Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sebab, manusia memiliki perangkat yang lengkap untuk menjalani hidup ini. Perangkat yang dimaksud adalah pikiran, hati, akal, nafsu, dan sebagainya. Kendati perangkat yang dimiliki oleh manusia tidak sama seperti malaikat, yang semuanya serba baik, tetapi hal itulah yang justru membuat manusia menjadi sempurna.
Pikiran yang dimiliki oleh manusia cenderung menjadikannya sebagai makhluk yang logis, berakal, dan mampu menghadapi masalah dalam kehidupan dengan nalar. Sedangkan hati yang dimiliki manusia akan membuatnya menjadi makhluk yang perasa, empati terhadap sesama, bahkan mampu merasakan keberadaan sang Pencipta. Itulah sedikit contoh perangkat positif yang dimiliki oleh manusia.
Di sisi lain, manusia juga memiliki perangkat yang cenderung ke arah negatif, seperti contohnya nafsu. Perangkat ini membuat manusia melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan dampaknya, baik-buruknya, manfaat-mudaratnya. Bisa dikatakan bahwa nafsu merupakan kebalikan atau lawan dari pikiran dan hati.
Semua perangkat yang dimiliki oleh manusia, baik positif maupun negatif, membuat manusia menjadi makhluk yang bebas, bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Hal inilah yang membuat manusia menjadi makhluk istimewa. Sebab, dengan begitu manusia bisa memilih ingin menjadi malaikat yang taat atau menjadi iblis yang tersesat.
Manusia benar-benar bebas dalam memilih jalan hidupnya, termasuk memilih hal-hal yang terbaik bagi dirinya. Namun, keinginan untuk memiliki hal-hal terbaik justru sering membuat manusia menjadi lupa diri. Sebab, manusia akan selalu menginginkan hal yang lebih dan lebih dari apa yang sudah dimilikinya. Alih-alih mensyukuri hal tersebut, keinginan untuk mendapatkan hal yang terbaik akan membuat manusia menjadi serakah.
Lalu, apakah manusia tidak boleh memiliki keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik dari apa yang sudah dimilikinya saat ini? Tentu tidak demikian. Manusia sangat diperbolehkan untuk memiliki keinginan yang lebih baik. Namun, manusia juga harus tahu diri, kapan ia harus berhenti mencari yang terbaik dan mensyukuri semua yang sudah dimilikinya.
Masalahnya, tidak ada parameter pasti yang dapat digunakan oleh manusia sebagai petunjuk untuk memutuskan: kapan waktu yang tepat untuk terus mencari dan kapan waktunya berhenti?
Semoga apa yang saat ini sedang kita kejar untuk mencari yang terbaik, bukan menjadi bagian dari keserakahan diri. Aamiin…