui website Laruna. Selain itu, di sana kita juga bisa berkontribusi menjadi penulis yang membagikan banyak informasi tentang lingkungan dan sustainability dengan menjadi Kontributor Laruna.

Kesimpulan

Menyukai kesendirian membuatku sering mengunjungi tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam. Sebab, di tempat tersebut aku bisa menemukan kesunyian, sangat cocok untukku. Aku pun menjadi seorang petualang yang gemar mengunjungi tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam. Awalnya, aku melakukan hal tersebut hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Namun, kemudian aku sadar, ada satu hal penting yang harus dilakukan, yaitu menjaga keindahan alam ini.

Maka dari itu, selain untuk menyenangkan diri sendiri, kini aku menemukan tujuan baru ketika sedang bertualang, yaitu menjaga alam yang indah ini, menjaga lingkungan. Aku pun mulai coba menerapkan konsep Regenerative Travel yang menurut sebagian orang merupakan langkah paling tepat untuk menjaga dan memulihkan lingkungan yang rusak, sekalipun sedang bertualang.

Konsep Regenerative Travel dilakukan oleh semua komponen dalam berwisata, seperti penyedia tempat wisata, wisatawan, pembuat kebijakan, hingga tindakan-tindakan yang dilakukan. Semua itu demi mencegah dan memulihkan kerusakan lingkungan.

Seorang Petualang

Sebagai seorang petualang, kita bisa berperan aktif dalam menjalankan konsep Regenerative Travel sebagai wisatawan. Cara yang dilakukan sangat mudah, hanya dengan menjadi wisatawan ramah lingkungan, yaitu wisatawan yang melakukan aktivitas bermanfaat dan berdampak baik untuk tempat wisata, lingkungan, dan masyarakat lokal. Kita bisa mulai dengan aktivitas yang mudah dilakukan seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi produksi sampah, menghemat listrik, membantu ekonomi masyarakat lokal, berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum, mematuhi peraturan, menjaga sarana dan fasilitas di tempat wisata, hingga membagikan pengalaman menjadi wisatawan ramah lingkungan. Sangat mudah, bukan?

Maka dari itu, ayo kita terapkan konsep Regenerative Travel sebagai tren para petualang untuk menjaga lingkungan. Salam lestari!


Sumber:

  • https://www.iqair.com/id/world-most-polluted-countries
  • https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Artikel_Pencemaran_Udara.pdf
  • https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article-pdf/PENCEMARAN%20AIR%2C%20PENGERTIAN%2C%20PENYEBAB%20DAN%20DAMPAKNYA.pdf
  • https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya
  • https://blog.besthostels.co.id/mengenal-regenerative-travel/
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/25/pelestarian-lingkungan-indonesia-tergolong-buruk-di-asia-pasifik
  • https://validnews.id/kultura/wisata-regeneratif-solusi-atasi-masalah-sampah-di-industri-pariwisata
  • https://blog.besthostels.co.id/regenerative-travel-sebagai-langkah-jadi-wisatawan-ramah-lingkungan/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top